Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menepis Badai (Cerita Bersambung)

27 Februari 2021   13:09 Diperbarui: 27 Februari 2021   13:12 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian kedua

Sukacita di Balik Derita

(Tuhan begitu baik. Kasih-Nya begitu indah bagiku, bagi keluargaku)

Setahun kemudian, atas permintaanku sendiri kepada kedua orang tuaku, aku dipindahkan sekolah dari SMP Swasta Slamet Riyadi Soa ke SMP Katholik St. Clemens Boawae tahun 1992. Mendapat kawan baru dan suasana baru di sekolahku yang baru adalah pengelaman yang begitu berkesan bagiku. Aku diterima di SMP Katholik St.Clemens Boawae di kelas 2.

SMP Katholik St. Clemens adalah salah satu sekolah swasta di bawah naungan konggregasi suster CIJ. Dan kepala sekolah kami adalah Sr. Stephanie, CIJ. Senang dan bangga, karena aku dibimbing dan dan diajar oleh para suster selain bapak dan ibu guru dari kalangan awam.

Belum genap setahun aku menimba ilmu di SMP Katholik St. Clemens, aku mendapat berita, bapakku sakit dan harus di rawat di rumah sakit swasta susteran FMM Soa. Dalam kesedihan dengan deraian air mata, aku berdoa di Kapel kecil samping Gereja St. Fransiskus

Xaverius Boawae, setiap pukul 18.00 Wita, aku berdoa di Kapel itu,

"Tuhan, Aku belum mengerti apa-apa tentang hidup ini... Jika pendidikan yang aku tempuh ini, akan membuatku mengerti arti hidup dan kehidupanku kelak, sembuhkanlah bapakku dari sakitnya, karena hanya bapakkulah yang bisa membuatku memahami arti hidup ini. Sembuhkan bapakku, Tuhan. Agar bapakku dapat bekerja di kebun dan di sawah lagi. Tuhan, aku mohon pada-Mu, sembuhkalah bapakku. Amin. "

Tujuh hari berturut turut setiap pukul 18.00 WITA, aku berdoa dengan ujud doa yang sama untuk kesembuhan bapakku di Kapel. Seminggu kemudian, aku mendengar berita bahwa kesehatan bapakku semakin membaik. Kembali aku ke kapel, aku mengucapkan syukur kepada Tuhan.

Dua tahun aku sekolah di SMP Katholik St. Clemens, saat yang ditunggu-tunggu adalah menanti pengumuman kelulusan kelas 3, setelah diawali dengan mengikuti ujian Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Semua orang tua hadir dalam acara pengumuman kelulusan kelas 3, dan bapakku juga hadir bersama para orang tua lainya di hari bersejarahku.

Bapakku hadir dengan mengenakan kain sarung dan sandal jepit, mendampingiku dalam acara penerimaan amplop kelulusan kelas 3.

Saat yang ditunggu-tunggu serta mendebarkan ketika Suster Kepala Sekolah akan menyampaikan presentasi kelulusan kelas 3 Angkatan ke-3 (1994) SMP Katholik St.Clemens Boawae. Semua kami dalam ruangan pertemuan bersorak riuh ketika Suster Kepala Sekolah menyampaikan hasil kelulusan dari atas podium aula pertemuan,

"Bapak/ibu orang tua wali kelas 3 yang kami kasihi, dan yang kami banggakan siswa/ siswi kelas 3 SMP Katholik St. Clemens Boawae Angkatan ke-3 tahun pelajaran 1993/ 1994.Dengan rasa syukur atas nikmat dan karunia Tuhan yang maha Esa, kami menyampaikan dari peserta EBTANAS kelas 3 anggkatan ke-3 tahun pelajaran 1993/ 1994 yang berjumlah 76 orang, yang lulus pada Angkatan ini sejumlah, Tujuh puluh enam orang. Artinya, tahun ini presentase kelulusan dari sekolah kita adalah 100%. "

Seisi ruangan bergemuruh. Dan yang lebih berkesan bagiku adalah ketika aku dan bapakku diminta maju ke depan podium bersama dua temanku beserta orang tua mereka. Aku dan temanku dinyatakan sebagai peserta EBTANAS angkatan ke-3 yang mendapatkan nilai EBTANAS terbaik. Aku mendapat nilai tertinggi urutan ke-3 (Juara ke-3).

Ayahku menerima amplop kejuaraanku sebagai peserta EBTANAS yang meraih juara ketiga. Dengan mata berlinang dan senyum bahagia, bapakku merangkulku di depan peserta yang hadir. Aku menangis sesenggukan dipelukan bapakku. Aku bahagia, aku bisa membuat orang tuaku tersenyum.

***

Bulan Mei 1994, aku mendaftar di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) Bajawa. Dan aku diterima sebagai salah satu siswa baru di sana di tahun pelajaran baru yang akan dimulai pertengahan bulan Juli tahun 1994.

Belum satu semester aku di kelas I SMU, tepatnya bulan Oktober 1994, aku mendengar berita dari kampung bahwa ayahku sakit keras dalam kondisi kritis, dan dirawat di Rumah Sakit Susteran FMM Soa. Sedih, menangis, aku mendengar berita itu. Dalam kesedihan, aku menuju kapel kecil di Gereja Santo Yoseph Bajawa, di sana aku berdoa.

"Ya Allah Bapa di dalam Surga, aku masih sangat muda, kedua orang tuaku menaruh harapan besar kepadaku untuk menjadi kebanggaan mereka. Cita-citaku untuk membuat mereka bangga adalah aku berhasil dalam pendidikanku.

Allah Bapa dalam Surga, saat ini bapakku yang menjadi harapanku satu-satunya mewujudkan cita-citaku, mengalami sakit keras. Dengan rendah hati, aku memohon pada-Mu Bapa, ringankan sakit yang diderita bapakku, sembuhkan penyakit bapakku. Amin. "

Setiap pukul 19.00 aku berdoa di kapel itu dengan ujud doa yang sama selama tujuh malam berturut-turut. Hari ke delapan, dalam tidur malam aku bermimpi. Dalam mimpi itu aku sedang berada di tengah hutan.

Aku didatangi seorang kakek tua, berambut putih, berjenggot putih dan berjubah putih. Kakek itu berkata, "Anak, anak mau?" Aku menjawab, "ya aku mau." Kakek tua itu berkata, "lihat ini". la menunjukkan aku jenis-jenis pohon dengan begitu cepat," Ini....ini... dan ini sampai tujuh pohon."

Aku benar-benar tidak ingat apa yang ditunjuk oleh kakek itu. Karena kakek tua itu menunjuk jenis-jenis pohon tersebut dengan begitu cepat. Yang aku ingat hanya pohon ketujuh, yaitu pohon merongge.

Lanjut kakek itu berkata, "anak ambil kulit dari ketujuh pohon ini, anak jemur sampai kering. Selanjutnya semua kulit dari ketujuh pohon it anak haluskan menjadi tepung," kata si kakek. "Tepung kayu inilah, anak akan membantu menyembuhkan segala macam penyakit banyak orang," lanjut si kakek.

Aku terjaga dari tidur, aku mengingatingat kembali mimpi itu, aku mencoba mengingat ketujuh pohon tersebut. Namun hanya satu pohon yang aku tahu, yaitu pohon merongge, sedangkan enam pohon lainnya aku tidak tahu. Aku hanya berguman dalam hati, mungkin aku akan menjadi seorang dokter atau tenaga medis setelah SMU nanti.

Satu bulan kemudian, aku mendapat berita bahwa, bapakku sudah sembuh dari sakit. Aku bersyukur kepada Tuhan atas karunia kesembuhan bapakku.

Semenjak sakit ketika aku ddk di kelas 2 SMP, bapakku untuk sementara waktu selama enam tahun dilarang dokter melakukan kerja yang berat-berat. Sehingga sejak itu, setiap liburan kenaikan kelas, aku biasanya selama satu bulan membantu bapakku bekerja di sawah.

Dan biasanya dua minggu sebelum liburan, bapakku sudah menyemai bibit padi. Ketika libur, aku yang melanjutkan membersihkan, mencangkul, sampai menanam padi.

Sehingga ketika memasuki tahun ajaran baru, padi sudah ditanam dan kedua orang tuaku tinggal melanjutkan merawatnya.

Sampai-sampai ada satu dua orang tua yang ada di kampungku mengatakan, "Viktor, kamu sebenarnya membiayai sendiri sekolah kamu, setiap libur kamu kerja sawah, dan orang tuamu tinggal melanjutkan perawatan."

Aku hanya menjawab, "jika tidak seperti itu, siapa lagi yang membantu orang tuaku, bapakku sakit-sakit, sedangkan adik-adiku masih kecil. "

Setelah tiga tahun aku di SMU Negeri Bajawa, tahun 1997 aku dinyatakan lulus bersama teman-teman dari jurusan IPA setelah mengikuti EBTANAS tahun pelajaran 1996/ 1997 dengan nilai yang memuaskan.

Aku bersyukur kepada Tuhan, di tengah situasi kehidupan keluargaku yang diterpa cobaan dan tantangan, aku dapat menyelesaikan pendidikanku di SMU.

Tuhan begitu baik, kasih-Nya begitu indah bagiku, bagi keluargaku.

Bersambung bagian ketiga....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun