Saat ini wisata watersport dioperasikan di pesisir Pulau Samosir berupa banana boat dan jet ski. Sementara itu pada Sungai Asahan, dapat dijumpai perahu-perahu untuk rafting yang memanfaatkan beraneka jeram. Asahan termasuk arung jeram favorit para penggemar rafting di tingkat nasional.Â
Alangkah baiknya jika tiap panitia watersport diberi pelatihan standarisasi tentang keselamatan. Dengan begini, tidak hanya penggemar watersport yang tertarik untuk beraktivitas di perairan ini, tetapi para wisatawan yang semula niatnya hanya mau selfie-selfie saja menjadi percaya akan profesionalitas awak wisata watersport di sekitaran Toba, dan mau merogoh kocek lebih dalam untuk ber-watersport ria.
Saya sendiri malah terpikir bahwa sebaiknya para penduduk lokal mau mencoba menyewakan perahu solu kepada turis. Solu itu sangat umum dimiliki oleh penduduk lokal, dipakai untuk berlayar ke tengah danau untuk memancing ikan. Nah, bagi turis, pengalaman mengitari pesisir danau dengan menumpang perahu tradisional rakyat Toba tentu akan jadi memori berharga.
Penyediaan Fasilitas
Banyak obyek wisata dikelola sebagai badan usaha milik desa, dengan maksud menjaga autentisitas obyek tersebut. Tetapi kelemahannya, para pengelolanya seringkali khilaf dengan mengabaikan fasilitas penting bagi turis.
Bukit Holbung di Kabupaten Samosir, contohnya, yang setahun terakhir seringkali dipenuhi wisatawan untuk menikmati panorama doba, harus dicapai dengan mendaki ratusan anak tangga. Di antara anak tangga itu ternyata tak ada toilet. Padahal adakah jaminannya, bahwa di antara ribuan wisatawannya itu, tak ada yang akan membuang hajat yang jadi calon polutan bagi flora dan fauna di sana?
Penyebabnya, pengelolanya melarang siapapun mendirikan bangunan apapun di atas Bukit Holbung. Mungkin maksudnya melarang penduduk mendirikan warung supaya tidak sampai merusak autentisitas, tapi mendirikan fasilitas toilet semestinya akan membuat kegiatan pengunjung di sini tetap ramah lingkungan.Â
Contoh fasilitas lainnya yang juga sering dilupakan pengelola tempat wisata adalah parkir. Sesederhana memuluskan lahan parkir dengan semen, mendirikan pagar untuk mengamankan lahan parkir dari upaya alih fungsi lahan menjadi tempat sampah di malam hari, sampai menyediakan petugas untuk menjaga parkir.
Kualitas objek wisata juga bisa ditingkatkan dengan bikin area informasi tentang isi obyek wisata tersebut. Misalnya pada Goa Sigalapang di Kabupaten Asahan, di pintu masuknya bisa disediakan papan informasi tentang peta arus sungai yang melewati goa tersebut, tentang sejarah berdirinya goa, juga tentang pedoman menggunakan life-saving jacket untuk berperahu di sana dengan aman. Jangankan membaca informasi ilmiah, bahkan membaca tentang dongeng legenda rakyat lokal yang terkait obyek wisata itu pun turis juga senang.
Dan tiap obyek wisata mestinya menjadi kesempatan untuk mendirikan pujasera yang menjual masakan khas Toba. Turis yang baru keluar dari Museum Huta Bolon di Pulau Samosir, tentu akan senang menikmati makan siang di restoran yang menyajikan mie gomak dan ayam napinadar.