Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teringat Pua-ku, Seorang Napat'er

6 Juni 2017   07:27 Diperbarui: 6 Juni 2017   08:29 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah, sekrang kamu jawab sendiri mengapa punggung kudamu luka?" tanya Pua sambil menunggu jawabanku.
 "Karena kena pantatku!" jawabku singkat.
 "Betul sekali!" sambung Pua sembari menambahkan," Apakah punggung kudaku kulitnya lebih tebal, sehingga tidak luka?" sambungnya
 " Itu pasti", balasku seenaknya.

Pua tersenyum atas jawabanku. Lalu berujar," Bukan begitu jawabannya. Coba kamu perhatikan waktu kamu berlari bersama kudamu tadi?' lanjutnya.
 "Pantatku menempel pada punggung kuda", jawabku.
 "Nah itu dia, maka punggung kudamu luka", sambung Pua
 "Berarti , Pua, maaf, pantat Pua tidak mengenai punggung kuda?" tanyaku sekenanya.
 "Betul sekali!", Pua tidak pernah menyentuh punggung kuda kalau berlari. Punggung saya membungkuk ke depan, praktis pantat terangkat, Lalu, Pua tidak pakai celana kalau ikut ber-napat, kecuali kain yang sepotong untuk membungkus sebagaian paha. "Sudah paham?" tanya Pua

Dari cara Pua bercerita, dapatlah saya simpulkan, bahwa ternyata jika ingin menjadi seorang napater, perlu mengetahui beberapa hal, antara lain: Pertama, perlu ada kemauan keras untuk maju. Untuk bisa maju, kata Pua, harus ada kemauan keras untuk berubah. Artinya, ke depannya, apa yang merupakan mimpi berupa kemauan akan terwujud harus diimbangi dengan kerja keras. “Neka tau manga kat e nut, landing toe manga kerja latang tau hitu”(Jangan menghadirkan kemauan untuk sesuatu, tapi tidak dimbangi kerja keras).

Kedua, Selalu memberi contoh, tapi diawali dengan memberikan pekerjaan semacam pekerjaan rumah. Jika sudah dikerjakan, diperiksa, dan ternyata apa dikerjakan anaknya, salah, beliau  selalu memberikan jalan keluarnya. Jika ada yang benarnya, selalu dipuji, sehingga anaknya muncul kemaun untuk menghadirkan tanya, jika memulai pekerjaan, agar tidak salah.

Ketiga, Ternyata untuk memperoleh kemahiran dalam mengerjakan sesuatu harus banyak melihat pekerjaan yang dilakukan orang lain, terutama dalam hal yang positif.Misalnya supaya bisa menunggang kuda dengan baik, harus melihat bagaimana orang menunggang kudanya terkait cara duduknya, agar punggung kuda tidak terluka lantaran pantat penunggang. ***)Bersambung

Pua-ku, Disambar Petir***)


Catatan : Ine = Ibu

Pua= Aayah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun