Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menepis Badai (Cerita Bersambung)

27 Februari 2021   20:03 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:35 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara ibuku hanya menangis setiap mendengar bapakku menasehatiku dengan marah-marah, karena pada prinsipnya bapakku tidak menyetujui. Dalam pergulatan yang panjang itu, akhirnya bapak dan ibuku menyetujui aku kuliah di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

Bulan Mei tahun 1997, bermodalkan uang Rp.380.OOO dan beras 10 kilogram, aku dan saudariku Thres bersama Kak Anton, pukul 06.30 pagi, kami bertiga menumpang mikrolet dari kampung Libunio ke Bajawa.

Ibuku melepas kepergianku dengan deraian air mata, sedangkan bapakku sudah berangkat ke sawah sebelum keberangkatanku, mungkin bapakku tidak sanggup melihat aku pergi.

Dari kaca mobil, aku masih melihat ibuku melambaikan tangan ke arah kami, sampai mobil yang kami tumpangi menjauh dari padangan ibuku.

Aku menangis haru, meninggalkan ibuku dengan setia melambaikan tangannya. Sampai aku tak lagi melihat lambaian tangan ibuku karena mobil melaju di tikungan jalan.

Sesampai di Bajawa, kami bertiga menumpang Bus Surya Agung menuju Maumere. Tiba di Maumere pukul 17.30 sore, dan kami bertiga menginap di hotel Benggoan 2 yang dekat dengan pelabuhan Maumere.

Keesokan harinya, pukul 05.00 pagi, kami bertiga bertolak dari Maumere menuju Ujung Pandang dengan KM Awu.

Ada rasa haru dan bangga selama hidup baru pertama kali ini aku menumpang kapal laut. Teringat kembali kata-kata motivasi guru kelasku, bapak guru Aloysius Wula, ketika aku duduk di kelas VI SD.

"Kalau kamu mau melihat air laut, kamu mau naik kapal laut, kamu harus sekolah. Setelah tamat SD, kamu harus ke SMP, setelah tamat SMP, kamu harus ke SMA, setalah kamu tamat SMA kamu harus kuliah, dan saat itulah kamu akan melihat air laut dan kamu bisa naik kapal laut." Begitu ujar guruku ketika itu.

Tak sadar air mata membasahi kedua pipiku, mengenang kata-kata motivasi guru SD ku, perjuangan meyakinkan kedua orang tuaku dan lambaian tangan ibu melepas kepergianku sampai aku menghilang dari padangannya.

Dalam hati aku berdoa, "Tuhan, jagalah bapak dan ibuku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun