Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Artikel Utama

Kenal Lebih Baik

2 Januari 2024   22:36 Diperbarui: 6 Januari 2024   21:32 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jcomp, www.freepik.com

Pertaruhan Kimaya

Saat ini adalah cerita tentang Tommy, teman baru Kimaya yang kenal ketika magang. Hari pertama bertemu, Tommy sudah memilih Kimaya sebagai partnernya, bukan karena cinta pada pandangan pertama, tapi karena Kimaya lebih diam daripada yang lain.

Tommy jenis cowok yang berwajah playboy tapi malah menghindari cewek. Pengalaman sejak kecil yang sudah berwajah sempurna, katanya wajahnya simetris 100%, dia anti dengan orang-orang yang mencoba mendekatinya hanya karena wajahnya. Termasuk teman cewek sejak SD sampai kuliah.

Baca juga: Pertaruhan Kimaya

Hanya Kimaya cewek yang tidak terlihat tertarik padanya. Namun dia agak kaget juga, Kimaya mengiyakan semua usulnya. Karena semua pekerjaan tetap beres bahkan di atas sempurna, Tommy merasa semakin cocok dengan Kimaya. Magang terasa lebih ringan.

"Kim, chemistry kita cocok," kata Tommy suatu hari setelah dua minggu menjadi satu tim. "Kalau ada proyek, kita satu tim terus, ya?"


Kimaya hanya tersenyum, tidak menolak maupun menerima. Itu yang membuat Tommy betah dengan Kimaya. Membuatnya penasaran ingin tahu apa yang ada di hati dan pikiran Kimaya si Pendiam ini.

Baca juga: Kembali ke Bali

Ketika supervisor mereka mencoba memisahkan Tommy dan Kimaya dalam tim yang berbeda, Tommy yang pertama protes dan meminta audiensi khusus dengan supervisor. Tak seorang pun tahu apa yang dikatakan Tommy kepada supervisor, tapi hasilnya mereka berdua kembali dalam satu tim.

"Emang kamu bilang apa sama Pak Dahlan, Tom?" tanya Kimaya yang didesak teman-temannya untuk bertanya.

"Kamu sahabat dan teman baikku," jawab Tommy enteng. Kimaya hanya terkikik geli karena tidak mungkin mengatakan itu pada teman-teman lainnya yang bertanya. 

"Yah, gitu doang sudah nyerah ya Pak Dahlan? Entar kamu siap-siap saja kalau ditanya teman-teman," Kimaya tetap ingin Tommy menjelaskan pada yang lain.

Sampai akhir magang, teman-teman lain tidak ada yang berani bertanya kepada Tommy. Sepertinya mereka sudah paham kalau Tommy bisa mendapatkan semuanya karena kualitas pekerjaan dan wajah manisnya. Itu yang sebenarnya ingin Kimaya hindari. Tapi ya sudah, Tommy sendiri tidak memikirkan hal itu.

---

Tommy tidak satu kampus dengan Kimaya. Hal ini membuatnya sedikit kehilangan sosok Kimaya yang cuek tapi bertanggung jawab. Kapan lagi aku bisa kerjasama dengan Kimaya habis ini? Semua pekerjaan jadi mudah dengan dia. Pikirnya.

"Kim, habis magang, rencana kamu, apa?" pertanyaan yang tidak biasa dari Tommy. 

Saat ini, Kimaya cukup berhati-hati tentang hubungannya dengan manusia yang lahir di bulan Februari. Sebelumnya Yuda yang sudah almarhum, lalu Adian yang ingin selalu dekat dengannya, lalu teman barunya, Tommy. 

"Aku mau fokus ke skripsi, ada juga kerjaan part time, dari dosenku," Kimaya tidak bisa bohong tapi juga tidak mau berterus terang. "Kamu bagaimana?" Dia juga tetap ingin menjaga kesopanan dengan bertanya balik.

"Aku ingin ajak kamu bikin proyek bareng," Tommy memutuskan untuk terbuka saja dengan Kimaya. "Ada tawaran dari salah satu klien di magang yang pernah kita kerjakan kontraknya. Pak Dede, kamu mungkin masih ingat. Dia nawarin kita masuk dalam tim di proyeknya yang baru. Kamu mau ikut, ya?"

Bekerja sesuai profesi adalah impian semua orang. Tapi Kimaya baru ingin memprioritaskan work-life balance. Magang bikin dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia ingin break, ingin menata hidup dan memperbaiki hubungan dengan Adian. Dia tidak ingin menambah Tommy dalam hidupnya.

"Habis kelar yudisium aku mau," Kimaya harus bernegosiasi kalau bicara dengan Tommy. Cowok ini anti ditolak. Kimaya sudah sangat paham.

Tommy merasakan penolakan dan perpisahan tapi alasan Kimaya masuk akal.

"Kalau sekali dua kali aku ajak kamu diskusi, boleh, kan? Karena kamu sudah kenal banget dengan perilaku klien ini, Kim," Tommy masih berusaha tidak ditolak dan tidak berpisah. 

"Boleh," dengan ringan Kimaya menjawab. Toh nanti aku bisa bilang sibuk konsultasi skripsi, pikirnya.

Walau agak ragu dengan jawaban cewek itu, Tommy tetap membiarkan hatinya senang. 

---

Di acara farewell anak magang dan staff perusahaan, Sally menempel terus pada Tommy. Setiap kali cowok itu duduk, di sebelahnya selalu hinggap Sally, dan tidak ada kursi kosong tersisa. Ketika pergi ke bar untuk menambah pesan minuman, Sally sudah siap di sampingnya, mengambil pesanannya.

"Kamu kok kayak tukang parkir malam ini, Sal?" Tommy mulai terganggu. Dari awal acara, Kimaya tidak terlihat sendirian, selalu di tengah kumpulan teman-temannya. Dia perlu memastikan sesuatu padanya.

"Tukang parkir?" Sally kaget dan tidak paham dengan kode itu.

"Tiba-tiba muncul di manapun aku berada," kata Tommy sambil melenggang pergi menjauh, mencari cowok-cowok intern satu timnya sebelumnya. Didengarnya Sally mendengus kesal. Tommy mengulum senyum. Paling tidak, ada beberapa menit tanpa Sally yang kesal.

"Hey, Tom, Kimaya mana?" Kevin yang ada di ujung meja di mana cowok-cowok berkumpul memanggilnya. Tommy kaget, apa yang mereka pikir tentang aku dan Kimaya, ya?  

"Ah, Kev, kamu sudah tidak tahan lagi, ya?" seru teman-teman lainnya.

"Tidak tahan apa?" Tommy bertanya.

"Kevin mau nembak Kimaya, dia kan suka sama teman satu tim kamu itu, merasa sangat cocok, hahaha," Brian nyeletuk di sampingnya. Dagu Tommy terasa mengeras, dia tidak mengenali perasaan ini, tapi yang jelas, dia tidak nyaman.

"Tom, bantu aku, ya? Kamu kan deket sama si dia," bahkan Kevin tidak berani menyebut nama Kimaya. Deg-deggan katanya.

Jadi, selama ini, aku hanya dianggap teman satu tim, teman dekat Kimaya? Batin Tommy.

"Cari saja sendiri. Ada usaha dong, masih cowok kan, kamu?" tak sengaja Tommy ketus pada Kevin. Untung karena emosi yang melanda, Kevin dan beberapa teman yang mendengar tidak memperhatikan nuansa itu.

Lalu Tommy mencari alasan untuk menjauh dari kerumunan itu, tapi mendekat ke kerumunan Kimaya. Dia merasa harus membuat jarak antara Kimaya dan Kevin. Hey, nama mereka sama-sama diawali huruf 'K'? Cock? Jodoh? Tommy cemas. Tiba-tiba saja dia memikirkan mitos jodoh dan mulai mempercayainya.

Kimaya tidak nampak lagi di antara teman-temannya. Tommy menelpon cewek itu.

"Hey, apa?" suara Kimaya terdengar jauh, berisik di sekitarnya.

"Kamu di mana? Berisik banget!" tanya Tommy.

"Nungguin taksi, mau pulang, ngantuk ... bye, taksiku sudah datang," Kimaya mematikan telponnya sebelum Tommy menjawab. Dia sengaja. Dia tidak mau ada kelanjutan cerita dengan Tommy. Walau terdengar ge-er, Kimaya sedikit yakin pada arah persahabatannya dengan Tommy.

Ada perasaan hilang yang dingin dan gelap di dada Tommy. Hari ini terakhir semua anak magang bertemu. Dia tidak punya alasan lagi untuk bertemu Kimaya. Alasan resmi, paling tidak.

"Tom!" tiba-tiba saja Kevin ada di sampingnya. "Mana Kimaya? Besok tunjukin rumahnya, ya? Aku ingin kenal sama dia lebih jauh. Kimaya tuh keren banget, kan? Dia sukanya apa, Tom? Suka bunga apa?"

"Aku tidak tahu ..." jawab Tommy lemah. Dia tidak tahu apapun tentang Kimaya, ternyata. Dia hanya tahu, Kimaya membuatnya nyaman. Dia hanya ingin berada di dekat Kimaya.

Aku belum kenal Kimaya, tapi aku sudah sayang dia ... kata Tommy dalam hati.

+++ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun