Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Duel

8 Maret 2021   08:26 Diperbarui: 8 Maret 2021   08:29 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ali bin Abi Thalib dan Ubaidah bin al-Harits yang berada di tengah pasukan, mendengar nama mereka disebut melangkah maju membelah pasukan. Pasukan Muslim pun menyibak memberi jalan pada Ali dan Ubaidah.

Ketiganya kemudian mencabut pedang dan melangkah mendekati Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Suara takbir dan tahlil dari pasukan Muslim mengiringi langkah mereka. Hamzah berhadapan dengan Syaibah, Ubaidah berhadapan dengan Utbah dan Ali berhadapan dengan Walid.

"Apakah kami setara denganmu?" tanya Hamzah menyindir Utbah bin Rabi'ah setelah mereka saling berhadapan.

"Tentu ... tentu, memang kalian yang kami harapkan. Sudah tak sabar pedangku ini membelah dadamu yang murtad itu." Utbah menjawab sambil tergelak. Diiringi tawa dari Syaibah dan Walid. "Bersiaplah! Hiruplah udara sebanyak mungkin, karena sebentar lagi kalian tidak akan bisa melakukannya!"

"Kematian saat berperang melawan musuh-musuh Allah adalah keinginanku. Jadi, ada masalah apa dengan kematianku? Bagiku sekarang, hanya ada Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya." Hamzah menjawab dingin. Sorot tajam matanya tak lepas sedetik pun menusuk mata Syaibah bin Rabiah.

Mendengar jawaban Hamzah, Utbah tidak berkata lagi. Dia langsung mencabut pedangnya dan menyerang Ubaidah bin al-Harits yang ada di hadapannya. Serangan Utbah ini seolah komando untuk menyerang, sehingga Syaibah dan Walid pun menyerang lawannya masing-masing.

Perang tanding keenam jagoan dari dua kubu pun segera berlangsung. Ketiga jagoan Muslim awalnya bersifat defensif, bertahan menangkis serangan lawan. Nafsu kebencian dan amarah membuat ketiga jagoan Quraisy menyerang membabi buta dengan menebaskan pedang mereka ke kanan ke kiri, kadang menusuk. Ketiga jagoan Muslim pun bukan orang sembarangan, mereka mampu meladeni serangan lawan bahkan sekali-kali menyerang balik.

Rupanya Syaibah bukan lawan yang berat bagi Hamzah bin Abdul Muthalib. Dalam satu kesempatan ketika Syaibah mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah, menyerang kepala Hamzah. Hamzah tidak berusaha menghindar dengan bergerak ke samping, tapi dia menjatuhkan badan kemudian menebaskan pedangnya ke arah kaki Syaibah. Tak ayal, kaki kanan Syaibah yang baru melangkah terkena sabetan pedang Hamzah. Tebasan pedang dengan sepenuh tenaga itu hampir memutuskan kaki kanan Syaibah. Syaibah pun jatuh terlentang karena tidak ada penopang tubuhnya. Tak mau berlama-lama, Hamzah kemudian berdiri dan menusukkan pedangnya ke dada kiri Syaibah. Syaibah hanya bisa membelalakkan mata, ketika nyawanya lepas.

"Allahu Akbar!"

"Allahu Akbar!"

"Allahu Akbar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun