Menurut saya, memiliki konsep yang benar tentang sesuatu adalah penting, namun otak kita juga volumenya terbatas, sehingga tidak mungkin segala sesuatunya kita simpan di kepala. Maka itu, kita perlu kemampuan berpikir kritis, karena itu akan memungkinkan kita mengimplementasikan konsep yang kita mengerti, menguji suatu informasi/pengetahuan, dan barulah informasi itu dapat memperkaya pengetahuan kita.
Cukup menarik opini dari Ibu Fitriana, sebagai perwakilan guru. Menurut beliau, guru-guru yang mengajar murid-murid di sekolah adalah produk pendidikan era sebelumnya. Mereka juga tidak tahu tantangan seperti apa yang akan dihadapi anak murid di masa depan, tetapi harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan. Â
Benar juga, toh kita semua tidak dapat melihat masa depan, paling-paling hanya memprediksi berdasarkan kondisi saat ini saja. Untuk itu anak-anak murid perlu dibekali dengan pendidikan karakter.
Saya rasa ini adalah sesuatu yang penting yang akan menentukan apakah anak-anak jaman now akan dapat bertahan ketika terjun ke masyarakat mengimplementasikan ilmunya. Jangan sampai mereka menjadi orang yang mudah menyerah, melempem, atau kurang dapat berempati dengan orang lain. Â
Sementara itu dari Ibu Dinnar, yang mewakili pandangan para orang tua murid, beliau menekankan agar para wali murid dapat ikut update informasi-informasi mengenai perubahan-perubahan entah itu masalah kebijakan, kurikulum, dll, agar dapat ikut mendukung program-program pemerintah dalam hal pendidikan.
Dari wakil siswa sendiri, yang diwakili oleh duta SMA 2025, menekankan pada kemampuan adaptif. Tentunya dengan perubahan yang cepat di berbagai bidang, seperti misalnya sekarang ini dalam hal teknologi. Kita perlu beradaptasi dengan cepat, jika tidak ingin tertinggal.
Dalam prakteknya, menurut para nara sumber, mereka sudah mempraktekan apa yang mereka ungkapkan, di lingkungan masing-masing, misal di sekolah. Orang tua juga sudah melihat dampaknya pada diri anak-anak mereka.
Namun demikian, dari para hadirin masih ada pertanyaan-pertanyaan dan juga keresahan terkait beberapa persoalan yang mereka hadapi sebagai orang tua maupun sebagai guru.
Memang semua permasalahan yang dipaparkan memerlukan kerjasama antara guru, siswa, dan juga orang tua siswa, untuk kemudian menjadi "pelajaran" untuk meningkatkan sebuah program pendidikan secara terus menerus.
Menurut saya, pertemuan-pertemuan seperti diskusi ini sangat berguna bagi para guru, orang tua, siswa, dan juga masyarakat umum, sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan program-program pemerintah, bagaimana program-program itu diimplementasikan, dan apa tantangan-tantangan yang dihadapi dalam implementasinya. Bagaimana pula orang tua ikut dituntut dalam pengembangan karakter anak untuk mendukung program-program pemerintah.
Semoga dengan pemberlakukan TKA, pendidikan di seluruh Indonesia dapat semakin merata, sehingga anak-anak sekolah yang akan menjadi generasi penerus, dapat ikut ambil bagian dan diperhitungkan secara sama, baik di level nasional maupun Internasional. Tentunya yang dimaksud adalah semua anak Indonesia, bukan cuma yang bersekolah di kota besar, sekolah favorit, atau sekolah-sekolah tertentu saja. Â Karena pendidikan bermutu di Indonesia adalah hak semua anak Indonesia. Â