Tidak ada istilah "bunga uang" di sini. Yang ada adalah proyeksi atau perkiraan nilai aset beberapa tahun ke depan berdasarkan berbagai pertimbangan yang mempengaruhi. Dan itu adalah proyeksi/perkiraan, bukan suatu kepastian.Â
Meskipun di Indonesia, harga tanah cenderung selalu naik, tetapi tidak ada yang dapat memastikan berapa persen kenaikannya nanti. Kenyataannya, di masa pandemi ini, begitu susah menjual tanah atau rumah karena, secara global, ekonomi sedang sulit. Kalaupun ada yang menjual, harganya malah turun.
Berikut link berita mengenai penjualan rumah dengan harga murah, yang dikatakan karena butuh uang:
Orang Kaya Ramai-ramai Obral Rumah Mewah di Pondok Indah-Menteng!
Ternyata, investasi rumah, yang biasanya harganya makin meningkat dari waktu ke waktu, bisa rugi juga. Itulah risiko investasi.
Bagaimana dengan instrumen investasi lain, seperti saham?
Pernahkah Anda mendengar, si A bisa beli rumah mewah dari main saham? Di lain waktu, kita dengar si B bangkrut gara-gara main saham. Â Ada yang untung ada yang rugi, berarti tidak selalu untung.
Pernahkah Anda membaca tentang harga saham yang turun drastis selama pandemi sejak tahun 2020-2021 ini? Pada saat harga saham turun drastis, itulah kerugian bagi para pemilik saham yang harga sahamnya turun drastis. Mengapa rugi?Â
Misalkan saat Anda membeli, harganya Rp100,- eh setelah beberapa lama, harganya malah turun jadi Rp10,- tentu Anda rugi bukan? Namun selama perusahaan yang sahamnya Anda beli belum bangkrut, sebenarnya kerugian Anda hanya di atas kertas.Â
Ketika harga naik melebihi modal, tentu laporan di atas kertas akan menunjukkan keuntungan. Dan sebagai pemegang saham, Anda akan mendapatkan keuntungan real/nyata ketika menjualnya.