Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Pelangi Kelabu Vidaku (2019-2020) Part II

21 April 2023   21:24 Diperbarui: 21 April 2023   22:31 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari mulai menampakkan sedikit secercah cahaya sinarnya, ayam pun berkokok nyaring, tanda pagi akan menjelang, menyambut hari dengan penuh harap. Memulai perjuangan baru dengan segala keterbatasan, menyelesaikan segala beban yang ada.

"Nak, bangun sholat subuh dulu," perintah ayahnya.

Vian terbangun dari tidur lelap, menjalankan kewajiban untuk beribadah seraya berdoa semoga ada kabar baik akan pekerjaan yang dilamar dan solusi dari kesulitan keuangannya.

Selesai menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, Vian melakukan rutinitas sehari-hari, mempersiapkan makanan untuk ia dan ayahnya. Ia mulai dengan memasak nasi, dilihat beras hanya tinggal cukup untuk tiga hari.

"Semoga saja hari ini, Alif jadi membetulkan sepeda motor," pikirnya dalam lamunan, berharap penuh pada kabar kemarin.

Di masak beras itu karena memang sudah terbiasa memasak nasi dan mandiri dengan segala keperluannya. Vian keluar rumah dengan penuh rasa khawatir melihat beras yang sudah mulai habis, untuk membeli lauk sembari menunggu beras itu matang menjadi nasi yang akan disantap hari ini. Ia memang mempunyai warung langganan untuk membeli lauk karena harganya murah, ditambah pemilik warung sering membantu untuk bisa membayar di lain hari sehingga ia bisa sedikit berhemat.

Warung itu terletak tidak jauh dari kampung, sekitar lima kilometer sebelah kanan kampung.

"Pak Sukrim, Bungkus, lauk seperti biasa,. Ikan asin+telor dadar tapi jangan lupa sambal terasi," pinta vian seraya menunjuk lauk yang ia pilih.

Pak Sukrim melayani dengan ramah, penuh senyum, mengambilkan lauk yang Vian pilih untuk dibungkus. "Cukup ta Le, buat ayahmu dan kamu?. Ini bayar sekarang apa besok? Hehehe," tanya Pak Sukrim sembari senyum tertawa kecil.

"Cukup, Pak. Seperti biasa saja bayarnya," jawab Vian sedikit malu dengan sekeliling orang yang sedang makan dan Pak Sukrim karena membayar esok hari.

Vian ucapakan terima kasih seraya kembali pulang membawa lauk yang dibungkus tadi untuk disantap bersama ayahnya. Sampai di rumah, dilihat nasi sudah matang, siap disantap bersama lauk yang dibawa tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun