Senja, bak gedung hotel menjulang. Gemerlap lampu Java Power Plant sangat mempesona, menciptakan pemandangan malam yang indah, tak terlupakan.
Banyak kendaraan pribadi sengaja melaju pelan melewatinya bahkan ada yang nekad berhenti mengambil gambar dan selfi, meskipun melanggar tanda lalu lintas, dilarang berhenti di jalan nasional depan PLTU Paiton Probolinggo. Driver rental kami memperlambat laju mobil. Aku membuka jendela dan merasakan angin malam yang dingin dari Selat Madura. Pemandangan indahnya membuatku menjepret beberapa foto dengan kamera HP.
"Mas dulu kuliah dimana? " Tanya Mbak Emi kepadaku.
"Universitas Brawijaya. Sekarang masih nganggur tempat kerja sebelumnya tutup terdampak Covid. Ini lagi cari kerjaan yang lain."
"Sejak tadi lupa, mau nanya. Mas namanya siapa ?" Tanya Mbak Emi lagi.
" Alex, nama gaulnya, mbak " Jawabku .
Salindri spontan menimpali :
"Nama salah pergaulan iku mbak?"
Kami bertiga tertawa bersama. Kemudian aku sebutkan namaku." Aditya".
Karena masih kenyang, aku dan Salindri hanya memesan minuman, dan keluar ruang makan, saat mobil berhenti di restoran pinggir Pantai, dekat tempat wisata Pasir Putih. Sementara itu, Mbak Emi memilih untuk tetap di ruang makan.
Di bibir pantai, Salindri menggandeng tanganku, menuntun langkahku menuju keindahan malam. Kerlap-kerlip lampu perahu nelayan di kejauhan mempesona. Bintang-bintang berhamburan di langit. Kami duduk terdiam di atas pasir, lalu Salindri merangkulku dengan lembut.