1.1 Kajian Teori
Sastra dan kehidupan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah keterpaduan yang saling melengkapi karena sastra hidup dalam jiwa manusia dan manusia membutuhkan sastra untuk menuangkan buah pikirannya. Sastra merupakan suatu karya yang mengandung struktur seni (Ramadhani et al., 2020).Â
Adapun, karya sastra adalah sebuah karya seni yang menggambarkan realitas kehidupan yang dituangkan dalam tulisan kreatif dan menarik untuk menyampaikan gagasan pengarang (Seles, 2019). Karya sastra yang dikenal oleh masyarakat memiliki banyak jenis antara lain meliputi puisi, novel, cerpen, dan drama.
 Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2014). Secara umum, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang umumnya berisi ungkapan perasaan seorang penyair yang dibalut dengan diksi yang indah dan disertai gaya bahasa yang penuh makna. Sesuai hakikatnya puisi memiliki bahasa yang padat, indah, dan tidak langsung pada setiap baitnya yang bertujuan untuk membumbui suatu makna yang terselip dalam puisi.
Makna yang tersirat dalam sebuah puisi seringkali sulit dipahami oleh pembaca, maka dari itu diperlukan suatu proses pengkajian puisi untuk menemukan makna apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca puisi tersebut. Proses mengkaji, memahami, menghayati, dan menafsirkan puisi tersebut juga disebut dengan kajian apresiasi puisi.Â
Adapun, menurut Waluyo (2003) apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut-pautmya dengan puisi yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi.
Dalam upaya mengapresiasi puisi, terdapat berbagai pendekatan atau cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah pendekatan strukturalisme. Pendekatan strukturalisme puisi merupakan pengkajian puisi yang lebih menekankan telaah terhadap unsur pembangun puisi itu sendiri (Permana et al., 2022).Â
Menurut Hartoko (dalam Mihardja, 2012) membagi unsur puisi menjadi dua bagian yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik atau unsur semantik puisi menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis puisi akan mengarah pada struktur fisik puisi.
Menurut Mihardja (2012) struktur fisik puisi adalah struktur yang bisa dilihat melalui bahasanya yang tampak. Struktur puisi fisik tersebut terbagi dalam enam bagian yaitu diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa atau majas, rima atau irama, dan tipografi atau perwajahan. Adapun, menurut Kamilah et al. (2016) struktur batin puisi dapat diartikan sebagai isi atau makna yang mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair. Struktur batin puisi terbagi menjadi empat jenis yaitu tema, rasa, nada dan suasana, serta amanat.
1.2 Puisi Gugur Karya W.S RendraÂ
Pada pembahasan ini, puisi yang dikaji atau dianalisis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme adalah puisi berjudul Gugur karya W.S. Rendra atau yang mempunyai nama panjang Dr. Willibrordus Surendra Broto Narendra, S.S., M.A. Ia adalah seorang penyair, dramawan, pemeran sekaligus sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Sejak muda ia sudah berkecimpung dalam dunia kepenulisan puisi, skenario drama, cerpen, dan pembuatan esai sastra di berbagai media massa.
Puisi Gugur sangat menarik untuk dikaji karena  ini menarik untuk dikaji karena mengisahkan tentang perjuangan seorang pahlawan Indonesia meraih kemerdekaan sampai titik darah penghabisan. Selain itu, puisi ini sarat akan nilai moral yang perlu dipahami dan diimplementasikan oleh para generasi muda Indonesia, terutama anak-anak, salah satunya agar mereka dapat menghargai kemerdekaan dan meniru sikap pantang menyerah serta cinta tanah air dari jiwa seorang patriot bangsa.
 GUGUR
 Karya : W.S. Rendra
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
mautpun menghadangnya.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
" Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata :
"Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanyaÂ
1.3. Analisis Puisi Gugur Buah Karya W.S. Rendra
Berdasarkan kajian teori mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi, berikut ini adalah analisis puisi Gugur karya W.S. Rendra menggunakan pendekatan strukturalisme.
Struktur Fisik Puisi
- Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan sehingga sebuah puisi mempunyai nilai estetika yang tinggi. Diksi yang digunakan oleh penyair, yaitu W.S. Rendra, dalam puisi Gugur tergolong sederhana, namun kesederhanaannya tersebut justru memberikan kesan yang mendalam, sangat tepat, dan mengena.Â
Secara umum, diksi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif menyatakan arti yang sebenarnya dari sebuah kata. Makna ini berhubungan erat dengan bahasa ilmiah. Adapun, makna konotatif adalah suatu jenis kata yang memiliki arti bukan sebenarnya dari sebuah kata. Contoh diksi yang mengandung makna konotatif pada puisi Gugur karya W.S. Rendra terdapat pada penggalan puisi bait kedua berikut ini.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainyaÂ
Makna : tetap berjalan meskipun tertatih-tatih di atas tanah yang ia cintai
Selanjutnya, contoh diksi yang mengandung makna denotatif pada puisi Gugur karya W.S. Rendra terdapat pada penggalan puisi      bait kedua berikut ini.
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
- Imaji
Imaji atau pengimajian adalah sebuah susunan kata yang akan melibatkan penggunaan alat indera manusia, seperti indera penciuman, indera penglihatan dan lainnya. Imaji yang terdapat pada puisi gugur adalah imaji penglihatan dan imaji perabaan. Imaji penglihatan, yaitu gambaran dalam otak kita yang seakan-akan melihat bagaimana bentuk/hal sebagaimana yang tercantum dalam puisi. Berikut ini adalah penggalan puisi yang menunjukkan adanya imaji penglihatan.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Imaji perabaan, yaitu gambaran dalam otak seakan-akan kita merasakan dengan indra peraba (kulit) apa yang tercantum dalam puisi. Berikut ini adalah penggalan baris puisi yang menunjukkan adanya imaji perabaan.
Ketika anaknya memegang tangannya
ia berkata :
" Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
- Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang acuannya nyata atau dapat diserap oleh pancaindera manusia. Kata konkret merupakan cara yang dilakukan penyair dalam mengartikan suatu kata secara menyeluruh. Dalam puisi Gugur kata konkret dapat ditunjukkan dari adanya kata 'ia' yang menggambarkan seorang pejuang yang berusia senja, namun tetap semangat dan pantang menyerah memperjuangkan tanah airnya, yaitu tanah Ambarawa, Indonesia. Selain itu, adapula kata lain seperti 'bedil', 'musuh', 'kota', 'pemuda', 'anaknya', 'malam', 'badan', 'tanah', 'api', 'bajak', dan 'benih'. Adapun, kata kunci yang dapat menggambarkan peristiwa yang ada dalam puisi adalah kata 'merangkak', 'maut', dan 'menutup matannya.
- Gaya bahasa
Gaya bahasa atau majas merupakan penggunaan bahasa yang bersifat seolaholah menghidupan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa yang figuratif.
- Majas repetisi merupakan gaya bahasa yang menunjukkan adanya pengulangan pada kata, frasa, atau klausa yang sama. Dalam puisi Gugur karya W.S. Rendra, majas repetisi ditunjukkan oleh larik /ia merangkak/di atas bumi yang dicintainya/ yang disebutkan berulang kali. Makna dari kalimat tersebut adalah seorang pejuang bangsa yang tengah berjuang di atas bumi yang dicintainya.
- Majas paralelisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar. Adapun, ditilik dari polanya, larik pada puisi ini menunjukkan adanya majas jenis anafora karena mengandung pengulangan di awal baris.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
- Majas personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan yang mengubah benda mati seolah-olah memiliki sifat atau bertingkah laku layaknya manusia. Dalam puisi Gugur karya W.S. Rendra, majas personifikasi ditunjukkan oleh larik berikut ini
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa (bait kelima)
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya ! (bait keenam)
- Majas simbolik adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Dalam puisi Gugur karya W.S. Rendra, majas simbolik ditunjukkan oleh larik berikut ini.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
- Â Rima dan Irama
Rima dan irama merupakan pengolah kata dalam setiap lariknya sehingga terjadi persamaan bunyi baik di awal, tengah atau pada bagian akhir larik puisi. Analisis rima dan irama puisi Gugur  karya W.S. Rendra adalah ditemukan beberapa jenis rima dalam puisi tersebut antara lain sebagai berikut.
- Rima sempurna [a-a-a-a], yaitu rima yang seluruh suku kata terakhir pada akhir barisnya selalu sama. Berikut ini adalah penggalan bait yang menunjukkan adanya rima sempurna.
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
- Rima merdeka/ tidak berpola adalah persamaan bunyi yang tidak mempunyai pola di dalamnya. Berikut ini adalah penggalan bait yang menunjukkan adanya rima merdeka.
Orang tua itu kembali berkata :
"Lihatlah, hari telah fajar !
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya !
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menacapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata :
-Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
- Rima patah [a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a] ditunjukkan pada bait-bait puisi yang didalamnya terdapat kata yang tidak memiliki rima sedangkan kata lainnya ada pada tempat yang sama pada baris lain yang memiliki rima. Berikut ini adalah penggalan bait yang menunjukkan adanya rima patah.
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
- Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang ada pada awal baris, baik berupa huruf saja atau berupa kata. Berikut ini adalah penggalan bait yang menunjukkan adanya rima awal.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."
- Tipografi
Tipografi adalah aspek visual puisi dengan mengetahui tata hubungan dan tata baris dalam sebuah puisi. Tipografi yang digunakan penulis dalam puisi Gugur antara lain sebagai berikut.
- Tidak terikat oleh bait dan larik.
- Jumlah larik/baris antara bait satu dengan bait lainnya tidak sama.
- Puisi ditulis dengan bentuk rata kiri semua.
- Satu baris terdiri dari dua kata sampai tujuh kata.
- Tempat dan waktu penulisan puisi tidak dicantumkan. Dalam hal ini,
- sebagian puisi biasanya ada yang menyertakan tempat dan waktu penulisan puisi.
- Puisi tersebut menggunakan unsur non bahasa seperti adanya tanda baca, yaitu tanda seru (!), titik (.), titik dua (:), petik (") dan tanda hubung  (-).
 Struktur Batin Puisi
- Tema
Tema dari puisi Gugur karya W.S. Rendra adalah tentang perjuangan pahlawan Indonesia melawan penjajah sampai titik darah penghabisan. Perjuangan tersebut dilakukan untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tepatnya memperjuangkan tanah Ambarawa yang sangat ia cintai.
- RasaÂ
Rasa merupakan struktur batin puisi yang juga sangat penting. Struktur batin yang satu ini merupakan sikap dari penyair yang dituangkan dalam sebuah puisi yang ia tulis. Rasa yang terkandung dalam puisi Gugur adalah sedih dan mengharukan. Â Hal ini karena puisi ini menggambarkan seorang pejuang yang sudah dalam keadaan sekarat namun ia masih sangat tangguh untuk terus memperjuangkan kotanya, Ambarawa. Ia bahkan menolak untuk dibopong oleh anaknya sendiri, ia memilih terus merangkak menuju kota yang sangat ia cintai tersebut. Sayangnya, maut menjeratnya sebelum sampai ke kota Ambarawa.
- Nada dan Suasana
Nada merupakan penyaluran suatu sikap kepada pembaca yang berhubungan dengan tema dan rasa yang disampaikan. Suasana yang ada dalam puisi tersebut adalah memprihatinkan. Berdasarkan suasana yang timbul dari puisi di atas, nada puisi Gugur adalah lirih dan merintih untuk menggambarkan kondisi yang dialami sang pejuang yang sangat menyedihkan tersebut. Namun, ada juga bagian puisi yang harus dibaca dengan nada menggebu-gebu karena menggambarkan semangat perjuangan dalam membela tanah Ambarawa.
- Amanat/Pesan Moral
Amanat berarti pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Ada beberapa amanat yang dapat diambil dari puisi Gugur karya W.S. Rendra yaitu, sebagai berikut.
- Sebagai manusia kita tidak boleh sombong, karena pada hakikatnya kita semua sama, sama-sama berasal dari tanah dan suatu saat nanti pasti akan kembali ke dalam tanah.
- Kita perlu menerapkan sikap pantang menyerah dan rasa cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana sikap yang ditunjukkan oleh tokoh pejuang dalam puisi tersebut.
- Sebagai rakyat Indonesia, sudah seharusnya kita mencintai dan bangga menjadi bagian dari bangsa ini
- Secara tersirat, kita dapat mengambil pesan dari puisi ini bahwa tanah Indonesia adalah tanah yang subur dan gembur.
Daftar PustakaÂ
Kamilah, S., Gunatama, G., & Sutresna, I. B. (2016). PUISI SISWA KELAS VIII A MTS AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH: SEBUAH ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN BATIN PUISI. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia UNDIKSHA , 4(2), 285--290.
Mihardja, R. (2012). Buku Pintar Sastra Indonesia . Laskar Aksara.
Permana, Z. D., Syaputa, M. A., & Setiawan, J. (2022). KAJIAN STRUKTURALISME PADA PUISI "AKU DAN SENJA" KARYA HERI ISNAINI PADA BUKU MONTASE: SEPILIHAN SAJAK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PRAGMATIK. JURRIBAH: Jurnal Riset Rumpun Ilmu Bahasa , 1(1), 54--59.
Pradopo, R. D. (2014). Pengkajian Puisi. Gadjah Mada University Press.
Ramadhani, L. P., Kartika, R., & Madani, Y. I. (2020). PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PUISI ANAK "TEMAN TERHEBAT" KARYA ASIDIK AL JAFAR. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Pendidikan Dan Multidisiplin, 3, 285--290.
Seles, S. (2019). Analisis Perbandingan Novel "Mutiara di Kota Melbourne" dan "Four Seasons In Belgium" dengan Pendekatan Mimetik. Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1), 33--40.
Waluyo, H. J. (2003). Teori dan Apresiasi Puisi. Erlangga.
Â
Penulis:
Wahyu Fajar Lestari
Dr. Edy Suryanto, M.Pd
Dr. Sugit Zulianto, M.Pd
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI