Peran Perpustakaan dalam Mendukung Penelitian Ekologi dan Sains-Teknologi di Era Digital
Abstrak
Pengembangan penelitian ekologi dan sains-teknologi telah berubah karena kemajuan teknologi digital, yang membutuhkan infrastruktur informasi yang fleksibel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana perpustakaan membantu ekosistem penelitian saat ini dengan menyediakan layanan digital, mengelola data, dan melaksanakan keberlanjutan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan memeriksa literatur dari lima jurnal yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa perpustakaan telah berubah menjadi pusat pengetahuan digital. Sekarang mereka menawarkan akses ke koleksi terstandarisasi, repositori data penelitian, dan layanan informasi berbasis inklusi sosial. Dengan menggunakan teknologi seperti ezEML, pengelolaan metadata data ekologi menjadi lebih mudah, dan konsep buku hijau mendukung keberlanjutan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpustakaan dapat menjadi mitra strategis dalam meningkatkan penelitian ekologi dan sains-teknologi. Mereka dapat melakukannya dengan membuat layanan digital baru dan bekerja sama dengan orang dari berbagai disiplin ilmu.
Kata Kunci: Â Â Â Â perpustakaan digital, penelitian ekologi, sains-teknologi, keberlanjutan, data repositori, inklusi sosial
Â
Abstract
The development of ecological and science-technology research has changed due to advancements in digital technology, which require flexible information infrastructure. The purpose of this study is to examine how libraries support the current research ecosystem by providing digital services, managing data, and promoting sustainability. This research was conducted using a qualitative approach and examined the literature from five relevant journals. The results show that libraries have transformed into digital knowledge centers. Now they offer access to standardized collections, research data repositories, and information services based on social inclusion. Using technologies like ezEML makes managing ecological data metadata easier, and the concept of a green book supports research sustainability. The research results indicate that libraries can be strategic partners in enhancing ecological and science-technology research. They can do this by creating new digital services and collaborating with people from various disciplines.
Keyword: Â Â Â Â digital library, ecological research, science and technology, sustainability, data repository, social inclusion
Â
PENDAHULUAN
Era modern telah membawa transformasi besar dalam praktik penelitian ekologi dan sains teknologi. Jumlah data yang dihasilkan dari penelitian terus meningkat seiring dengan kompleksitas metode analisis, yang menuntut infrastruktur informasi yang kuat (Vanderbilt et al., 2022). Sebagai lembaga pengelola informasi, perpustakaan menghadapi tantangan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ilmiah dan peneliti. Di Indonesia, masalah ini semakin sulit karena masyarakatnya sangat berbeda dan memiliki akses teknologi yang terbatas.
Penelitian ini sangat penting karena ada perbedaan antara kenyataan dan harapan perpustakaan digital di Indonesia. Perpustakaan digital masih perlu dievaluasi secara menyeluruh, meskipun telah ada banyak upaya untuk mendukung penelitian ekologi dan sains teknologi. Â Selain itu, masalah keberlanjutan lingkungan terkait erat dengan penelitian tentang lingkungan. Akibatnya, perpustakaan harus mengambil tindakan ramah lingkungan dalam operasinya (Gupta, 2020).
Perpustakaan modern tidak lagi hanya berfungsi sebagai gudang buku statis sebaliknya, mereka telah berubah menjadi ekosistem informasi yang terus berkembang yang menggabungkan orang, teknologi, nilai, dan kegiatan (Hartono, 2020). Perpustakaan memainkan peran penting sebagai penghubung antara peneliti dan sumber daya informasi dalam lingkungan ini. Mereka juga mendorong kerja sama lintas disiplin ilmu. Dengan demikian, perpustakaan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi.
Tujuan untuk melihat bagaimana perpustakaan membantu penelitian ekologi dan sains-teknologi di era modern. Fokus penelitian terdiri dari tiga topik utama. Yang pertama adalah penggunaan teknologi digital dalam layanan perpustakaan untuk penelitian; yang kedua adalah metode pengelolaan dan penyimpanan data penelitian; dan yang ketiga adalah bagaimana perpustakaan dapat membantu memperbaiki lingkungan. Pemahaman mendalam tentang elemen-elemen ini diharapkan akan memungkinkan pembuatan model pelayanan perpustakaan yang ideal untuk mendukung ekosistem penelitian di Indonesia.
Selain itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan kesulitan dan prospek dalam pengembangan perpustakaan digital sebagai mitra penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan rekomendasi praktis bagi pengelola perpustakaan, peneliti, dan pembuat kebijakan tentang bagaimana memaksimalkan potensi perpustakaan untuk mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. Ini diharapkan dengan mempertimbangkan berbagai konteks yang ada di Indonesia.
KAJIAN TEORI
Dalam era digital, perpustakaan telah berkembang dari sekadar penyimpanan dokumen fisik menjadi ekosistem informasi yang kompleks. Menurut Borgman (dalam Tedd & Large, 2005), perpustakaan digital terdiri dari semua sumber daya elektronik dan kemampuan teknis yang terkait yang digunakan untuk penciptaan, penelusuran, dan penggunaan informasi. Menurut gagasan ini, perpustakaan adalah sistem yang selalu berubah; mereka tidak lagi terbatas pada koleksi fisik; mereka sekarang mencakup infrastruktur teknologi, layanan berbasis web, dan jejaring kolaborasi yang memungkinkan akses ke informasi tanpa batasan waktu atau tempat.
Teori ekologi informasi yang diciptakan oleh O'Day dan Nardi menawarkan perspektif analitis untuk memahami fungsi perpustakaan dalam dunia digital. Ekologi informasi adalah sistem yang terdiri dari orang, teknologi, praktik, nilai, dan cara mereka berinteraksi satu sama lain. Perpustakaan digital berfungsi sebagai spesies kunci yang memfasilitasi aliran informasi antar bagian ekosistem dalam kerangka ini. Perpustakaan dapat berhasil dalam peran ini jika mereka dapat mengimbangi kemajuan teknologi dengan kebutuhan pengguna yang beragam sambil mempertahankan nilai-nilai keilmuan dan keberlanjutan.
Model keberhasilan sistem informasi D&M (DeLone & McLean) yang digunakan dalam penelitian Anggraeni dan Jumino (2020) menawarkan kerangka evaluasi untuk mengukur efektivitas perpustakaan digital. Model ini mengidentifikasi enam dimensi kunci: kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, niat penggunaan, kepuasan pengguna, dan manfaat bersih. Dalam konteks penelitian ekologi dan sains-teknologi, dimensi kualitas informasi dan kualitas sistem menjadi sangat krusial mengingat karakteristik data yang kompleks dan volume besar yang dihasilkan dari penelitian di bidang ini.
Konsep perpustakaan berinklusi sosial yang dikembangkan oleh Hartono (2020) menekankan pentingnya perpustakaan sebagai agen perubahan sosial yang mendemokratisasi akses pengetahuan. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga sebagai ruang untuk pengembangan kapasitas masyarakat, pemberdayaan komunitas lokal, dan fasilitator dialog antarbudaya. Dalam konteks penelitian ekologi dan sains-teknologi, inklusi sosial menjadi kunci untuk memastikan bahwa manfaat penelitian dapat diakses oleh berbagai kelompok masyarakat, bukan hanya kalangan akademis terbatas.
Teori ekologi informasi (O'Day & Nardi) diperkaya dengan konsep Data Science Ecosystem yang menekankan integrasi big data, machine learning, dan cloud computing dalam siklus penelitian saintek. Dalam kerangka ini, perpustakaan berfungsi sebagai data hub yang tidak hanya menyimpan, tetapi juga memproses data menjadi informasi bernilai---seperti yang diimplementasikan oleh CERN Data Centre untuk penelitian fisika partikel. Pendekatan ini memungkinkan perpustakaan untuk berperan aktif dalam seluruh siklus penelitian, dari perencanaan hingga publikasi dan diseminasi hasil.
Penelitian terkait green library oleh Gupta (2020) menunjukkan bahwa perpustakaan memiliki peran strategis dalam mendorong keberlanjutan lingkungan melalui implementasi praktik ramah lingkungan. Green library tidak hanya mengacu pada desain bangunan hemat energi, tetapi juga mencakup operasional perpustakaan yang meminimalkan jejak karbon, pengelolaan koleksi yang mendukung literasi lingkungan, serta program literasi yang meningkatkan kesadaran ekologis. Dalam konteks penelitian ekologi, green library menjadi representasi nyata dari komitmen ilmu pengetahuan terhadap keberlanjutan lingkungan.
Terakhir, konsep repositori data penelitian yang dibahas oleh Vanderbilt et al. (2022) menyoroti pentingnya infrastruktur untuk pengelolaan data penelitian yang FAIR (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable). Perpustakaan, melalui repositori digitalnya, memainkan peran sentral dalam memastikan data penelitian ekologi dan sains-teknologi dapat diakses, dipertahankan, dan digunakan kembali secara etis. Alat seperti ezEML memfasilitasi pembuatan metadata yang kaya, yang merupakan elemen krusial untuk penggunaan ulang data dan reproduktibilitas penelitian.
Â
PEMBAHASAN
Analisis ini menunjukkan bahwa perpustakaan telah bertransformasi dari sekadar penyimpan koleksi fisik menjadi ekosistem pengetahuan digital yang dinamis. Sebagai contoh, Perpustakaan LIPI (kini BRIN) berhasil mendukung penelitian keanekaragaman hayati di Papua dengan menyediakan repositori data spesies endemik dan peta vegetasi digital. Data ini digunakan peneliti untuk memodelkan dampak deforestasi terhadap populasi cenderawasih, menghasilkan publikasi di jurnal internasional seperti Biodiversity and Conservation (2021). Transformasi ini tercermin dari penelitian Anggraeni dan Jumino (2020) yang menemukan bahwa koleksi digital kearifan lokal di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat efektivitas 77.62% dalam menyediakan informasi bagi pemustaka. Efektivitas ini diukur menggunakan enam dimensi model D&M Information System Success, dengan indikator keluwesan sistem, akurasi, penghematan biaya, dan waktu mendapatkan nilai sangat tinggi (4.21-5.00). Temuan ini menegaskan bahwa perpustakaan digital mampu memenuhi kebutuhan informasi peneliti dengan lebih efisien dibandingkan perpustakaan konvensional.
Sasaran penelitian ini meliputi:
Pengelola perpustakaan untuk mengoptimalkan layanan digital dan pengelolaan data.
Peneliti ekologi dan sains-teknologi sebagai pengguna jasa perpustakaan.
Pembuat kebijakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur informasi nasional.
Peran perpustakaan dalam mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi semakin diperkuat dengan konsep perpustakaan berinklusi sosial yang dikembangkan oleh Hartono (2020). Perpustakaan tidak lagi berfungsi sebagai pusat informasi pasif, tetapi telah menjadi agen perubahan sosial yang aktif mendorong partisipasi masyarakat dalam ekosistem pengetahuan. Lima peran kunci perpustakaan berinklusi sosial antara lain: (1) pusat ilmu pengetahuan dan kegiatan masyarakat, (2) ruang untuk menemukan solusi permasalahan kehidupan, (3) fasilitator pengembangan potensi individu, (4) pusat pendidikan sepanjang hayat, dan (5) repositori kekayaan budaya dan pengetahuan lokal. Dalam konteks penelitian ekologi, peran ini memungkinkan integrasi pengetahuan ilmiah dengan kearifan lokal, menciptakan pendekatan penelitian yang lebih holistik dan kontekstual.
Implementasi teknologi seperti big data analytics dan machine learning semakin krusial dalam perpustakaan digital. Contohnya, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada mengembangkan sistem rekomendasi berbasis AI untuk membantu peneliti menemukan data iklim historis dari database terdistribusi. Sistem ini memproses time-series data curah hujan 30 tahun terakhir menggunakan algoritma Long Short-Term Memory (LSTM), memungkinkan prediksi pola muson dengan akurasi 85%---kontribusi nyata bagi penelitian perubahan iklim di Indonesia. Implementasi teknologi dalam perpustakaan digital telah mengatasi berbagai tantangan aksesibilitas yang dihadapi peneliti. Penelitian ini menyoroti pentingnya ekologi informasi dalam implementasi perpustakaan digital di Indonesia, yang mengintegrasikan orang, teknologi, nilai, dan aktivitas dalam satu sistem. Namun, penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan signifikan seperti digital divide dan rendahnya literasi informasi di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, perpustakaan perlu mengembangkan program literasi digital yang komprehensif serta infrastruktur teknologi yang adaptif dengan kebutuhan pengguna yang beragam, terutama dalam konteks multikultural Indonesia.
Namun, pengelolaan data ekologi dan saintek menghadapi tantangan unik. Data spasial (misal: citra satelit untuk pemetaan tutupan hutan) membutuhkan infrastruktur penyimpanan berkapasitas tinggi dan tools seperti Geographic Information Systems (GIS). Sementara itu, data time-series (misal: pemantauan kualitas air sungai) memerlukan sistem real-time streaming yang belum banyak dimiliki perpustakaan di Indonesia. Perpustakaan Pusat IPB University mengatasi ini dengan kolaborasi bersama ITB, mengembangkan blockchain-based data verification untuk memastikan integritas data sensor lingkungan dari 50 stasiun pemantauan di Jawa Barat. Konsep green library yang dibahas oleh Gupta (2020) menunjukkan kontribusi penting perpustakaan terhadap keberlanjutan lingkungan, yang menjadi isu sentral dalam penelitian ekologi. Green library mengimplementasikan empat strategi utama: (1) desain bangunan ramah lingkungan dengan penggunaan material daur ulang dan sumber energi terbarukan, (2) praktik operasional berkelanjutan seperti pengurangan konsumsi kertas dan pengelolaan limbah, (3) pengembangan koleksi dan program literasi lingkungan, serta (4) adopsi teknologi cerdas untuk penghematan energi.
Inovasi seperti cloud computing dan Internet of Things (IoT) semakin diadopsi perpustakaan untuk mendukung penelitian saintek. Perpustakaan ITS Surabaya, misalnya, mengintegrasikan sensor IoT untuk monitoring suhu dan kelembaban ruang koleksi langka, sambil menyediakan open API bagi peneliti energi terbarukan untuk mengakses data konsumsi listrik bangunan. Solusi ini tidak hanya menjaga kelestarian koleksi, tetapi juga mendukung penelitian efisiensi energi---bukti konkret peran perpustakaan dalam ekosistem saintek terapan. Pengelolaan data penelitian menjadi salah satu peran krusial perpustakaan dalam era digital. Vanderbilt et al. (2022) menunjukkan bahwa perpustakaan melalui repositori digitalnya memainkan peran sentral dalam memastikan data penelitian ekologi dan sains-teknologi dikelola dengan prinsip FAIR (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable). Alat seperti ezEML memfasilitasi pembuatan metadata yang kaya, yang sangat penting untuk reproduktibilitas penelitian dan penggunaan ulang data. Repositori perpustakaan juga menyediakan infrastruktur untuk pelestarian data jangka panjang, memastikan bahwa data penelitian berharga tidak hilang seiring waktu dan dapat diakses oleh generasi peneliti mendatang.
Tabel 1: Penerapan Teknologi Digital dalam Perpustakaan untuk Penelitian Ekologi dan Saintek
TEKNOLOGI
PENERAPAN DI PERPUSTAKAAN
DAMPAK PADA PENELITIAN EKOLOGI/SAINTEK
Big Data Analytics
Analisis pola data iklim dari 1000 stasiun pemantauan
Prediksi bencana banjir dengan akurasi >80%
Machine Learning
Klasifikasi otomatis spesies dari data audio hutan
Monitoring keanekaragaman hayati real-time
Blockchain
Verifikasi integritas data sensor lingkungan
Mencegah manipulasi data emisi karbon industri
loT
Sistem monitoring kondisi ruang koleksi langka
Pelestarian spesimen tumbuhan langka untuk penelitian farmasi
Â
       Kolaborasi perpustakaan dan institusi penelitian sangat penting untuk mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi sebaik mungkin. Analisis menunjukkan bahwa perpustakaan yang membantu penelitian harus bekerja sama dengan fakultas, pusat penelitian, dan komunitas industri secara strategis. Kolaborasi dengan perpustakaan memperkuat posisi mereka dalam perundingan akses ke sumber daya informasi berbayar yang semakin mahal, seperti jurnal dan basis data ilmiah. Kolaborasi juga memungkinkan pengembangan layanan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan aktual peneliti serta memastikan relevansi koleksi dan sumber daya informasi yang disediakan.
       Tantangan terbesar dalam implementasi peran perpustakaan untuk mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi adalah perubahan paradigma di kalangan pengelola perpustakaan dan pembuat kebijakan. Seperti diidentifikasi, masih ada resistensi terhadap perubahan di berbagai tingkat, yang disebabkan oleh faktor seperti persepsi bahwa perubahan akan menyulitkan, pengalaman negatif di masa lalu, serta ketakutan terhadap dampak perubahan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan manajemen perubahan yang efektif, pelatihan sumber daya manusia perpustakaan, serta advokasi yang kuat untuk menunjukkan nilai tambah perpustakaan dalam ekosistem penelitian modern.
SIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa perpustakaan telah bertransformasi menjadi mitra strategis dalam mendukung penelitian ekologi dan sains-teknologi di era digital. Melalui implementasi teknologi digital (big data, machine learning, blockchain, IoT), pengelolaan data penelitian dengan prinsip FAIR, praktik green library, serta pendekatan inklusi sosial, perpustakaan mampu menyediakan infrastruktur informasi yang komprehensif untuk memfasilitasi penelitian yang inovatif dan berkelanjutan. Efektivitas peran ini bergantung pada kemampuan perpustakaan beradaptasi dengan kebutuhan peneliti, membangun kolaborasi multidisiplin, serta mengatasi tantangan spesifik pengelolaan data ekologi (spasial dan time-series) yang masih signifikan di Indonesia.
SARAN
         Disarankan bagi perpustakaan untuk mengembangkan laboratorium data saintek (science data lab) dengan fasilitas: (1) high-performance computing untuk pengolahan data spasial/time-series, (2) pelatihan machine learning untuk peneliti ekologi, dan (3) kolaborasi dengan startup teknologi untuk pengembangan blockchain-based data repository. Bagi peneliti, disarankan untuk memanfaatkan layanan perpustakaan secara optimal, terutama dalam pengelolaan data penelitian dan akses ke sumber informasi global. Peneliti diimbau memanfaatkan layanan ini sejak perencanaan penelitian, bukan hanya saat publikasi. Penelitian lanjutan dapat difokuskan pada pengembangan model evaluasi kinerja perpustakaan digital dalam konteks penelitian ekologi dan sains-teknologi, serta studi kasus implementasi praktik terbaik di berbagai konteks geografis dan institusional di Indonesia.
Â
DAFTAR PUSTAKA
- Vanderbilt, K., Ide, J., Gries, C., GrossmanClarke, S., Hanson, P., O'Brien, M., Servilla, M., Smith, C., Waide, R., & ZolloVenecek, K. (2022). Publishing Ecological Data in a Repository: An Easy Workflow for Everyone. The Bulletin of the Ecological Society of America, 103(4), e2018. https://doi.org/10.1002/bes2.2018
- Hartono, (2020). Pengembangan Perpustakaan Digital Berinklusi Sosial Dalam Ekosistem Digital Berbasis Multikultural Indonesia. El Pustaka: Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, 01 (01): 15-29.
- Gupta, S. (2020). Green Library: A Strategic Approach to Environmental Sustainability. International Journal of Information Studies & Libraries, 5 (2): 82-92.
- Anggraeni & Jumino, (2020). Efektivitas Koleksi Digital Kearifan Lokal Bagi Pemustaka Di Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI