"Tak semudah membalikkan kata. Kau tahu itu kan? Bahkan aku yakin, kau juga seperti aku. Kamu kangen, kan?"
Lalu berminggu-minggu ia memaksaku melupakannya. Sungguh jahat. Tapi aku tak pernah bisa menyalahkannya. Yang sebenarnya, aku tak bisa melupakan. Kangen itu tak pernah usai.
"Kangen menjadi masalah," keluhku padanya.
Bahkan ia tak menjawabnya.
"Mengapa kau tega?"
Hanya angin lalu yang  mendesau.
"Sungguh, ini menyiksaku. Bicaralah barang sedikit," pintaku.
Hening.
***
Lukisan itu hampir jadi. Ia akan menemui pemiliknya. Guratan oranye dengan semburat abu. Ada sebuah ruh yang menyertainya. Bagai sebongkah rasa yang membatu. Tak memecah hingga kapanpun.