Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemimpin Itu Panutan

1 Maret 2024   12:48 Diperbarui: 1 Maret 2024   13:01 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
istockphoto-1095046980-1024x1024

Pemimpin itu Panutan

"Besok lagi kalau butuh apa-apa langsung bilang ke saya saja. Yang penting ada bonnya. Tidak perlu Pak Santoso yang bilang di group. Dia kan setingkat Manager." Suara bu Ike sedikit meninggi ke mba Sita.

Mba Sita menjawab, "Kita kan sudah laporan ibu kalau ATK sudah habis. Ibu tidak segera kasih kita uang. Saya tidak punya uang Bu untuk beli."

Bu Ike terus menggerutu tidak mau disalahkan. Melihat hal itu bu Ana yang duduk di depan bu Ike merasa sedikit risih dan segera menjelaskan. "Bu Ika, mba Sita dan staff lain diminta untuk ngeprint surat oleh Pak Santoso namun karena tidak ada tinta, mereka bilang belum beli tinta. Begitu Bu Ike. Saya rasa Pak Santoso berinisiatif sendiri mengirim pesan di group whatsapp karena bu Ike kan pemegang anggaran."

Bu Ike masih tidak mau mendengarkan penjelasan bu Ana dan diam sambil terus cemberut. Bu Ana segera meninggalkan ruangan pindah ke ruangan staf.  Dia tidak ingin memperkeruh suasana.  Bu Ana membuat teh manis hangat untuk menciptakan mood untuk bekerja. Beberapa pertanyaan seputar kantor di whatsapp dia segera jawab. Bekerja melalui gawai sangat mudah. Rekam jejak bekerja dapat terlihat dari kordinasi via whatsapp. 

Pak Santoso masuk ke ruang staff dan bertanya, "Bu Ana kok duduk disini? Apakah ada masalah dengan bu Ike?' Ekspresi wajah Pak Santoso yang lucu membuat bu Ana tertawa. "Ada gencatan senjata Pak di ruangan kita." Jelas bu Ana sambil sedikit nyengir.  

Pak Santoso berusia lebih muda dari bu Ana. Jabatan Pak Santoso satu tingkat diatas bu Ana dan bu Ike. Hubungan mereka baik-baik saja karena saling meledek dalam keseharian sudahlah biasa. Kali ini sedikit berbeda, jika berkenaan dengan uang bu Ike orang yang paling sensitif. Padahal sebagai bendahara dia cukup melaporkan saja kepada bapak bos besar segala pengeluaran yang masih terkait dengan keperluan kantor. 

Satu hari itu ruangan staff personel bidang pendidikan sunyi, tidak ada canda tawa seperti biasanya. Pak Santoso tidak bisa dengan suasana yang terasa kaku. Seperti biasanya dia on-kan tabnya dan tidak berapa lama lagu-lagu lama yang dinyanyikan oleh para penyanyi muda dengan musik kentrung memecah keheningan. Lagu "Cintaku tak terbatas waktu dan Apa kabar mantan," sering diputar oleh Pak Santoso. Karena sering mendengarkan lagu-lagu itu bu Ana jadi tertarik untuk menghafalkan.

Kedua lagu selesai diperdengarkan dilanjutkan dengan lagu-lagu gembira lainnya, namun karena suasana gencatan senjata masih berlangsung, tidak ada obrolan atau perbincangan diantara individu-individu di ruangan yang tidak terlalu besar namun bersih itu. Personel di ruangan masih tenggelam dengan pikiran masing-masing.

Mereka berusaha mengerjakan tugas pokok sehari-hari. Bu Sita mulai mengetik surat, bu Ana membaca surat-surat resmi yang dikirim dari kantor lain dan bu Ike dengan wajah cemberut menyusun berapa file di atas mejanya. Sementara pak Santoso meninggalkan ruangan berkordinasi dengan bagian lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun