Mohon tunggu...
Vika Yulia Safitri
Vika Yulia Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pengembangan Potensi Peserta Didik Melalui Multiple Talent Approach

11 Mei 2023   11:19 Diperbarui: 11 Mei 2023   11:33 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan interaksi dengan orang lain seperti guru disekolah, orang tua di rumah dan orang dewasa lain di masyarakat. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: "Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu".

Proses pendidikan dapat dipengaruhi oleh lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketentuan besar atau kecilnya pengaruh tersebut dari masing-masing lingkungan tidak dapat diukur, akan tetapi pengaruh dari lingkungan tersebut sangat berarti dan memiliki kesamaan dalam pencapaian tujuan yang dicita-citakan bangsa, negara dan agama. Sehingga yang menjadi tujuan utama adalah peserta didik. Dalam upaya mengetahui gambaran tentang peserta didik, tidak terlepas dari potensi-potensi belajar yang dimilikinya. 

Oleh sebab itu, tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup ialah untuk mengembangkan potensi kepribadian sesuai dengan kodrat dan hakekatnya, yaitu seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin. Dengan demikian supaya berkembang secara wajar potensi peserta didik, secara potensial keseluruhan potensi anak didik diisi kebutuhannya.

Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan pendidikan yang harus diperhatikan, seperti dapat di lihat pada Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Sebagai bagian intergral dari kurikulum sekolah/madrasah pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar dan pengembangan keterampilan, serta kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mengembangkan potensi peserta didik kita perlu mengetahui dan memahami terlebih dahulu karakter dan potensi apa saja yang melekat pada dirinya. 


Hal ini dapat disajikan dengan berbagai cara, salah satunya dengan berbasis multiple intelligences (kecerdasan majemuk). Setiap anak unik dan mereka mempunyai kekuatan pada bidang masingmasing, maka diharapkan pendidikan karakter berbasis multiple inteligences mampu lebih merasuk ke dalam diri anak. 

Multiple intelligences merupakan jalan masuk yang paling baik untuk informasi dapat dimengerti oleh anak. Pembelajaran berbasis multiple intelligences sangat perlu dilaksanakan dalam pembelajaran di pendidikan dasar. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi dalam jenjang pendidikan. Pembelajaran yang dilakukan dalam pendidikan dasar inilah yang dijadikan sebagai pijakan anak untuk mengembangkan pengetahuannya dalam proses pembelajaran yang lebih tinggi. 

Sehingga jika pengabaian kecerdasan anak sudah dilakukan sejak pendidikan dasar, maka anak tidak dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan minat bakat anak tersebut. Sebaliknya, semakin dini pengembangan kecerdasan yang dimiliki oleh anak dikembangkan, semakin cepat pula guru mengetahui potensi yang dimiliki oleh anak didik.

Implementasi kecerdasan majemuk di dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen komponen, antara lain orang tua murid, guru, kurikulum dan fasilitas serta sistem penilaian. Namun dalam konteks pelaksanaan pembelajaran di sekolah tampaknya pendidiklah yang paling berperan dalam proses ini, dengan jalan mengetahui kecerdasan setiap individu peserta didik, kemudian ditunjang oleh kemampuan mengajar yang baik. 

Dengan kemajemukan kecerdasan yang dimiliki peserta didik ini, hendaknya guru lebih arif menyikapinya dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik kecerdasan peserta didik. Guru perlu mengajar dengan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik lebih mudah untuk belajar. Oleh karena itu, akan lebih tepat jika guru sebelum mengajar sudah mencoba untuk mengenali dan mengidentifikasi karakteristik jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didiknya.

Usaha yang dapat dilakukan oleh pendidikan adalah melalui kurikulum yang di implementasikan disekolah oleh guru. Teknik implementasi multiple intelligences yang pertama yaitu melakukan identifikasi IQ dan melakukan observasi. 

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan umum dan kemampuan khusus yang dimiliki. Kedua, berdasarkan hasil tes IQ dan observasi kemampuan dan bentuk tes lainnya yang telah dimiliki, lakukanlah pembentukan kelompok belajar sehingga membantu pendampingan belajar dan evaluasi proses melalui observasi. Ketiga, berilah perhatian pada anak dalam kelompoknya. Adapun manfaat dengan adanya pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah : 

1. Bagi guru, memiliki special moment dan strategi-strategi mengajar yang bisa terkumpul dalam kumpulan sebuah leso plan atau biasa di sebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences ini, guru memberdayakan seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik dengan baik. Guru dapat memantau perkembangan peserta didik dan membantu mengembangkannya. Kemudian, guru juga dapat mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik. Dalam pembelajaran akan tercipta suasana yang menyenangkan, karena ilmu masuk ke otak peserta didik tanpa disadari. 

2. Bagi peserta didik, manfaat yang diperoleh berupa life skill, karena peserta didik dalam kegiatan belajarnya guru selalu menggali potensi multiple intelligences-nya oleh guru berdasarkan kecerdasan dominannya yang sudah terlihat sebelumnya dalam sebuah tes yang bernama MIR. Peserta didik senang dan lebih berkembang kreativitasnya. 

3. Bagi orangtua, orang tua merasa senang karena anaknya diistimewakan. Hal tersebut sesuai dengan esensi dari multiple intelligences yang menjelaskan bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua anak adalah cerdas. Dengan konsep ini pembelajaran berbasis multiple intelligences sangat humanistis karena memanusiakan manusia sesuai dengan kodratnya.

Konsep multiple intelligences membuka kemungkinan bagi guru untuk mengembangkan strategi pembelajaran dan juga bagi setiap peserta didik untuk belajar dengan segenap potensi intelektual yang dimilikinya. Konsep ini menunjukkan kepada guru bahwa peserta didik memiliki banyak potensi kecerdasan. Untuk itu guru harus mampu mendesain segala aspek kegiatan pembelajaran yang bisa menjadi tempat yang ideal untuk mengembangkan dan melatih berbagai kecerdasan peserta didik seperti, kecerdasan logis-matematis, linguistik, spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, natural, dan eksistensial-spiritual.  

Beberapa mata pelajaran secara signifikan sangat mendukung upaya pengembangan kecerdasan majemuk, yang meliputi sembilan kecerdasan yang diperoleh dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Gardner (Abidin, Z. 2017: 127) sembilan kecerdasan dalam muliple intelligences itu antara lain :

1. Kecerdasan linguistik

Dikembangkan melalui pembelajaran yang berbasis bahasa dalam rumpun mata pelajaran agama tentunya bisa diperoleh peserta didik dalam pelajaran bahasa Arab, sebagai bahasa kunci untuk memahami pesan-pesan al-Qur'an dan al-Hadits, juga bisa didapatkan oleh peserta didik dari mata pelajaran lainnya yang berkorelasi dengan aspek pengembangan kecerdasan linguistik tersebut, misalnya dari pelajaran bahasa Inggris termasuk bahasa Indonesia. 

2. Kecerdasan matematis-logis

Berorientasi pada pengembangan kemampuan peserta didik berupa keterampilan dalam hitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis, melakukan operasi matematis yang kompleks. Beberapa mata pelajaran yang mengembakan kecerdasan matematis ini disamping pelajaran matematika, fisika, kimia, dan sebagainya. 

3. Kecerdasan spasial 

Kecerdasan ini memungkinkan seseorang berkemampuan memahami gambar secara tiga dimensi atau dengan kata lain membentuk orang yang mempunyai kapasitas dalam berpikir secara tiga dimensi. misalnya mata pelajaran keterampilan dan seni yang diajarkan sejak tingkat dasar, peserta didik diberikan tugas oleh gurunya untuk membuat lukisan dan sebagainya mulai dari lukisan dua dimensi hingga lukisan atau gambar tiga dimensi. Seiring dengan kemajuan teknologi mereka juga mulai diberikan materi teknologi digital grafis berupa gambar tiga dimensi untuk memjembatani pengembangan minat dan bakat masing-masing peserta didik.

4. Kecerdasan kinestetik tubuh 

Dalam prakteknya kecerdasan kinestetis dapat dikembangkan melalui pembelajaran olah raga kesehatan atau pendidikan jasmani yang berusaha mengambangkan motorik siswa sehingga aktif dan sehat. Pengembangan kecerdasan kinestetik juga bisa dikembangkan melalui pembelajaran yang membutuhkan praktek misalnya pembelajaran fiqih, yang mengajari gerakan-gerakan yang benar dalam shalat dan lain sebagainya., palajaran ilmu faraidl, ilmu falak dan sebagaianya.

5. Kecerdasan musikal 

Jenis kecerdasan dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, irama musik, melodi atau yang berkaitan dengan musik. Kecerdasan musikal dalam pembelajaran agama Islam di madrasah dapat dikembangkan dengan memberikan pelajaran seni suara atau seni musik tradissional Islam, dalam rangka pengembangan minat dan bakat peserta didik. Sedangkan pengembangan aspek seni suara yang diiringi oleh musik bisa dikembangkan melalui seni rebanah, hadrah, qasidah dan sebagainya yang bernuansa religi. 

6. Kecerdasan interpersonal 

Pengembangan kecerdasan interpersonal ditekankan diberikan pada peserta didik karena ini merupakan kunci kesuksesannya, berupa pembelajaran yang menekankan relasi sosial dan relasi dengan lingkungan masyarakat di mana saja mereka nanti bekerja dan berperan dalam pergaulan sosial. Pembelajaran yang berdimensi pengembangan kecerdasan interpersonal, didapatkan peserta didik dari jenis pembelajaran akhlak yang bertujuan membentuk kepribadian mulia peserta didik sesuai dengan etika Islam (akhlak al-karimah). 

7. Kecerdasan intrapersonal 

Kecerdasan yang dapat diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain. Kecerdasan intapersonal dapt dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di madrasah yang beroerientasi bagi pengembangan kemampuan individual sekaligus kemampuan sosial peserta didik, diharapkan akan menjadi generasi masa depan yang tangguh melalui latihan-latihan kepemimpinan, keperwiraan, kewirausahaan dan lain sebagainya. Di antara kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui latihan pramuka, pelatihan kepemimpinan dalam organisasai yang ada di madrasah, misalnya melalui kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), dan berbagai organisasi yang lainnya.

8. Kecerdasan naturalis

Bentuk kecerdasan berupa kemampuan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Kecerdasan naturalis dapat dikembangkan melalui pemberian pelajaran-pelajaran yang menekankan pesan-pesan ideal untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan alam, serta larangan untuk mengekploitasi alam yang dapat merusak lingkungan. Disamping itu kecerdasan naturalis dapat dikembangkan secara kontinyu melalui beberapa pembelajaran yang mengedepankan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan alam, misalnya melalui pembelajaran geografi, ilmu pengetahuan alam dan sains, dan sebagainya.

9. Kecerdasan eksistensial

Kecerdasan berupa kemampuan menjawab persoalan-persoalan eksistensi manusia atau, sopan santun, atau memiliki kecerdasan spiritual (spritual quotient). Kecerdasan ekstensial dapat dikembangkan dengan menekankan kemampuan spritual peserta didik, berupa kemampuan memahami hakekat dan jati dirinya sebagai manusia. Dalam konteks ini pembelajaran di sekolah/madrasah secara faktual mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dimensi spiritual peserta didik, dan kesadaran akan arti penting kehidupan sesama manusia, toleransi, empati terhadap sesama dan sebagainya, melalui semua materi pembelajaran agama. 

Konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) sebagai konsep atau teori yang lahir diakhir abad ke-20, sebenarnya bertujuan untuk melihat kecerdasan manusi secar utuh bukan hanya kecerdasan intelektual semata.karena manusia mempunyai potensi yang sangat luas bukan hanya kemampuan pengetahuan saja tetapi juga potensi sosial, spiritual, emosional dan sebagainya, yang harus dikembangkan secara bersama-sama seiring dengan kecerdasan intelektual atau kecerdasan otak manusia. 

Dengan memperhatikan kesembilan kecerdasan majemuk tersebut, tampaknya startegi pengembangannya dapat dilakukan secara komprehensif dengan menggali beberapa komponen kurikulum atau bahan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik oleh pendidik dal beragam mata pelajaran yang sangat bervarisi. Beragamnya mata pelajaran yang diajarkan tersebut mempunyai potensi yang sangat signifikan dalam pengembangan kecerdasan mejemuk dalam berbagai dimensi dan jenis-jenis kecerdasan majemuk tersebut. 

Melalui konsep multiple intelligences ini juga akan merubah paradigma guru dalam pembelajaran selama ini. Tidak ada peserta didik yang bodoh, yang ada adalah peserta didik belum menemukan cara mengajar yang sesuai dengan karakteristik kecerdasannya. Guru harus berpikiran terbuka dan memiliki sudut pandang bahwa semua peserta didik adalah cerdas. Tinggal bagaimana guru mengemas pembelajaran yang dapat meningkatkan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.  

DAFTAR PUSTAKA 

Abidin, Z. 2017. Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) di Madrasah. Jurnal Pendidikan. Vol. 3.

Afandi, M. 2021. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management. 

Astuti, J. 2018. Rahasia Multiple Intelligence Pada Anak. ISTIGHNA. Vol. 1. No. 2.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hasanah, U. 2015. Konsep Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences dalam Perspektif Munif Chatib. Jurnal Tarbawiyah. Vol. 12. No. 2. 

Ma'arif, M. A., Sulistiyanik, E. D. 2019. Pengembangan Potensi Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence). Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 4. No. 2.

Santika, W. E. 2020. Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Daring. Indonesian Values and Character Education Journal. Vol. 3. No. 1.

Sulistyo, S. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligences. Surabaya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun