"Kalau ngopi itu kopinya yang digiling, bukan yang digunting." Demikian, suatu hari teman saya berkomentar demikian saat saya minum kopi sachet.
Dari komentarnya itu semacam ada kesimpulan, bahwa ngopi dengan kopi sachet -- kopi yang digunting -- itu bukan ngopi. Kopi asli itu kopi yang digiling. Sementara kopi sachet itu kopi asli, setidaknya dicampur dengan bahan lain. Banyak yang menyebut jagung.
Kalau dilihat dari harganya, sih, sepertinya betul kesimpulan tersebut, karena biasanya harga menunjukkan kualitas. Satu kopi sachet -- biasanya isi 20 gram -- harganya hanya sepersepuluhnya dari harga kopi bukan kopi sachet.
Walaupun begitu, kopi sachet tetap punya penggemarnya sendiri, bahkan ada yang fanatiknya juga. Saya sendiri tidak pernah mempermasalahkan kalau mau ngopi. Kalau di rumah, mana yang ada saja, kalau lagi bertamu tergantung yang disuguhin kopi apa. Begitupun kalau lagi 'ngeriung'.
Mengenai rasa pun, tergantung kebiasaan, menurut saya. Ada teman yang lebih suka kopi sachet, ada juga yang Sukanya kopi giling. Kembali ke selera masing-masing. Tidak perlu dibanding-bandingkan, ojo dibandingke, apalagi diadu-adu mana yang lebih nikmat.
Menurut saya, kopi gunting (sachet) menang dipraktis. Hanya butuh satu menit kita dapat menikmati segelas kopi. Gunting kemasannya, tuangkan di gelas, siram dengan air panas lalu aduk sebentar.
Bandingkan dengan kopi giling.
Saya punya tetangga yang fanatik minum kopi. Kalau ngajak minum kopi, dia bawa sat utas berisi peralatan untuk ngopi selain kopi yang masih berbentuk biji. Dia bawa penggiling kopi, timbangan digital kecil, pengukur suhu, heater Listrik, saringan kertas, teko untuk memanaskan air, beberapa gelas kecil, dan air mineral merk cl**, karena menurut dia air itu yang pas untuk ngopi.
Pertama dia akan menimbang beberapa butir biji kopi. Bersamaan dengan memasak air dengan heater di teko, tak lupa pengukur suhu dicelupkan ke air. Kemudian biji kopi itu digiling, sebelumnya di mesin penggiling diset tingkat kehalusan bubuk kopi yang diinginkan.
Setelah digiling, kopi disimpan disaringan kertas, lalu disiram air panas, yang ditetapkan tingkat kepanasannya dengan pengukur suhu. Setelah semua air kopi, dari saringan, tertampung di gelas besar, baru dibagi-bagi ke gelas kecil. Setiap orang satu gelas kecil.
Cara meminumnya pun ada aturannya, kata tetangga saya itu, yaitu sedikit dulu sikecap-kecap di bibir, semacam itu lah. Lalu dinikmati dengan diteguk sedikit-sedikit. Yang gak biasa habis dalam tiga kali tegukan saja. Sungguh lama waktunya menikmati kopi tidak sebanding dengan lama membuatnya.
Tapi, tentu saja ada yang lebih praktis. Membeli kopi yang sudah bubuk, atau sekalian beli kopi bubuk tanpa ampas. Sekarang banyak yang jual di marketplace.
Waktu saya tanya, 'gak repot?'
Dia hanya menjawab, 'itulah seninya ngopi'.
Bagi saya, apa pun termasuk ngopi, tak perlu fanatik-fanatikan. Nikmati yang ada saja. Kopi gunting maupun kopi giling, sama enaknya. Yang gak enak itu, saat ingin ngopi gak ada kopi dan gak ada teman yang bisa dimintai kopi .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI