Islam masuk ke Nusantara lewat jalur damai: perdagangan, pendidikan, dan perkawinan. Para Walisongo menggunakan pendekatan budaya. Sunan Kalijaga menyampaikan nilai Islam lewat wayang. Sunan Gresik memberdayakan ekonomi rakyat. Sunan Bonang menulis karya sastra sufistik. Islam hadir sebagai bagian dari masyarakat, bukan sebagai pemaksa perubahan.
Era Kontemporer: Dakwah yang Fleksibel dan Inklusif
Hari ini, dakwah menghadapi tantangan baru: sekularisme, liberalisme, hingga era digital. Namun justru di sinilah pentingnya dakwah yang adaptif. Media sosial menjadi ruang baru dakwah. Dai tak lagi cukup hanya memahami fiqih, tapi juga harus mengerti algoritma dan psikologi masyarakat. Tantangan global seperti pernikahan lintas negara, penyimpangan ajaran, hingga isu sosial budaya membutuhkan pendekatan dakwah yang dialogis dan cerdas.
Akhir Kata: Sejarah Bukan Nostalgia, Tapi Kompas
Mempelajari sejarah dakwah Islam bukan semata mengenang kejayaan masa lalu. Ia adalah kompas: menunjukkan bagaimana Islam bertahan, berkembang, dan beradaptasi. Dan dari sana, kita belajar bahwa dakwah terbaik adalah yang mampu menyentuh hati, menjawab zaman, dan tetap membawa pesan langit dengan cara paling membumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI