"Itu urusan kamu. Andira sudah ada calonnya, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk dipertemukan. Ayah calonnya masih di luar negeri. Mungkin dalam waktu dekat akan pulang."
Mardalih terdiam.
"Ibu, kok aku tidak tahu." Andira mencetus.
"Nanti juga tahu. Orang tua akan mencarikan jodoh terbaik bagai anak kesayangannya. Kamu tenang saja."
"Ada-ada saja ibu ini." Andira terbawa emosi.
"Aku tidak melarang kalian berteman, tapi cukup berteman, bukan pacar."
"Baiklah Bu." Bicara Mardalih lirih.
Suasana tidak kondusif, Mardalih memilih pamit. Kesedihan menghiasi wajah Andira. Mardalih kemudian menyadari bahwa ibu Andira berteman dengan ibu Maemunah, stap tata usaha di SMA Satu Lima. Apa-apa yang diketahui ibu Maemunah tentang dirinya tersampaikan kepada ibu Andira.
***
Kendati tak ada kata putus jalinan cinta tak sehangat ketika saat saling menerima. Mardalih ingin mundur teratur kendati Andira mengaku bahwa cintanya hanya untuk Mardalih. Bulan berganti. Kabar perjodohan Andira dengan seseorang pilihan orang tuanya belum juga terdengar. Melalui ibu Maemunah, ibu Andira berpesan agar Mardalih tidak mendekati anaknya.
Mardalih tidak merasa perlu berjuang keras untuk mendapatkan Andira yang dalam penilaiannya sederhana saja, berbeda jauh dari yang ibunya sanjungkan. Kehilangan Andira tidak akan membuatnya terluka dalam. Tanpa menyepelekan kebaikan Andira, ketertarikannya terhadap Andira menurun akibat kesombongan ibunya.