Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quiet Quitting dan Quiet Firing, Dua Kombo yang Bisa Terjadi pada Siapapun di Dunia Kerja

22 September 2022   18:22 Diperbarui: 23 September 2022   05:16 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pexels.com/olia danilevich

Namun, saat pindah ke divisi lain, yang saya temui berbeda 180 derajat dengan sebelumnya, di mana politik dan intrik sangatlah kuat, sesama karyawan mencari aman dan tidak jarang saling mengumpankan satu sama lain, semua membuat dinding pengaman masing - masing karena takut menjadi kambing hitam.

Dari sinilah saya mulai paham dengan istilah quiet quitting karena yang saya lihat dan amati hampir semuanya melakukan aksi ini, bekerja sesuai jobdesk saja bahkan tidak jarang berani menolak terang-terangan bila dirasa keluar dari jobdesk-nya meskipun dengan alasan sebagai challenge untuk kenaikan jenjang karir.

Perilaku seperti ini biasanya didorong karena kekecewaan terhadap suatu kepemimpinan atau memang mereka tidak mendapatkan apresiasi atau reward yang semestinya mereka dapatkan setelah mereka bekerja keras. Sehingga, muncullah konsep untuk bekerja biasa-biasa saja, toh meskipun kita menunjukkan performa terbaik.

Lain itu, kita juga tidak akan mendapatkan apa-apa, justru yang ada malah kita akan dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain. Kalau sudah begini ya fix lingkungan kerja ini bisa dikatakan toksik karena alih-alih mendorong karyawan untuk mengeluarkan potensi mereka justru yang ada mereka menahan nya karena berbagai alasan tadi. 

Bila kondisi sudah demikian, kedua belah pihak, dalam hal ini, baik karyawan maupun perusahaan harus mau berbenah diri, tidak bisa juga kita menitik beratkan ke salah satu pihak karena hubungan keduanya seharusnya mutualisme, sama-sama menguntungkan. Perusahan diuntungkan berkat kinerja karyawan yang baik, pun demikian karyawan juga diuntungkan dengan mendapatkan hak nya sesuai dengan apa yang sudah mereka berikan.

Quiet Firing

Melanjutkan narasi sebelumnya, dulu saya tidak pernah terpikirkan akan adanya konsep quiet firing ini setelah melihat kenyataan di lapangan. Mugkin karena melihat karyawan yang bekerja ogah-ogahan dan tidak menunjukkan performa yang baik, bisa jadi perusahan juga memainkan strategi untuk membuat karyawan bosan dan tidak betah yang akhirnya berujung pada pengunduran diri atau resign bila memang tidak ada alasan yang cukup kat untuk memecat secara sepihak. 

Namun, adakalanya quiet firing terjadi bukan hanya semata-mata karena kinerja karyawan nya saja karena ada juga karyawan dengan skill dan kemampuan yang mumpuni, dengan jam terbang yang tinggi dan bisa dikatakan sudah senior serta menduduki posisi strategis juga dikondisikan sedemikian rupa dengan tujuan mereka mengundurkan diri, mungkin terdengar aneh dan tanpa alasan atau bisa juga dikatakan tidak adil, namun hal seperti ini ternyata terjadi.

Biasanya quiet firing yang dilakukan bukan karena alasan performa karyawan dilakuakan karena perusahan sedang menggalangkan efisiensi besar-besaran.

Alasannya pun beragam. Namun yang paling umum adalaah untuk menekan cost. Jadi, manajemen akan melakukan perampingan di semua lini termasuk mengurangi jumlah karyawan. 

Seperti yang kita ketahui, me lay off karyawan dengan posisi dan status yang sudah tinggi mengharuskan perusahaan membayarkan kompensasi sesuai dengan peraturan yang dimuat dalam UU ketenagakerjaan dan bila ada banyak karyawan dengan kualifikasi tersebut yang harus dirampingkan tentu ini akan berdampak pada cost yang harus dikeluarkan. 

Jadi, bisa iya bisa juga tidak mekanisme quiet firing ini dilakukan, no one knows. Namun kenyataannya tidak jarang kan kita temui hal-hal yang seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun