Adakah saat ini bencana alam yang menyumbang polusi udara?
Kebakaran Hutan
Asap akibat kebakaran hutan berdampak pada kualitas udara. Maka tidak heran jika beberapa waktu lalu, kebakaran hutan di Indonesia dimana asapnya sampai ke negara tetangga, membuat pemerintah Singapura memprotes dan juga menawarkan bantuan pada Indonesia untuk mengatasinya. Hal ini karena polusi udara akibat asap kebakaran hutan tidak main-main.
Ada kebakaran hutan yang terjadi akibat kelalaian manusia, baik yang sengaja demi kepentingan sendiri maupun yang tidak disengaja. Ada yang karena ketidak tahuan, misalnya warga yang tidak tahu dampak negatif membakar hutan demi membuka lahan baru, dan karena mereka tidak mempunyai peralatan yang memadai untuk membuka lahan sawit tanpa membakar hutan.
Andai kebakaran hutan menjadi salah satu penyumbang polusi, bagaimanakah solusinya baik dari kebijakan pemerintah, pengawasan, dan kesadaran masyarakat?
Sudah sangat jelas kalau Jakarta adalah kota macet sejak dulu, akibat terlalu banyak kendaraan yang berseliweran setiap harinya. Selain menimbulkan rugi waktu, tenaga, dan uang, ternyata terlalu banyak kendaraan juga menimbulkan polusi udara. Apalagi kalau kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalanan itu sudah tidak layak jalan. Dan ternyata, saat ini bukan cuma Jakarta yang macet, tetapi hampir semua kota di Indonesia.
Negara seperti Singapura, yang terkenal dengan kualitas udaranya yang terjaga, sangat membatasi penggunaan mobil pribadi dengan berbagai peraturan yang membuat penggunaan kendaraan pribadi menjadi terlalu mahal. Namun mereka membarengi dengan transportasi umum yang memadai, infrastruktur jalanan yang memadai, sehingga memungkinkan orang menikmati aktivitas berjalan kaki. Peraturan dan kebijakan yang tidak berat sebelah antara pengguna kendaraan dan pejalan kaki benar-benar diterapkan sehingga dapat berjalan dengan baik. Tidak ada ruang bagi arogansi masyarakat yang merasa lebih berhak menggunakan fasilitas yang ada. Berkurangnya penggunaan kendaraan bermotor, berdampak pada kualitas udara yang lebih baik.
Sementara di Indonesia? Mau jalan kaki, lingkungan dan fasilitasnya kurang mendukung. Pemilik kendaraan pribadi malah dengan sombongnya mengambil hak pejalan kaki tanpa rasa bersalah, seolah sengaja membangun budaya pejalan kaki harus mengalah karena lebih mudah mencari celah sempit untuk berjalan daripada sebuah mobil mencari parkiran. Pedagang "kecil" yang merasa harus dikasihani dengan alasan butuh cari makan, juga menguasai lahan pejalan kaki tanpa aturan. Bagaimanakah solusi pemerintah dalam hal ini?
Mau menggunakan kendaraan umum, kondisinya lebih sering penuh. Akibatnya, kebanyakan orang lebih merasa nyaman menggunakan kendaraan pribadi yang menyumbang cukup besar pada memburuknya kualitas udara.
Asap Buangan Pabrik