Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita, Demokrasi, dan Fanatisme

6 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 6 Februari 2021   11:22 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa orang khususnya akademisi luar negeri berpendapat bahwa demokrasi di Indonesia berjalan dengan baik. Penilaian ini didasarkan perbandingan dengan negara lain khususnya beberapa negara di kawasan Asia, seperti Birma (Myanmar), Filiphina bahkan Malaysia dan Singapore.

Kenapa demokrasi di Indonesia, istimewa di mata orang asing ?

Menurut mereka, Indonesia punya persoalan yang sangat kompleks. Bukan saja sosial, ekonomi, tapi juga budaya dan politik. Dalam hal geografis, Indonesia juga punya rentan wilayah yang panjang yang tidak bisa dianggap remeh. Sekitar 14 ribu pulau dengan ratusan adat dan bahasa lokal, adalah sebuah tantangan tersendiri bagi kesejahteraan bangsa ini. Berapa banyak alat transportasi yang harus disediakan, lalu infrastruktur yang juga harus dibangun. Itu sama sekali tidak mudah dan mahal harganya.

Karena tingkat kesulitan mencapai kesejahteraan yang relatif tinggi, ditambah korupsi dan KKN yang sangat mengakar pada zaman orde baru, orang melihat bahwa Indonesia sangat sulit mencapai kesejahteraan sesuai standar dunia. Ketimpangan memang sangat terasa di kotakota besar dengan pedesaan sehingga ratio gini juga masih relatif tinggi.

Namun kita masih punya modal penting yaitu persatuan diatas perbedaan yang kita miliki. Ratusan suku bahkan ribuan suku bisa disatukan dalam satu negara dan memiliki satu falsafah hidup, itu adalah sesuatu yang luar biasa. Islam sebagai agama mayoritas tumbuh sebagai agama yang moderat. Kita juga dikeal sebagai negara dengan warga yang santun, ramah dan toleran. 

Coba kita lihat sebuah negara besar seperti China yang memiliki sekitar 10-11 suku bangsa, masih kesulitan dalam menyatukan mereka. Di masa lalu, bahkan sebuah suku berusaha menghabisi suku lainnya, untuk mencapai kekuasaan sehingga dinasti yang mereka junjung akan lebih lama berkuasa. Di masa sekarang juga masih banyak persoalan negara China yang muncul ke permukaan berkenaan dengan suku bangsa mereka.

Namun selama sekitar dua dekade ini, Indonesia memang mengalami tantangan yang berbeda dengan sebelumnya. Tantangan itu bukan berupa infrastruktur atau demokrasi, namun adanya fenomena menguatnya arus konservatisme keagamaan dan fanatisme kelompok (suku atau agama). Konservatisme agama mendorong fanatisme yang berlebihan dan ekspresi kesalehan yang sengaja dimunculkan di ruang public, sehingga dominasi agama mayoritas makin terasa menekan minoritas.

Ini adalah tantangan tersendiri bagi negara demokrasi yang sukses di mata dunia ini. Indonesia harus memerangi fanatisme berlebihan yang mulai kuat di tengah kita. Kita yakin akan bisa memerangi dengan berpegang teguh pada dasar negara kita, Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun