Mohon tunggu...
Virgi Widya Cahyati
Virgi Widya Cahyati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UPI

A writer who likes to write about pop culture

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Dulu itu Sudah Berubah Sekarang

26 September 2023   12:30 Diperbarui: 26 September 2023   12:41 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepalaku tiba-tiba mengingat beberapa kelakuan Paman Al akhir-akhir ini yang menurutku itu seperti ciri-ciri seorang psikopat yang aku baca. Dengan spontan, aku melirik kearah taman belakang rumah dimana Paman Al berada.

Dia tampak memisahkan diri dengan bapak-bapak yang lainnya. Terlihat dia sedang sibuk memperhatikan ponselnya dengan sebatang rokok yang terselip di jarinya. Saat itu juga, aku merasa wajah Paman Al sedikit berbeda dari yang biasanya aku lihat selama ini.

Tenggelam aku memandangi Paman Al, tiba-tiba paman melemparkan pandangannya ke arahku dengan ekspresi wajah yang sedikit menakutkan. Hanya matanya saja yang memandangiku dengan posisi wajah yang di posisi yang sama. Setelah itu, paman melemparkan senyuman yang berbeda dari biasanya dan sulit diartikan.

Langsung aku menarik wajahku kembali lalu menatap kosong blog yang aku baca tadi.

"Apakah Paman Al memang benar seorang psikopat? Atau ini hanya imajinasiku saja?" ucapku dalam hati

Pikiranku sudah penuh dengan berbagai pertanyaan. Perasaan takut juga mulai menyelimuti diriku. Namun, tiba-tiba, ada sebuah tepukan dipundakku yang membuatku berhenti melamun.


"Kamu mengapa melamun sih, Sa. Ayo kita sudah disuruh untuk makan malam" ucap kakak sepupu perempuanku. Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan pergi ke meja makan.

Meja makan kami terlihat sangat ramai, tapi aku masih diam dengan pikiran yang sudah bercabang. Sesekali aku melirik Paman Al kembali untuk memastikan bahwa Paman Al adalah pamanku yang masih sama seperti yang biasanya.

Terlihat Paman Al yang sedang menikmati makan malamnya dan sesekali ia menyahuti gurauan yang dilemparkan oleh anggota keluarga kami yang lain.

Seketika aku merasa bersalah karena sudah menilai Paman Al dengan buruk. Mungkin tadi dia terlihat berpisah dengan bapak-bapak yang lain karena dia merasa lelah dan ingin menyendiri sepertiku. Paman Al adalah paman yang paling muda di keluargaku dan dia juga belum menikah. Mungkin aku hanya terlalu hanyut dalam bacaanku saja sehingga aku bisa berpikiran buruk seperti itu terhadap paman.

Hanya dalam sekejap setalah paman berbincang dengan yang lain, ia langsung merubah kembali ekspresinya menjadi menjadi datar sambil menikmati makan malamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun