Terakhir, konsep repositori data penelitian yang dibahas oleh Vanderbilt et al. (2022) menyoroti pentingnya infrastruktur untuk pengelolaan data penelitian yang FAIR (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable). Perpustakaan, melalui repositori digitalnya, memainkan peran sentral dalam memastikan data penelitian ekologi dan sains-teknologi dapat diakses, dipertahankan, dan digunakan kembali secara etis. Alat seperti ezEML memfasilitasi pembuatan metadata yang kaya, yang merupakan elemen krusial untuk penggunaan ulang data dan reproduktibilitas penelitian.
Â
PEMBAHASAN
Analisis ini menunjukkan bahwa perpustakaan telah bertransformasi dari sekadar penyimpan koleksi fisik menjadi ekosistem pengetahuan digital yang dinamis. Sebagai contoh, Perpustakaan LIPI (kini BRIN) berhasil mendukung penelitian keanekaragaman hayati di Papua dengan menyediakan repositori data spesies endemik dan peta vegetasi digital. Data ini digunakan peneliti untuk memodelkan dampak deforestasi terhadap populasi cenderawasih, menghasilkan publikasi di jurnal internasional seperti Biodiversity and Conservation (2021). Transformasi ini tercermin dari penelitian Anggraeni dan Jumino (2020) yang menemukan bahwa koleksi digital kearifan lokal di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat efektivitas 77.62% dalam menyediakan informasi bagi pemustaka. Efektivitas ini diukur menggunakan enam dimensi model D&M Information System Success, dengan indikator keluwesan sistem, akurasi, penghematan biaya, dan waktu mendapatkan nilai sangat tinggi (4.21-5.00). Temuan ini menegaskan bahwa perpustakaan digital mampu memenuhi kebutuhan informasi peneliti dengan lebih efisien dibandingkan perpustakaan konvensional.
Sasaran penelitian ini meliputi:
Pengelola perpustakaan untuk mengoptimalkan layanan digital dan pengelolaan data.
Peneliti ekologi dan sains-teknologi sebagai pengguna jasa perpustakaan.
Pembuat kebijakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur informasi nasional.
Peran perpustakaan dalam mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi semakin diperkuat dengan konsep perpustakaan berinklusi sosial yang dikembangkan oleh Hartono (2020). Perpustakaan tidak lagi berfungsi sebagai pusat informasi pasif, tetapi telah menjadi agen perubahan sosial yang aktif mendorong partisipasi masyarakat dalam ekosistem pengetahuan. Lima peran kunci perpustakaan berinklusi sosial antara lain: (1) pusat ilmu pengetahuan dan kegiatan masyarakat, (2) ruang untuk menemukan solusi permasalahan kehidupan, (3) fasilitator pengembangan potensi individu, (4) pusat pendidikan sepanjang hayat, dan (5) repositori kekayaan budaya dan pengetahuan lokal. Dalam konteks penelitian ekologi, peran ini memungkinkan integrasi pengetahuan ilmiah dengan kearifan lokal, menciptakan pendekatan penelitian yang lebih holistik dan kontekstual.
Implementasi teknologi seperti big data analytics dan machine learning semakin krusial dalam perpustakaan digital. Contohnya, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada mengembangkan sistem rekomendasi berbasis AI untuk membantu peneliti menemukan data iklim historis dari database terdistribusi. Sistem ini memproses time-series data curah hujan 30 tahun terakhir menggunakan algoritma Long Short-Term Memory (LSTM), memungkinkan prediksi pola muson dengan akurasi 85%---kontribusi nyata bagi penelitian perubahan iklim di Indonesia. Implementasi teknologi dalam perpustakaan digital telah mengatasi berbagai tantangan aksesibilitas yang dihadapi peneliti. Penelitian ini menyoroti pentingnya ekologi informasi dalam implementasi perpustakaan digital di Indonesia, yang mengintegrasikan orang, teknologi, nilai, dan aktivitas dalam satu sistem. Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan signifikan seperti digital divide dan rendahnya literasi informasi di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, perpustakaan perlu mengembangkan program literasi digital yang komprehensif serta infrastruktur teknologi yang adaptif dengan kebutuhan pengguna yang beragam, terutama dalam konteks multikultural Indonesia.
Namun, pengelolaan data ekologi dan saintek menghadapi tantangan unik. Data spasial (misal: citra satelit untuk pemetaan tutupan hutan) membutuhkan infrastruktur penyimpanan berkapasitas tinggi dan tools seperti Geographic Information Systems (GIS). Sementara itu, data time-series (misal: pemantauan kualitas air sungai) memerlukan sistem real-time streaming yang belum banyak dimiliki perpustakaan di Indonesia. Perpustakaan Pusat IPB University mengatasi ini dengan kolaborasi bersama ITB, mengembangkan blockchain-based data verification untuk memastikan integritas data sensor lingkungan dari 50 stasiun pemantauan di Jawa Barat. Konsep green library yang dibahas oleh Gupta (2020) menunjukkan kontribusi penting perpustakaan terhadap keberlanjutan lingkungan, yang menjadi isu sentral dalam penelitian ekologi. Green library mengimplementasikan empat strategi utama: (1) desain bangunan ramah lingkungan dengan penggunaan material daur ulang dan sumber energi terbarukan, (2) praktik operasional berkelanjutan seperti pengurangan konsumsi kertas dan pengelolaan limbah, (3) pengembangan koleksi dan program literasi lingkungan, serta (4) adopsi teknologi cerdas untuk penghematan energi.