Secara gamblang Schopenhauer menyatakan bahwa kehendak manusia itu seperti seseorang yang kuat tetapi buta sedang menggendong orang lumpuh yang bisa melihat, sehingga bisa dikatakan bahwa "sesuatu" yang irrational (buta menggambarkan irrational) mengendalikan diri kita. Kehendak adalah satu-satunya unsur yang permanen dan tidak berubah di dalam jiwa manusia. Kehendak merupakan pemersatu kesadaran, ide-ide, dan pemikiran-pemikiran, lalu mengikatnya dalam satu kesatuan harmonis. Kehendak adalah pusat organ pikiran.
Schopenhauer juga memiliki pandangan bahwa hidup merupakan sebuah penderitaan. Kehendak buta itu tidak ada ujungnya sehingga membuat seseorang tidak pernah puas. Hidup manusia dikuasai oleh kehendak yang tiada habisnya, sedangkan pemenuhan terbatas. Kehendak yang tidak mampu dipuaskan tersebut membuat frustasi. Pada akhirnya kehendak membuat kehidupan manusia penuh penderitaan.
Ia memandang hidup sebagai rasa sakit, jika ada rasa senang, maka itu hanyalah "tempat pemberhentian sementara" dari penderitaan. Kebahagiaan dipandang sebagai sesuatu yang negatif karena kepalsuannya. Kesinambungan dari kebahagiaan adalah kematian. Pada akhirnya, hakiki dari kebahagian adalah sebuah kematian.
   Â
Bunuh Diri Sebagai Bentuk Kehendak Buta Manusia
Hidup memang tidak bisa terus berjalan dengan mulus, kadang kala kita dihadapkan dengan berbagai tantangan dan kegagalan. Pada masa sulit tersebut kerap kali manusia berpikir secara irrational. Teori Schopenhauer menjelaskan tentang ke-irrational-an manusia, teori tersebut menyatakan bahwa "Manusia merupakan makhluk yang dikuasai oleh kehendaknya yaitu kehendak alam bawah sadar atau kehendak tidak sadar."
Bagi Schopenhauer kehendak tersebut bisa mendorong manusia hingga titik tertentu sehingga dia bisa melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh kehendak tersebut (baik itu dalam konotasi negative maupun positive), serta Will as a crime and desire full of suffering.
Dari kedua hal tersebut, kita bisa menarik sebuah benang merah, yaitu bahwa manusia cenderung akan melakukan hal-hal yang bersifat irrational, terlebih lagi ketika manusia sedang mengalami hal-hal yang menekannya. Seperti seseorang yang mengalami gangguan depresi, akan cenderung mengikuti hal-hal irrational dari dalam pikirannya, sehingga menyebabkan banyaknya kasus bunuh diri.
Bagi Schopenhauer bunuh diri juga suatu bentuk pengafirmasian kehendak. Karena pada dasarnya, ketika seseorang melakukan bunuh diri, ia sebenarnya mendapat bisikan dari kehendak, sampai akhirnya ia merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi sesudah mati, lalu pada akhirnya ia melakukan apa yang dibisikkan oleh 'kehendak'.