Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemimpin Itu Panutan

1 Maret 2024   12:48 Diperbarui: 1 Maret 2024   13:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
istockphoto-1095046980-1024x1024

Waktu berlalu terasa lama sekali. Suara adzan dzuhur berkumandang. Penghuni ruangan bangkit dari duduk bersiap-siap untuk mengambil wudlu dan sholat berjamaah. Hanya bu Ike yang kebetulan non muslim yang tinggal di ruangan. Bu Ana juga mengambil wudhlu namun bu Ana memilih sholat di bilik di ruangan sendiri karena kaki Bu Ana yang kadang-kadang terasa sakit tidak nyaman jika berjamaah. Bu Ana tidak bisa mengikuti gerakan sholat personel lainnya.

Pukul 13.00 para staf dan pak Santoso sudah kembali ke ruangan dan mulai makan siang. Bu Sita yang hobi memasak mulai mengeluarkan makanan rumahan yang dia bawa pagi hari.  Dia hangatkan di pantri sambil membuat dadar telor. Kebersamaan untuk menikmati makan siang mencairkan suasana kaku dan kurang nyaman. Hanya ibu ike yang tidak beranjak dari tempat duduknya. Dia masih asik duduk di depan komputernya.

Bu Ike, makan Bu!" Bu Ana mengajak makan bu Ike tapi tidak ada sahutan. Sekali lagi bu Ana mengulangi ajakan untuk makan namun tiada ada respon. Akhirnya bu Ana tidak lagi menawari makan bu Ike namun bergabung dengan staf lain menyantap makan siang sayur asem, ikan goreng dan dadar telor. Alangkah indahnya kebersamaan itu.  Namun di dalam hati bu Ana bertanya-tanya apakah bu Ike masih marah kepadanya dan staf.

Karena rasa penasarannya kenapa tidak ada sahutan dari bu Ike, bu Ana bertanya kepada bu Sita kenapa bu Ike diam saja ketika dia ajak makan. Bu Sita menjelaskan kalau sedang marah bu Ike memasang penyumbat telinga (Earplug ) agar tidak mendengar pembicaraan orang lain.

Hari berlalu cepat setelah pukul 14.30. Bu Ana dan staf lain merapikan meja dan tas yang akan dibawa pulang. Bu Ike beranjak dari tempat duduknya menuju meja tempat menaruh makanan dan membawa 3 pack makanan untuk dibawa pulang karena ada dua staf lain yang sedang dinas luar.

Para staf lain hanya diam melihat bu Ike membawa makanan dan kembali ke ruangannya. Tidak ada pembicaraan lagi. Bu Ike permisi pulang ke pak Santoso dan bu Ana. "Pulang dulu ya Pak San dan Bu An." Ucap bu Ike dengan suara sedikit melunak sambil meninggalkan ruangan. Bu Ana dan Pak Santoso mengangguk tanpa berucap melihat bu Ike pergi.

Pak Santoso dan bu Ana saling berpandangan dan tersenyum namun tidak berbicara. Mereka berdua tidak mau membahas kejadian di pagi hari. 

" Saya juga mendahului ya pak Santoso dan bapak ibu semua. Takut ketinggalan bus." Begitu pamit bu Ana sambil membawa bagpack hitam berisi laptop kesayangannya keluar ruangan.

Sepanjang jalan bu Ana masih mengingat kejadian yang sebenarnya tidak perlu diributkan, hanya perlu penjelasan dan sikap saling memahami.  Menjadi pemimpin memang tidak mudah terlebih menjadi pemimpin yang menjadi panutan anak buahnya. Bersikap bijaksana dan mau mendengarkan orang lain adalah kunci seorang pemimpin.  

Selamat membaca, tunggu kisah-kisah lainnya.

Jakarta, 1 Maret 2024.

Nani, pecinta literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun