Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Itu "Servus" dan "Ancilla"

27 September 2022   08:47 Diperbarui: 27 September 2022   10:09 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi. Para mueid mendengarkan gurunya.

PEMIMPIN ITU "SERVUS"  DAN "ANCCILA"

  (Sebuah Catatan Reflektif)

      Lukas sebagai salah satu penulis kisah, menulis sebuah topik seperti ini: "Siapa yang terbesar di antara para murid," sebagai berikut,

      (Ketika tiba di rumah di Kampung Nahum di tepi laut Galilea bersama dengan para muridnya. Si Pemimpin bertanya: "Apa yang kamu perbincangkan dalam perjalanan pulang kita?" Lalu timbulah pertengkaran di antara para muridnya karena topik yang mereka bahas adalah "Siapa yang terbesar di antara mereka."

       Tidak satu pun yang mau berkata jujur. Tetapi Si Pemimpin mengetahui  pikiran mereka.  Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkan di sampingNya, dan berkata kepada mereka: "Barang siapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia  menyambut Aku.")

Lukas secara esensial menampilkan dalam kisah itu suatu naluri kemanusiaan yang pada titik tertentu menjadi karakter yang amat kotradiktif dengan sikap yang dihidupi Ayub, yakni humble atau berserah diri pada Allah. Sikap berserah diri pada Providentia Divina Dei," (Penyelenggaraan Ilahi Allah), dalam situasi dan keadaan apapun.

Karakter yang kontradiktif ini tergambar jelas pada sikap para murid yang mempertengkarkan posisi, kedudukan, jabatan, "Siapakah yang terbesar di antara mereka."  

Sikap "ingin lebih besar" adalah karakter ambisius untuk berkuasa, dan komunitas manusia dalam kehidupan bersama dijadikan ajang perebutan kuasa serupa hidup di rimbah persaingan. Perlu siapa yang kuat dan hebat untuk menjadi pemimpin yang berkuasa atas kelompok, kawanan dan siap bertarung dan berhunjuk taring menghadapi kelompok lain yang juga penghuni rimba yang sama.

Jika ini menjadi karakter manusia maka manusia selalu hadir dalam persaingan. "Homo homini lupus," (manusia  adalah serigala bagi sesamanya), dan bukannya "homo homini socius" (manusia adalah saudara satu sama lain).

Sudah barang tentu bahwa sikap "homo homini lupus" menjadikan dan mengarahkan pribadi-pribadi dalam komunitas berambisi menjadi yang terbesar, dan hal ini sangat jauh dari harapan Si Pemimpin sebagaimana kisah di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun