Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Part 3 Uang 271 Triliyun, Bentuk Rumah Mewah Jika Ditata.

7 April 2024   18:10 Diperbarui: 7 April 2024   18:10 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paimin yang telah selesai acara di Aula Pendopo, kembali ke warkop Wak Jo untuk sekedar ngopi sore, menghilangkan penat di tubuh dan pikiran. Di sana, dia melihat Paidi yang masih duduk, ngopi sembari menundukkan kepala dengan pandangan mata fokus melihat ke arah ponselnya.

"Kamu daritadi di sini Di? Gak pulang" tanya Paimin yang sudah berdiri di samping belakang Paidi.

Langsung, Paidi yang sedang fokus melihat layar ponsel, menengadah kepala, menoleh ke belakang melihat ke arah Paimin. Dia pun meringis sambil menjawab dengan berkata.

"Iya Di, pulang malu, tak pulang rindu. Habis seharian ini gak ada kerjaan sama sekali".

Paimin hanya tersenyum, tak menyahuti jawaban Paidi. Lantas duduk di sebelahnya dengan menaruh sebuah bingkisan yang dia bawa ke atas meja sambil berteriak memesan kopi kepada Paijo.


"Jo!, kopi manis satu".

Paijo menyahutinya dengan berteriak "Siap Min" sambil menoleh ke arahnya.

Saat menoleh, Paijo melihat sebuah bingkisan di hadapan Paimin. Dengan rasa penasaran, Dia kembali berteriak untuk bertanya.

"Itu bingkisan apa Min? Kok besar!".

Sontak, teriakkan itu membuat Paidi yang sudah kembali fokus melihat layar ponsel setelah menoleh tadi, menyela Paimin yang akan mau menjawab pertanyaan Paijo.

"Wah, jangan-jangan ini bagian uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun itu Jo".

"Bener kali Di" sahut Paijo seraya mengaduk kopi pesanan Paimin.

Sementara itu, Paimin tak tahu dan mengerti tentang uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun yang dibicarakan kedua sahabatnya, merasa bingung dan takut. Dia pun menyahuti dengan berkata.

"Kalian ini ngomong apa? Ngawur aja, Darimana aku uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun?. Ini itu bingkisan dari acara di aula pendopo tadi".

Mendengar penjelasan Paimin itu, kedua sahabatnya itu serentak tertawa "Hahaha". Mereka tertawa karena melihat ekspresi wajah Paimin yang lucu bercampur rasa ketakutan.

"Bercanda Min" ucap Paidi sambil meringis.

"Maksud uang yang kalian bicarakan itu apa?" tanya Paimin yang masih penasaran.

Paidi memperlihatkan layar ponselnya ke arah Paimin, dia berniat untuk menunjukkan sebuah berita viral dari media online yang terjadi sekarang tentang uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun.

Kemudian saat layar ponsel Paidi di depan matanya, Paimin melihat, membaca sebuah tulisan judul headline berita online "Korupsi 271 Triliyun Tambang Timah Oleh Suami Dari Aktris Terkenal".

"Dua ratus tujuh puluh satu triliyun!. Sebanyak apa uang itu jika di tata ya Di?" tanya Paimin yang kaget setelah membaca berita online di ponsel Paidi tadi.

"Ya cukup membentuk bangunan rumah seperti rumahmu min. Bahkan lebih besar jika ditata rapi" jawab Paidi.

"Emangnya pernah lihat uang sebanyak itu Di?, kok tahu" tanya Paimin sambil tertawa "hahaha".

"Pernah Min" jawab Paidi.

"Hebat kamu Di. Dimana melihatnya?" tanya Paimin yang antusias penuh rasa penasaran, gimana caranya seorang pekerja serabutan seperti Paidi bisa melihat uang sebanyak itu.

Paidi yang melihat antusiasme Paimin pun tertawa sambil berkata.

"Tulisan di kertas hahaha".

Paimin yang mendengar candaan jawaban Paidi, mukanya berubah kecut, memasam. Dia nampak kesal sebab pikirnya Paidi serius pernah melihat uang sebanyak itu.

"Dosol kamu Di. Aku kira beneran kamu pernah melihat uang sebanyak itu" ucap Paimin dengan wajah masamnya.

"Kamu ini loh, aneh-aneh aja kalau bertanya. Sudah jelas aku ini pekerja serabutan, mana mungkin pernah melihat uang sebanyak itu" sahut Paidi.

Screenshot berita google
Screenshot berita google

Paimin meringis sambil tangan kanan menggaruk kepalanya. Dia malu kepada Paidi karena telah salah mengira.

"Jangan meringis aja kamu Min!, ini kopimu" ucap Paijo yang melihat Paimin meringis dengan tangan kanan menyodorkan kopi pesanannya tadi.

Paimin menerima kopi itu dengan tangannya, menaruh di atas meja sebelah bingkisan. Dia tetap meringis sambil berkata alay.

"Terima kasih sahabatku".

"Kamu ini Min!, Negeri sedang carut marut, masih aja alay. Mikir dong, Negeri merugi banyak akibat korupsi tambang timah" sahut Paidi yang risih akan kelebayian Paimin.

"Pusing Di, dari dulu negeri kita gini-gini aja. Korupsi selalu saja ada. Tapi yang buatku heran, kok bisa sampai dikorupsi sebanyak itu? tanya Paimin.

Paidi menghela nafas sebelum menyahutinya dengan berkata.

"Weaks Sistem Min, jadi korupsi pasti selalu ada. Apalagi di dunia pertambangan, sudah lumrah ada mafia tambang".

"Apa itu Weaks Sistem Di?. Iya benar, Negeri kita ini banyak mafia yang mencari keuntungan pribadi atau golongan semata" sahut Paimin.

"Kamu sebetulnya pintar Min tapi agak sedikit bodoh. Weaks sistem itu sistem yang lemah karena memberi ruang kepada orang melakukan korupsi tanpa pengawasan ketat. Bahkan orang yang tidak punya niat untuk korupsi pun, bisa terdorong ikut melakukannya" terang Paidi.

"Oh, jadi inget pesan bang Napi Di, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah" sahut Paimin.

Paidi tertawa mendengarnya seraya berkata.

"Hahaha, sebuah pesan yang menjadi trend dulu."

"Andai aja Negeri ini bebas dari korupsi satu sektor saja seperti pertambangan Min, pasti kita dan seluruh rakyat merasakan kemakmuran".

Mendengar itu, kedunguan Paimin bergejolak lagi, memburu rasa ingin tahu atas maksud Paidi. Lantas, dia pun bertanya.

"Kemakmuran gimana Di?, wong hidup kita aja serba kekurangan".

"Selalu dungu dan bodoh kamu ini Min. Bayangkan uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun itu untuk subsidi, bantuan, dan modal usaha, berapa banyak orang yang ekonominya di bawah garis kemiskinan bisa tertolong?. Itu baru satu jenis tambang yaitu timah, belum yang emas, nikel dan lain-lain. Bahkan seorang profesor yang juga menjabat menteri sendiri pernah menyampaikan, jika Negeri kita ini bebas korupsi sektor tambang, Negeri ini mampu memberi tunjangan dua puluh juta perkepala keluarga tanpa harus bekerja" beber Paidi.

"Memang kaya Negeri kita ini Di. Namun rusak karena keserakahan" sahut Paimin.

"Nah, pinter gitu loh. Ya udah Min, aku balik dulu, udah mau petang" ucap Paidi yang juga izin pamit pulang karena hari sudah mau malam sembari bangkit dari duduk, membayar kopinya dan Paimin kepada Paijo. 

Seusai membayar, Paidi berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Sedangkan Paimin tetap melanjutkan duduk di warung kopi menikmati suasana petang hari ini dengan membayangkan uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun menghiasi rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun