Karena disiplin dan kompetensi bukan hanya mencerminkan etos kerja individu, tapi juga berpengaruh langsung terhadap:
- Kualitas output kerja,
- Reputasi perusahaan,
- Efisiensi waktu dan biaya,
- Stabilitas tim dan kepemimpinan.
Seperti kata Palan (2007) dalam (Busro, 2018 hlm. 26), perusahaan masa kini tak lagi mempekerjakan karyawan untuk seumur hidup. Hanya mereka yang terus belajar dan berkembang yang akan tetap relevan. Investasi pada pengembangan kompetensi bukan pilihan melainkan keharusan.
Saatnya Menata Ulang Fokus SDM
Pemilik usaha perlu sadar bahwa mengelola sumber daya manusia bukan hanya soal rekrutmen dan gaji. Tapi juga tentang bagaimana memastikan orang-orang yang kita pekerjakan:
- Disiplin terhadap waktu dan prosedur,
- Kompeten dalam menjalankan tugasnya,
- Siap belajar dan berkembang.
Jika dua aspek ini dikelola dengan baik, maka strategi pemasaran, inovasi produk, bahkan profitabilitas pun akan mengikuti.
Strategi yang Perlu Dibangun:
- Solusi tidak cukup hanya menegur atau memberi sanksi. Perusahaan perlu membangun strategi jangka panjang, seperti:
- Pelatihan berbasis kebutuhan kerja untuk menyelaraskan kompetensi karyawan dengan tugas yang diberikan.
- Sistem absensi digital sebagai bentuk kontrol kedisiplinan yang objektif.
- Rekrutmen yang lebih selektif, tidak hanya berdasarkan ijazah tapi juga kecocokan kemampuan.
Dengan pendekatan ini, perusahaan tidak hanya memperbaiki kinerja, tetapi juga membangun budaya kerja yang profesional dan berkelanjutan. Jika keduanya dikelola secara strategis, maka perusahaan akan berkembang lebih cepat dan dipercaya lebih banyak klien.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI