Mohon tunggu...
Vetty Febriariane
Vetty Febriariane Mohon Tunggu... Wirausaha

Scripta manent, verba volant

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

124 Gram Emas dan Sebuah Mimpi, Dari Sudut Rumah Menuju Galeri Impian

27 Juni 2025   02:19 Diperbarui: 27 Juni 2025   02:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mimpi yang ketika saya bangun, saya bertahap mengusahakannya.

Saya percaya setiap rumah bukan sekadar tempat pulang. Rumah memiliki makna yang lebih dalam lagi dari hanya sekedar entitas bangunan tempat ternyaman untuk pulang dan beristirahat setelah kelelahan diluaran mengejar asa. Bagi saya yang memutuskan untuk mengabdi menjadi full mom and wife, rumah jadi titik mula semua lompatan besar. Rumah adalah wilayah kekuasaan sekaligus batas teritorial yang akan saya manfaatkan. Memanfaatkan segala kemampuan yang di miliki dari pengalaman akademik maupun hasil belajar sebagai ibu rumah tangga. Bukankah Ibu rumah tangga adalam pembelajar ulung multitalenta yang organic bertumbuh karena keadaan?


Jika tulisan ini terbaca oleh anda yang struggling menjaga mimpi tetap berkarier untuk dianggap ada oleh dunia namun keluarga adalah prioritas utama maka kita adalah kawan seperjuangan. Ibu rumah tangga adalah manajer, pelaksana sekaligus pengambil keputusan utama dalam rumah tangga. Kita sebagai wanita lebih peka bagaimana perputaran uang dan prioritas keuangan dalam berbagai tipe rumah tangga. Setidaknya obrolan santai terkadang julid dengan besty di komunitas emak-emak nongkrong penunggu anak membuka wawasan keberagaman ilmu yang bisa dikembangkan secara kreatif dengan orientasi ekonomi.


Tapi tentu saja, semua lompatan hebat itu butuh keberanian dan 124 gram emas. Ya, seratus dua puluh empat gram emas. Bukan sekadar perhiasan atau simpanan. Tapi bahan bakar untuk mesin mimpi. Dan bahan bakar itu kini sedang ditiup angin promo besar-besaran dari Pegadaian, tempat saya dan mungkin Anda juga bisa menjemput peluang menjadi nyata. Bisnis rumahan kini bukan lagi sekadar aktivitas ibu-ibu pengisi waktu, atau sampingan pekerja kantoran. Ia telah menjelma menjadi poros ekonomi kreatif baru. Di era pasca pandemi, ketika banyak kantor tutup dan toko fisik sepi, bisnis rumahan justru menemukan panggungnya. Dari dapur, ruang tamu, bahkan pojok kamar lahirlah jutaan konten kreatif, produk lokal, dan gerakan belanja sadar karya anak bangsa. Dari ruang tamu sempit saya bisa menjual ratusan produk fashion dan kopi setiap bulan nya.


Namun, tak semua mimpi bisa tumbuh hanya dengan sinyal WiFi dan semangat. Ada titik di mana sebuah usaha digital harus menjejak di dunia nyata. From click to brick. Dari toko online ke galeri offline. Dan di titik itulah, banyak pelaku UMKM termasuk saya terbentur satu tembok yang sama yaitu Modal.

Saya punya mimpi membangun HijrahWear Butik and Galery, sebuah butik sekaligus galeri terbuka untuk produk-produk modest fashion yang saya desain sendiri dan beberapa rekanan yang sesuai dengan karakter butik saya. Saya menyukai produk hijau yang menjunjung konsep suistanable, ramah lingkungan yang sebagian keuntunganya akan dikembalikan ke alam sebagai bentuk bakti sudah memberikan tempat bertumbuh yang indah. Tas kulit nabati yang minim limbah, aksesoris daur ulang, kerudung dan pakaian muslim yang dibuat se hijau mungkin sebagian dari jualan saya yang ingin saya naikan kelasnya menjadi Butik.


Saya ingin memiliki Butik and Galery yang lebih dari sekadar menjual pakaian. Saya ingin menciptakan ekosistem fashion hijau. Setiap produk yang saya produksi dan pasarkan akan dikelompokkan berdasarkan daya tahan dan siklus hidupnya. Untuk busana berbahan awet dan berkualitas tinggi, saya akan membangun komunitas preloved, tempat pelanggan bisa menjual kembali atau menukar koleksi mereka ketika bosan, tanpa rasa bersalah dan tetap bergaya. Ini bukan hanya memperpanjang umur pakaian, tapi juga menciptakan nilai tambah bagi konsumen: fashion yang punya nilai jual kembali.


Sementara itu, untuk produk yang rentan rusak atau berumur pendek, saya akan menyusun program edukasi dan pendampingan. Melalui komunitas kreatif, konsumen akan dibekali cara mengubah baju lama menjadi produk baru---seperti tas, aksesori, bahkan karya seni tekstil. Jika sudah tak bisa dimodifikasi, kami akan ajarkan cara mengolahnya agar bisa menyatu kembali dengan alam tanpa merusaknya. Strategi saya adalah mengusung konsep "slow fashion for conscious Muslimah", menggabungkan nilai keberlanjutan dengan modesty. Konsumen tidak hanya beli baju, tapi juga menyerap nilai, cerita, dan misi sosial. Bahkan saya sudah menyiapkan program tukar baju lama dengan diskon, sekaligus edukasi tentang zero waste fashion. Dengan cara ini, galeri saya bukan sekadar tempat belanja, tapi pusat gaya hidup berkelanjutan. Tempat orang belajar bahwa fashion bisa cantik, fungsional, dan tetap ramah lingkungan. Di Butik pelanggan bisa mencoba langsung kain tenun lokal yang saya modifikasi menjadi pakaian santai berkelas. Atau menyentuh bahan bamboo cotton yang super adem itu, sebelum memutuskan membeli. Galeri itu berdinding bata ekspos dengan jendela besar,  Kaca besar dan letak pencahayaan yang tepat (meminimalisir backlight) di sudut kampung urban yang kini mulai banyak dikunjungi wisatawan. Mimpi itu sederhana. Tapi nyata.


Galeri yang saya bangun bukan hanya tempat jualan. Tapi juga inkubator ide. Saya ingin membuka kelas mingguan tentang mendesain hijab, memadupadankan warna untuk muslimah, dan workshop daur ulang kain sisa. Saya ingin melibatkan ibu-ibu tetangga yang selama ini hanya menjahit pesanan kecil-kecilan untuk bergabung. Saya ingin galeri itu menjadi simbol bahwa usaha kecil bukan berarti mimpi kecil. Kalau satu unit galeri skala kecil saja bisa menyerap 8 tenaga kerja sekitar, maka bayangkan jika program seperti ini direplikasi di 100 kota lain. Pegadaian bukan hanya menjadi penyedia emas, tapi juga penyemai harapan baru di jantung kampung Indonesia.

 

Pegadaian Adalah Tempat Belajar, Bukan Sekadar Tempat Gadai

Dari Pegadaian, saya belajar bahwa emas bukan sekadar barang mewah. Ia adalah alat kendali. Ia bisa menjadi tabungan masa depan, pelindung nilai, bahkan pembuka jalan modal usaha. Saya memulai dari angka kecil. Gram demi gram. Tapi yang kecil kalau konsisten, akan menjadi kekuatan yang mengejutkan. Kini, emas-emas itu bukan sekadar koleksi. Ia adalah simbol dari perjalanan saya. Simbol bahwa menjadi perempuan produktif tidak harus meninggalkan peran utama di rumah. Simbol kesetaraan kesempatan mempunyai penghasilan tidak harus dilakukan dari luar rumah, bahkan dari sudut-sudut nyaman rumah pun bisa. Pegadaian tidak hanya memberi kemudahan menabung emas, tetapi juga menjadi solusi finansial yang ramah, tidak mengintimidasi. Di sana, saya merasa dihargai bukan karena besar kecilnya nilai yang saya punya, tapi karena niat dan tekad saya yang besar.


Emas Bukan Hanya Logam, Tapi Tekad yang Mengkilap

Hari ini, saya bisa berkata dengan lantang, emas saya murni hasil kerja keras. Bukan karena gaji tetap, bukan pula hadiah siapa-siapa. Tapi dari usaha sambilan yang saya jalankan dengan penuh semangat, di tengah padatnya peran sebagai ibu, istri, dan pekerja. Saya percaya, banyak perempuan seperti saya di luar sana. Yang diam-diam memutar otak mencari tambahan penghasilan. Yang di balik daster dan aktivitas dapur, menyusun strategi bisnis kecil-kecilan. Dan mereka semua layak punya emas mereka sendiri. Layak punya kendali atas masa depannya sendiri.


Kini Saya Punya Misi Menularkan Semangat Ini

Bagi saya, emas bukan hanya aset, tapi cerita. Cerita tentang keberanian memulai. Cerita tentang cerdiknya memanfaatkan peluang. Cerita bahwa bahkan "usaha kecil" bisa mencetak prestasi besar, jika kita tahu cara menyimpannya. Dan Pegadaian, dengan segala inovasinya, adalah panggung tempat cerita itu tumbuh. Melalui layanan digital, tabungan emas, dan banyak lagi tawaran program yang sesuai prinsip saya, dan semua tersedia dalam genggaman. Mudah, transparan, dan bersahabat. Dan yang paling membuat saya terkesan adalah setiap transaksi sekarang bisa mengumpulkan poin undian berhadiah! Sejak Juni hingga Desember, Pegadaian sedang mengadakan program undian nasional. Dari sekadar gadai, kita bisa dapat poin. Dan dari poin, kita berpeluang mendapatkan: mobil, HP, tabungan wisata, tablet, hingga grand prize 1 kilo gram emas yang ajaibnya sudah free pajak. Bayangkan jika saya beruntung mendapatkan 124 gram emas atau bahkan lebih itu cukup untuk menyulap pojok rumah jadi Butik Impian. Menambah modal usaha dan lebih banyak mengispirasi sesama juga berbakti kepada lingkungan serta alam.


Mengapa Pegadaian Cocok untuk Gen Z & Milenial

Saya tahu, banyak anak muda merasa takut dengan kata gadai. Seolah itu berarti gagal, terdesak, dan darurat. Tapi nyatanya, Pegadaian telah bertransformasi jauh dari stigma masa lalu. Pegadaian tampil digital, modern, ramah anak muda, dan sangat pro-UMKM. Aplikasi Pegadaian Digital kini memungkinkan saya cek saldo, top-up tabungan emas, bahkan gadai online hanya lewat ponsel. Fitur transparan, praktis, dan minim risiko. Cocok buat yang ingin bergerak cepat, tanpa ribet. Dan jika branding Pegadaian saat ini sedang ingin dikenal progresif dan dekat dengan gaya hidup kekinian, maka inilah momentum tepat membantu jutaan "pemimpi rumahan" menjemput takdir besarnya.


Jadi, jika Anda tanya saya, apa bisnis rumahan impian saya? Saya jawab: galeri butik yang berdiri dari emas. Dari gram demi gram yang dikumpulkan, digadaikan, dan dioptimalkan. Dari Pegadaian yang dulunya sekadar tempat menggadai, kini menjadi mitra transformasi ekonomi kreatif paling menjanjikan. Dan jika Anda, seperti saya, punya mimpi besar tapi rumah masih jadi satu-satunya kantor maka percayalah, kini waktunya naik kelas. Modal bisa dicari. Tapi keberanian dan rencana matang adalah tiket utamanya. Salam hangat dari rumah kecil saya yang siap berubah jadi galeri impian. Siapa tahu, 1 kilogram emas itu sedang menunggu Anda di Pegadaian.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun