Mohon tunggu...
Vau-G
Vau-G Mohon Tunggu... Wiraswasta -

" ...Menulis merupakan salah satu kesempatan berbagi hal baik (berupa inspirasi, pengalaman, dan pengetahuan) kepada banyak orang dalam jangkauan ruang lintas waktu yang jauh ke depan. Salam Olah Kata & Pikiran...Terus mem-Baca, me- Nelaah & me-Nulis..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taber Laot dan Muang Jong – Tradisi Adat Masyarakat Pesisir Pantai Kepulauan Bangka-Belitung ( Bagian 2)

30 Mei 2016   19:58 Diperbarui: 20 Juni 2016   23:59 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual Puja Pantai oleh Suku Mah Meri - farm2.staticflickr.com Images

Lakile ada guru kekire ia mulang

Akhirnya acara pun telah selesai, para peserta akan kembali ke daratan dengan gembira dan bernyanyi. Acara tersebut selesai sekitar pukul 12.00 WIB.

III. Tahap akhir ritual

Rombongan peserta akan kembali ke daratan dan menuju ke tempat pemandian dari air tanah yang dialirkan ke tempa. Ritual ini dilakukan dengan menyiram para pelaksana upacara satu demi satu yang bertujuan untuk menghindarkan gangguan makhluk-makhluk halus dari laut. Para peserta yang menyaksikan upacara tersebut juga akan di siram air hingga basah kuyup. Ada kepercayaan jika tidak terkena air, maka akan memperoleh malapetaka.

Beberapa pantangan dan aturan dalam ritual Muang Jong yaitu:

  • Sebelum dan sesudah ritual dilarang berkelahi. Jika ada yang melanggar akan dikenakan sanksi dikucilkan dan didenda membayar biaya peralatan selama pelaksanaan ritual.
  • Warna jong tidak boleh sama dengan warna perahu yang dipakai sehari-hari.
  • 3 hari setelah ritual, tidak diperbolehkan melaut.
  • Semua peserta upacara baik pelaksana maupun penonton harus mengikuti arahan. Termasuk ketika ada penonton yang tak sadarkan diri.
  • Pada waktu ritual pemandian, setiap orang harus bersedia terkena siraman air.

Lambang dan makna dalam ritual Muang Jong

  • Jong melambangkan hadiah berupa kapal kepada Dewa Laut,
  • Warna cat yang khusus sebagai bentuk penghormatan,
  • Sesajian sebagai persembahan untuk memperoleh hasil melaut yang melimpah,
  • Balai berbentuk limas sebagai persembahan rumah kepada Dewa Laut,
  • Warna putih pada ikat kepala Tetua Adat, kain layar dan pembungkus mayang pinang sebagai lambang kesucian,
  • Gotong royong dalam mempersiapkan ritual memiliki makna kebersamaan dan turut peduli dengan ritual budaya suku Sekak.

A.3. Muang Jong Tanjung Pendam,  Kecamatan Tanjung Pandang – Kabupaten Belitung

Belitung - radarbangka.co.id Images
Belitung - radarbangka.co.id Images

Muang Jong diselenggarakan juga oleh masyarakat pesisir pantai di Tanjung Pendam, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung secara turun temurun oleh suku Sekak yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Muang Jong berlangsung selama 3 hari. Setelah ritual adat, masyarakat suku Sekak dilarang mengarungi lautan hingga 3 hari ke depan.

Ritual prosesi Muang Jong:

  • Pelaksana upacara oleh Tetua Adat,
  • Berasik - kontak batin antara Tetua Adat dengan makhluk halus melalui pembacaan doa. Pada saat proses berasik berlangsung, akan tampak perubahan gejala alam seperti angin yang bertiup kencang ataupun gelombang laut yang begitu deras.
  • Malam sebelum jong di-larung kelaut, dilakukan semedi dan tari-tarian. Tarian Ancak dilaksanakan di hutan. Seorang pemuda akan mengoyang replika kerangka rumah yang telah dihiasi daun kelapa ke empat arah mata angin. Iringan gendang dan gong turut mengisi acara tarian. Bertujuan untuk mengundang para makhluk halus dan penguasa lautan dalam ritual Muang Jong. Tarian ini berakhir ketika penari tak sadarkan diri dan memanjat tiang jitun.

Tari Sambang Tali juga dipertunjukkan dalam acara ini. Dimainkan oleh sekelompok pria. Nama tarian ini dari nama burung yang biasa menjadi petunjuk lokasi yang banyak ikan. Terkadang, burung ini mampu menjadi petunjuk jalan menuju daratan ketika para nelayan kehilangan arah.

  • Numbak Duyung, yakni mengikatkan tali pada sebuah pangkal tombak dengan dibacakan doa-doa tertentu. Konon tombak ini dapat untuk menangkap ikan duyung. Kegiatan dilanjutkan dengan memancing ikan di laut. Jika ikan yang diperoleh banyak, maka orang yang dapat ikan tersebut, tidak diperbolehkan mencuci tangan di laut.
  • Acara jual beli Jong. Pada acara ini, orang darat (penduduk sekitar perkampungan suku Sekak) turut dilibatkan. Tidak mempergunakan uang, tetapi dengan sistem barter antara orang darat dengan orang Sekak. Terlihat kerukunan dan saling dukung. Dalam prosesi ini, orang darat akan meminta agar orang Sekak  memperoleh banyak rejeki, dan sebaliknya orang Sekak meminta agar tidak dimusuhi saat berada di darat.
  • Beluncong. Menyanyikan lagu-lagu khas orang Sekak dengan alat-alat musik sederhana.
  • Nyalui. Mengenang arwah orang-orang yang telah meninggal lewat nyanyian.
  • Sebelum upacara pelarungan jong, dilakukan kontak batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun