Di tengah isu krisis sampah plastik yang semakin serius, berbagai upaya terus dilakukan untuk mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab. Salah satu inovasi yang patut diapresiasi hadir di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), melalui sebuah program bernama Bank Sampah BSI. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara UMY dan Bank Syariah Indonesia (BSI), yang menghadirkan mesin Reverse Vending Machine (RVM) sebagai sarana pengumpulan sampah plastik secara modern dan terintegrasi.
Berbeda dengan bank sampah konvensional, Bank Sampah BSI menggunakan pendekatan digital dan teknologi. Mahasiswa tidak perlu membawa timbangan atau mencatat jenis sampah secara manual. Cukup dengan membawa botol plastik bekas minuman, memasukkannya ke dalam mesin, dan kemudian mendapatkan poin secara otomatis melalui aplikasi khusus bernama Plastic Pay. Proses ini bukan hanya praktis, tapi juga memberikan insentif bagi mahasiswa untuk mulai peduli terhadap sampah plastik yang mereka hasilkan sehari-hari.
Teknologi yang Mudah, Cepat, dan Bermanfaat
-
Memasukkan botol ke mesin RVM
Botol plastik dimasukkan ke lubang mesin berwarna biru. Mesin akan menarik botol secara otomatis begitu botol dikenali. Menunggu konfirmasi jumlah
Nanti akan tertera jumlah botol yang masuk pada layar mesin. Jika sudah masuk semuanya, lanjut ke tahap selanjutnya.Scan barcode untuk mendapatkan poin
Mesin akan menampilkan barcode. Barcode tersebut harus dipindai menggunakan aplikasi Plastic Pay, yang dapat diunduh melalui Play Store.Cek poin di aplikasi Plastic Pay
Setelah barcode dipindai, poin akan langsung masuk ke akun pengguna. 1 botol = 56 poin. Poin ini bisa dilihat di bagian kiri atas aplikasi.
Aplikasi Plastic Pay inilah yang menjadi penghubung antara mesin dan pengguna. Selain mencatat transaksi, aplikasi ini juga menyediakan informasi tentang pengelolaan sampah plastik dan peluang untuk menukarkan poin dengan hadiah tertentu. Sistem ini mendorong perilaku daur ulang dengan insentif yang konkret dan langsung dirasakan.
Kurangnya Penggunaan oleh Mahasiswa
Meski keberadaan mesin Bank Sampah BSI ini sangat membantu dan mudah diakses, saya melihat kenyataan yang cukup disayangkan: penggunaannya masih sangat minim, bahkan di kalangan mahasiswa UMY sendiri. Banyak yang belum tahu tentang fungsinya, atau mungkin belum paham manfaatnya. Padahal, dibanding membuang botol plastik ke tempat sampah biasa, menggunakan mesin ini jauh lebih bermanfaat.
Setiap botol yang dikumpulkan melalui mesin ini akan diproses dan kemudian dijual kembali melalui aplikasi Plastic Pay. Artinya, sampah plastik tidak langsung berakhir di tempat pembuangan akhir, tetapi memasuki siklus ekonomi sirkular yang lebih ramah lingkungan. Ini bukan hanya soal mendaur ulang, tapi juga soal membangun ekosistem pengelolaan sampah yang modern dan terukur.
Manfaat Nyata dari Inovasi Sederhana
Inisiatif seperti Bank Sampah BSI di UMY patut dijadikan contoh. Bukan hanya karena teknologinya, tapi juga karena semangat kolaboratif yang diusung: antara dunia pendidikan, lembaga keuangan syariah, dan masyarakat kampus dan sekitarnya. Dalam skala yang lebih besar, sistem ini berpotensi diterapkan di berbagai kampus dan instansi lainnya untuk mengatasi masalah sampah plastik yang kian mengkhawatirkan. Untuk sekarang, bank sampah yang ada di Yogyakarta hanya tersedia di tiga titik, yaitu di kampus UMY, kampus UNISA, dan di dekat Mall Malioboro.
Kita perlu menyadari bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil. Menyisihkan satu botol plastik dan memasukkannya ke mesin RVM mungkin terdengar sepele, tapi jika dilakukan secara kolektif oleh ribuan mahasiswa, dampaknya tentu sangat signifikan.
Bank Sampah BSI yang hadir di UMY menawarkan solusi cerdas, praktis, dan berorientasi masa depan dalam pengelolaan sampah plastik. Mesin Reverse Vending Machine yang terintegrasi dengan aplikasi Plastic Pay menjadi jembatan antara aksi individual dan dampak sosial-lingkungan yang lebih luas.
Melalui tulisan ini, saya mengajak siapa pun yang membaca, untuk mulai memanfaatkan fasilitas ini . Mari biasakan membuang sampah dengan cara yang bertanggung jawab. Kita tidak hanya membantu lingkungan, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan yang lebih besar.
Semoga ke depan, inisiatif seperti ini bisa diperluas, diperkenalkan lebih luas ke masyarakat kampus, dan tentu saja, dimanfaatkan secara optimal untuk keberlanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI