Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Banyak Cara untuk Menulis

2 Januari 2020   15:54 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:08 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Saya coba mengingat-ingat, mulai serius menulis itu ketika tahun 2008. Hobi saya yang pertama berkhayal, lalu khayalan itu selalu berganti dan lama-lama merasa sayang kalau hilang begitu saja. Mulailah saya menulis khayalan saya berupa sebuah cerita yang bersambung. Kelahiran Cancer memang katanya suka berkhayal, mungkin itu juga alasannya, selain saya dulu sulit tidur, maka oleh orang tua tetap disuruh berbaring jadinya pikiran muter-muter tidak tentu arah, akhirnya hinggap ke membuat sebuah cerita.

Tahun 2008 cukup penting karena khayalan saya mulai saya tulis di komputer. Ceritanya selalu bersambung, tidak pernah berhenti. 

Ketika tahun 2014, kampus menawarkan pembuatan buku dalam program 'Ayo Menulis Buku' maka saya kirim naskah saya ke penerbit. Eh, diloloskan oleh editor, bahkan di urutan pertama sebagai tulisan favorit editor. Satu pesannya, dibuat 100 halaman saja, ternyata tulisan saya ada 300 halaman. 

Setelah berusaha edit sana-sini, editor pun menyerah. Tetap kirim utuh 300 halaman. Jadilah novel pertama saya berjudul HER Story, Not HIStory, menjadi 512 halaman ukuran novel reguler.

Sekarang saya belum membuat novel lagi. Tak ingin itu satu-satunya novel tapi tidak bisa juga menulis dengan tertib. Saya tahu, kesulitannya adalah menulis panjang. Saya tidak ada waktu dan ide. Saya lagi suka menonton drakor, buat penelitian juga. Maka perlu saya cari cara supaya saya tetap produktif menulis.

1. Menulis di Surat Kabar Cetak

Saya punya banyak opini, saya bikin tulisan sesuai yang sedang fenomenal pada waktunya, panjang kira-kira 900 kata. Saya kirim ke sebuah koran lokal di Jogja. Minimal dua bulan sekali saya menulis. Cukup rajin walau perlu mikir karena membawa nama kampus. Setelah koran tersebut tidak terbit cetak, maka tulisan terakhir saya terbit tahun 2017. Sudah banyak tawaran tulisan opini di koran lain, belum terwujud juga sejak awal 2018.

2. Menulis di Blog

Oh iya, ketika tahun 2008 itu saya menulis cerita-cerita khayalan saya di blog. Dulu diawali dengan blogspot, kemudian kampus membuat blog, lalus aya pindah ke blog kampus. Kemudian ada trend memakai wordpress. Ngikut deh saya ke situ. Jadi semua platform blog di mana-mana saya coba, minimal saya punya 3 akun itu. 

Lalu Adik saya menceritakan tentang website pribadi yang berbayar. Bisa ditebak, saya ikutan juga. Dia bikinkan saya satu website tapi entah kenapa, sepertinya telat bayar jadinya website tersebut hilang. Untunglah saya bisa dibikinkan lagi dengan nama akun konsisten dengan akun media sosial saya: www.v4vita.com. Beberapa waktu lalu website ini sempat down, tapi sekarang sudah pulih, tertantang lagi untuk menulis.

3. Menulis di Twitter

Dulu nge-tweet terbatas 140 karakter. Sekarang sudah dua kali lipatnya 280 karakter. Dulu sempat terinspirasi oleh satu akun Ika Natassa yang berhasil membuat novel hanya dari tweet akun ciptaannya @alexandrarheaw, yang berkembang menjadi buku dan diadaptasi ke film. Itu WOW buat saya. 

Akhirnya saya ngikut, dengan membuat cerita dengan akun tokoh @Tesa_Ta dan @s_tyok dari novel HER Story, Not HIStory saya. Tidak rajin. Lalu terakhir ini saya buat cerita dari akun saya sendiri dengan hashtag #AxlStories. Lumayan konsisten, kalau sedang ada ide.

4. Menulis di Kompasiana 

Ketika menulis bukan hanya untuk mencetakkan uneg-uneg tapi juga kebutuhan dibaca, saya memilih Kompasiana. Saya mulai bergabung tahun 2012, waktu itu sedang studi doktoral di Melbourne. Banyak nganggurnya, jadi banyak kesempatan menulis. Eh, sebenarnya tidak boleh menganggur, hanya saja menulis yang tidak ilmiah, beda dengan disertasi itu membantu saya berpikir. Tahun 2012 itu novel pertama saya tadi juga berkembang. Cerita-cerita sampingan saya tulis di Kompasiana. 

Senang banget ketika tulisan saya menjadi Headline. Reward yang memacu untuk menulis banyak dengan kualitas yang lebih baik. Kebetulan saya sering pergi ke beberapa kota di luar negeri gara-gara studi tersebut. Banyak pengalaman yang bisa ditulis. Maka saya sangat produktif waktu itu.

Dan... tahun 2018 lalu, saya kembali menulis di Kompasiana lagi. Selain sedikit selo karena tidak menjadi pejabat, juga banyak kegiatan keluar kota dan luar negeri, banyak inspirasi. Mahasiswa saya juga ada yang terinspirasi, menjadi berkah bagi orang lain.

5. Menulis di Instagram via @30haribercerita

Sumber Instagram @30haribercerita
Sumber Instagram @30haribercerita
Tahun 2012 awal berdirinya gerakan '30 hari bercerita' oleh Rizki Ramadhan (Kumparan 14/01/2018). Tahun itu juga saya ikut. Kalau tidak salah diawali di Instagram dengan main hashtag yang sama. 

Sesudah balik ke Indonesia, kembali mengajar dan menjabat sesudah studi selesai, selesailah juga partisipasi saya di 30 hari bercerita yang dilakukan setiap awal tahun di bulan Januari. Tahun 2020 ini, saya kembali ikut dengan semangat 'Hari Produktif dengan Menulis'

6. Menulis untuk Buku

Sudah banyak ide: novel dan tulisan ilmiah. Tapi belum terwujud. Syarat untuk diakui di kampus cukup gampang: 150 halaman saja a.k.a. 50 halaman kuarto. Hanya butuh ketekunan yang sampai saat ini masih saya kumpulkan. 

Sudah ada 3 sertifikat HAKI yang saya dapat untuk penulisan buku dan modul, semoga menjadi pecutan. Oh ya, saya hutang menjadi editor untuk kumpulan tulisan mahasiswa tentang budaya dan film. Tahun 2020 akan terbit. Semoga.

7. Menulis untuk Jurnal

Saya sebagai dosen mempunyai kewajiban tridharma perguruan tinggi di tiap semester: pengajaran, penelitian dan pengabdian. Ketiga hal tersebut bisa mendapat luaran berupa tulisan artikel untuk jurnal ataupun membuat buku. 

Bila saya ingin menjadi profesor, untuk jabatan akademik, saya tinggal rajin menulis ilmiah di jurnal terakreditasi dan berperingkat internasional, juga menerbitkan buku ilmiah minimal 150 halaman sebagai penulis tunggal. 

Kurang cara apalagi untuk menulis? 

Ketekunan, mari sini ...

+++

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun