Penelitian ini sangat penting karena ada perbedaan antara kenyataan dan harapan perpustakaan digital di Indonesia. Perpustakaan digital masih perlu dievaluasi secara menyeluruh, meskipun telah ada banyak upaya untuk mendukung penelitian ekologi dan sains teknologi. Â Selain itu, masalah keberlanjutan lingkungan terkait erat dengan penelitian tentang lingkungan. Akibatnya, perpustakaan harus mengambil tindakan ramah lingkungan dalam operasinya (Gupta, 2020).
Perpustakaan modern tidak lagi hanya berfungsi sebagai gudang buku statis sebaliknya, mereka telah berubah menjadi ekosistem informasi yang terus berkembang yang menggabungkan orang, teknologi, nilai, dan kegiatan (Hartono, 2020). Perpustakaan memainkan peran penting sebagai penghubung antara peneliti dan sumber daya informasi dalam lingkungan ini. Mereka juga mendorong kerja sama lintas disiplin ilmu. Dengan demikian, perpustakaan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi.
Tujuan untuk melihat bagaimana perpustakaan membantu penelitian ekologi dan sains-teknologi di era modern. Fokus penelitian terdiri dari tiga topik utama. Yang pertama adalah penggunaan teknologi digital dalam layanan perpustakaan untuk penelitian; yang kedua adalah metode pengelolaan dan penyimpanan data penelitian; dan yang ketiga adalah bagaimana perpustakaan dapat membantu memperbaiki lingkungan. Pemahaman mendalam tentang elemen-elemen ini diharapkan akan memungkinkan pembuatan model pelayanan perpustakaan yang ideal untuk mendukung ekosistem penelitian di Indonesia.
Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan kesulitan dan prospek dalam pengembangan perpustakaan digital sebagai mitra penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi praktis bagi pengelola perpustakaan, peneliti, dan pembuat kebijakan tentang bagaimana memaksimalkan potensi perpustakaan untuk mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. Ini diharapkan dengan mempertimbangkan berbagai konteks yang ada di Indonesia.
KAJIAN TEORI
Dalam era digital, perpustakaan telah berkembang dari sekadar penyimpanan dokumen fisik menjadi ekosistem informasi yang kompleks. Menurut Borgman (dalam Tedd & Large, 2005), perpustakaan digital terdiri dari semua sumber daya elektronik dan kemampuan teknis yang terkait yang digunakan untuk penciptaan, penelusuran, dan penggunaan informasi. Menurut gagasan ini, perpustakaan adalah sistem yang selalu berubah; mereka tidak lagi terbatas pada koleksi fisik; mereka sekarang mencakup infrastruktur teknologi, layanan berbasis web, dan jejaring kolaborasi yang memungkinkan akses ke informasi tanpa batasan waktu atau tempat.
Teori ekologi informasi yang diciptakan oleh O'Day dan Nardi menawarkan perspektif analitis untuk memahami fungsi perpustakaan dalam dunia digital. Ekologi informasi adalah sistem yang terdiri dari orang, teknologi, praktik, nilai, dan cara mereka berinteraksi satu sama lain. Perpustakaan digital berfungsi sebagai spesies kunci yang memfasilitasi aliran informasi antar bagian ekosistem dalam kerangka ini. Perpustakaan dapat berhasil dalam peran ini jika mereka dapat mengimbangi kemajuan teknologi dengan kebutuhan pengguna yang beragam sambil mempertahankan nilai-nilai keilmuan dan keberlanjutan.
Model keberhasilan sistem informasi D&M (DeLone & McLean) yang digunakan dalam penelitian Anggraeni dan Jumino (2020) menawarkan kerangka evaluasi untuk mengukur efektivitas perpustakaan digital. Model ini mengidentifikasi enam dimensi kunci: kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, niat penggunaan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih. Dalam konteks penelitian ekologi dan sains-teknologi, dimensi kualitas informasi dan kualitas sistem menjadi sangat krusial mengingat karakteristik data yang kompleks dan volume besar yang dihasilkan dari penelitian di bidang ini.
Konsep perpustakaan berinklusi sosial yang dikembangkan oleh Hartono (2020) menekankan pentingnya perpustakaan sebagai agen perubahan sosial yang mendemokratisasi akses pengetahuan. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga sebagai ruang untuk pengembangan kapasitas masyarakat, pemberdayaan komunitas lokal, dan fasilitator dialog antarbudaya. Dalam konteks penelitian ekologi dan sains-teknologi, inklusi sosial menjadi kunci untuk memastikan bahwa manfaat penelitian dapat diakses oleh berbagai kelompok masyarakat, bukan hanya kalangan akademis terbatas.
Teori ekologi informasi (O'Day & Nardi) diperkaya dengan konsep Data Science Ecosystem yang menekankan integrasi big data, machine learning, dan cloud computing dalam siklus penelitian saintek. Dalam kerangka ini, perpustakaan berfungsi sebagai data hub yang tidak hanya menyimpan, tetapi juga memproses data menjadi informasi bernilai---seperti yang diimplementasikan oleh CERN Data Centre untuk penelitian fisika partikel. Pendekatan ini memungkinkan perpustakaan untuk berperan aktif dalam seluruh siklus penelitian, dari perencanaan hingga publikasi dan diseminasi hasil.
Penelitian terkait green library oleh Gupta (2020) menunjukkan bahwa perpustakaan memiliki peran strategis dalam mendorong keberlanjutan lingkungan melalui implementasi praktik ramah lingkungan. Green library tidak hanya mengacu pada desain bangunan hemat energi, tetapi juga mencakup operasional perpustakaan yang meminimalkan jejak karbon, pengelolaan koleksi yang mendukung literasi lingkungan, serta program literasi yang meningkatkan kesadaran ekologis. Dalam konteks penelitian ekologi, green library menjadi representasi nyata dari komitmen ilmu pengetahuan terhadap keberlanjutan lingkungan.