"Andai aja Negeri ini bebas dari korupsi satu sektor saja seperti pertambangan Min, pasti kita dan seluruh rakyat merasakan kemakmuran".
Mendengar itu, kedunguan Paimin bergejolak lagi, memburu rasa ingin tahu atas maksud Paidi. Lantas, dia pun bertanya.
"Kemakmuran gimana Di?, wong hidup kita aja serba kekurangan".
"Selalu dungu dan bodoh kamu ini Min. Bayangkan uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun itu untuk subsidi, bantuan, dan modal usaha, berapa banyak orang yang ekonominya di bawah garis kemiskinan bisa tertolong?. Itu baru satu jenis tambang yaitu timah, belum yang emas, nikel dan lain-lain. Bahkan seorang profesor yang juga menjabat menteri sendiri pernah menyampaikan, jika Negeri kita ini bebas korupsi sektor tambang, Negeri ini mampu memberi tunjangan dua puluh juta perkepala keluarga tanpa harus bekerja" beber Paidi.
"Memang kaya Negeri kita ini Di. Namun rusak karena keserakahan" sahut Paimin.
"Nah, pinter gitu loh. Ya udah Min, aku balik dulu, udah mau petang" ucap Paidi yang juga izin pamit pulang karena hari sudah mau malam sembari bangkit dari duduk, membayar kopinya dan Paimin kepada Paijo.Â
Seusai membayar, Paidi berjalan kaki untuk pulang ke rumah. Sedangkan Paimin tetap melanjutkan duduk di warung kopi menikmati suasana petang hari ini dengan membayangkan uang dua ratus tujuh puluh satu triliyun menghiasi rumahnya.