Pagi mungkin akan segera datang menggantikan malam-malam mengerikan yang Bintang alami. Mengikuti setiap detik waktu yang terus berjalan tanpa jeda. Mengubah tiap lembar kehidupan yang harus dijalani. Ini adalah hari yang cerah. Hari pertama untuk Bintang masuk ke sekolah barunya. Bintang adalah seorang gadis. Dia baru saja datang ke kota ini karena alasan tertentu. Ingin menghirup udara baru terangnya berulang kali saat meminta orang tuanya menyetujui kepindahannya. Sekarang dia tinggal dengan neneknya. Di sebuah kota tua dekat pelabuhan. Suara ombak di setiap waktu selalu membuat dia merasakan ketenangan.Â
"Apa kau selalu makan sedikit?" Nenek memperhatikan Bintang yang tengah memindahkan nasi dari bakul ke piringnya.
"Aku gugup, Nek." Gadis itu beralasan, sebenarnya dia memang belum terbiasa dengan selera makan Neneknya.
Matahari seperti datang lebih awal bersamaan dengan embusan angin yang lembut membawa aroma laut yang sulit dijelaskan.Â
"Kau akan betah di sini. Anak-anak di sini semua ramah."
Bintang hanya tersenyum. Dia tidak percaya dengan ucapan sang nenek. Mana mungkin ada tempat seperti itu untuknya.Â
Sekolah tidak terlalu jauh dari rumah nenek. Bintang hanya perlu mengayuh sepeda selama sepuluh menit. Saat tinggal bersama ibu dan ayah, Bintang hanya bersepeda seminggu sekali, dan sekarang dia akan melakukan ini setiap hari selama beberapa bulan ke depan. Kemarin dia sudah datang bersama sang nenek untuk mendaftarkan diri dan sekarang adalah hari pertamanya bersekolah.Â
Angin di sana cukup kencang tapi tidak membawa debu namun kesialan tidak pernah ada yang tahu. Rantai sepedanya tiba-tiba putus. Bintang mendengus. Entah pertanda apa di hari pertama. Beruntunglah dia tidak perlu berlama-lama mendorong sepedanya. Bintang sudah melihat ada bengkel di depan sana.Â
"Apa kau butuh bantuan?" Seseorang menghentikan laju sepeda motornya.Â
"Tidak, terima kasih, " tolak Bintang.Â