Mohon tunggu...
Umi Sahaja
Umi Sahaja Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Ibu bekerja yang ingin sukses dunia akhirat

Selalu berusaha membuat segalanya menjadi mudah, meski kadang sulit. 😄

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Sederhana

2 Februari 2024   14:44 Diperbarui: 2 Februari 2024   14:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maukah kamu menjadi istriku? Menjadi ibu dari anakku nanti?" Ucapan itu keluar dari bibir Bagas ditujukan kepada seorang gadis yang masih mengenakan seragam dinasnya. Siang ini, di sebuah rumah makan sederhana.

"Mas Bagas apaan, sih?" ucap Intan jengah, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, khawatir pengunjung lain mendengar percakapan mereka.

"Kita sudah lama menjalani hubungan ini, kamu dan aku sudah bekerja. Aku ingin membawa hubungan ini lebih serius." Intan buru-buru minum es teh yang terhidang di meja, tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.

"Kenapa?" tanyanya ragu. Selama ini Intan berhubungan dengan Bagas atau siapapun yang pernah dekat dengannya tidak untuk main-main. Tapi untuk menikah? Dia merasa masih banyak yang harus dipersiapkan.

"Tanyakan kepada Bagas, kapan dia mau datang melamar? Kamu sudah dibonceng kesana kemari, kalau tidak segera menikah, apa nanti kata orang?" Terngiang ucapan ibunya saat Intan pulang ke rumah beberapa hari yang lalu. Ibunya menghendaki Intan cepat menikah. Apalagi intan indekos di luar kota, satu kota dengan Bagas. Ibunya khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun begitu, Intan masih gamang hingga tak mampu membalas pernyataan Bagas.

"Aku ingat kata-kata Ibu, menikah itu satu kali seumur hidup. Untuk itu pilihlah orang yang tepat. Dan aku ngerasa kamu lah orangnya, yang bisa menjadi ibu dari anak-anakku nanti." Bagas kembali berusaha meyakinkan Intan.

Intan menarik napas pelan dan dalam, ingatan menariknya kembali saat awal dia bertemu Bagas, berkenalan, berteman, untuk kemudian membina hubungan serius. Dia juga teringat pertengkarannya dengan Bagas tempo hari, bagaimana sakitnya mendengar ucapan Bagas. 

"Kamu tidak pantas mengenakan jilbab itu!" Ucapan itu keluar saat mereka akan pergi ke luar malam mingguan. Tanpa alasan, tiba-tiba Bagas mengucapkan kata-kata yang kurang enak didengar.

"Kalau kamu ikut ke acara itu, aku khawatir nanti temanku ada yang tidak berkenan." Di lain waktu,  Intan merasa Bagas tidak menganggapnya ada dan memberi rasa nyaman.

Dan masih banyak lagi ucapan Bagas yang membuat Intan merasa saat bersama Bagas, bagaikan menginjak duri. Di satu sisi Intan bahagia, di sisi lain dia merasa sakit.

Sementara di lain sisi, ibunya selalu mengultimatum Intan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun