Mohon tunggu...
Venansius
Venansius Mohon Tunggu... Guru - Guru, Musisi, dan Budayawan

Guru, Musisi, Budayawan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hayat Waria

19 Oktober 2021   08:51 Diperbarui: 19 Oktober 2021   08:57 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waria tiba di salah satu rumah. Terdengar gelak tawa. Ia masuk dan menyaksikan orang-orang sedang berpesta pora dengan brendy. Perempuan-perempuan merapat di pangkuan laki-laki hidung belang. Mereka menikmati rokok yang terselib di tangan dan tertawa terbahak-bahak bagai orang yang tak pernah ditimpa nestapa. Waria ingin seperti mereka yang menepiskan kesedihan hidup.

Di rumah inilah Waria akhirnya diterima oleh tuan rumah. Seorang wanita seusia mendiang ibunya dan semua orang menyebutnya mami. Dialah mami Nola yang sangat sedih melihat keadaan Waria lalu mengangkatnya menjadi anak. Waria mendapat kebahagiaan dalam asuhan tangan seorang mucikari, mami Nola.

Mami Nola yakin bahwa anak asuhannya itu adalah anak perempuan. Dan Waria pun tak pernah mengatakan bahwa dia adalah lelaki. Waria tumbuh menjadi dewasa berparas elok. Orang-orang mengira dia adalah perempuan. Banyak orang senang padanya, termasuk tamu-tamu mami Nola. Tapi, mami Nola tegas mengatakan bahwa Waria tidak untuk dijual. Semua kejadian yang menempatkan Waria sebagai perempuan dia lakoni hingga suatu hari Waria merasa harus mengakukan jati dirinya kepada mami Nola.

***

Waria masih terus memandangi keadaan di depannya dari kaca kafe. Jalanan tak lagi padat oleh kendaraan karena hujan tampak mulai menetes dari langit membasahi bumi. Orang-orang yang bercengkerama di luar tahu keadaan dan segera mencari tempat berlindung. Mereka masih tampak bahagia. Bahagia karena mungkin mereka tidak mengalami penolakan oleh yang lain. Mereka diterima seperti mereka juga menerima. Hanya itu yang Waria mau.

Waria ingin mami Nola tahu bahwa dirinya tak lagi bisa menerima pribadi seperti yang telah terjadi selama ini. Waria ingin mami Nola mengerti saja soal keinginannya untuk berubah sebagai lelaki sejati. Waria menjelaskan itu semua kepada mami Nola. Seandainya hal itu terjadi, Waria tak akan mau melakoni hidup dalam dua wajah, sama saja dengan berbohong pada kenyataan. Waria menangis. Menangis di hadapan mami Nola. Perempuan tua itu menghampiri Waria dan merangkul bahunya dari samping. Waria tahu bahwa hanya mami Nola yang mungkin bisa mengerti dengan keadaannya. Dan itu benar, seperti dahulu mami Nola kasihan pada cerita hidupnya yang pahit.

“Kau benar, jangan membelakangi situasi. Jika itu kehendakmu, tak ada yang bisa melarang, bahkan Tuhan pun mengijinkan. Tuhan tidak tertawa melihatmu tapi Dia memberi pelajaran dari hal pahit”. Mata Waria berkaca-kaca mendengar harapan dari mami tercinta. Hujan di luar sudah deras. Jalanan sudah sangat sepi. Mereka yang tadinya bercengkerama di beranda-beranda toko kini tak terlihat lagi. Mungkin masuk ke dalam ruangan mencari kehangatan sebab mereka tak ingin menimpa kebahagiaan dengan kesedihan.

Waria keluar dari kafe menyusuri selasar gedung-gedung bangunan yang dibasahi air hujan. Waria membiarkan dirinya dibasahi hujan, biarlah kemalangan hidupnya terbuang malam ini pada jalanan yang tersiram hujan. Sudah saatnya Waria menjadi orang lain serta melupakan seluruh rangkaian hidup yang menghinanya. Ia masuk ke dalam rumah dan membersihkan diri dengan air hangat.

Keesokan harinya, pagi sangat cerah ketika mami Nola membuka pintu rumahnya dan melihat seseorang pria berdiri di membelakangi pintu. Mami mengucapkan salam. Dan ketika pria itu membalikan badan tampaklah oleh mami Nola seperti wajah seorang yang dia kenal. Seorang yang taka sing. Seorang pria dengan wajah tampan yang beberapa tahun lalu datang sendiri ke dalam rumahnya dan diangkatnya sebagai anak. Pria itu membuka kacamata hitam yang dikenakannya seraya mengucapkan salam kepada mami Nola lalu memeluknya.

Detik itu, mami Nola memahami situasinya. Ia menitikan air mata dan memerima pelukan seorang pria yang telah membunuh pahitnya masa lalu. Mami Nola tahu dari sinar mata pria dihadapannya itu yang menyiratkan bahwa selamayan Waria tak akan pernah lagi kembali.

“Selamat datang anakku, dunia sudah menunggu kehadiranmu”.

Hari itu, Waria menjadi manusia baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun