Mohon tunggu...
Elisa Dwi Prasetya
Elisa Dwi Prasetya Mohon Tunggu... Dosen - Berkacamata

Pengajar di STTBB, Trainer di 24hProject, tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anakmu Butuh Didengarkan!

23 Oktober 2017   11:40 Diperbarui: 23 Oktober 2017   11:56 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini nih yang kadang membuat kita senang, rasanya lucu ketika melihat mereka dengan semangat mencoba merangkai kata demi kata. Kadang satu atau dua kata itu diulang-ulang, berputar-putar dengan imajinasinya yang juga masih pendek. Tapi ada juga lho yang sebal ketika sang buah hati sedang bercerita. Nah, yang terakhir ini harusnya jangan terjadi. Beberapa orangtua menjadi masa bodoh dan tidak respek ketika si buah hati datang dan mau bercerita; ini mungkin karena capek dari rutinitas seharian, atau karena sedang sibuk dengan gadgetnya.

Ingatlah ini, buah hati Anda sedang dalam masa pertumbuhan! Ia sedang memerlukan stimulasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Dua aspek pertama, pengetahuan dan pemahamannya mendapatkan ruangnya lewat perilaku "bercerita" dari si buah hati. Jadi, sebaiknya Anda jangan secara sengaja/tidak sengaja menghentikannya bercerita. Sekesal apapun Anda pada si buah hati, akan terbayarkan saat ia beranjak makin besar.

Sumber foto: loperonline.com/family
Sumber foto: loperonline.com/family
Sikap dalam mendengarkan

Sikap berhubungan dengan apa yang dilihat, ini mencakup tindakan tubuh ketika mendengarkan. Beberapa waktu lalu, viral foto ketika Pak Jokowi sedang jongkok ketika ia sedang bercakap-cakap dengan seorang anak. Membungkukkan badan setinggi anak itu. Apakah artinya itu? Banyak komentar bernada positif dari gambar itu, dan pada umumnya sikap itu dipuji lantaran memberikan teladan buat anak itu tentang artinya menghargai.

Seringkali sang buah hati menarik pipi saya atau ibunya dengan kedua tangannya, itu tanda ia ingin agar kita serius mendengarkannya. Tapi seringkali pula kita menarik kembali pipi, dan tak jarang memarahinya. Wah, sedihnya dia. Ternyata mendengarkan anak kecil itu membutuhkan kesabaran dan ketelitian.

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa seorang anak akan terlebih dahulu mencari informasi tentang sesuatu kepada orang tuanya, sementara orang dewasa mencarinya dari teman-temannya atau sumber-sumber lain di luar keluarga. Ini artinya, sikap orang tua adalah penentu si anak akan mendapatkan informasi dan nasihat yang benar ataukah keliru. Begitu pentingnya sikap itu, bukan?

Sikap yang benar dari orang tua dalam mendengarkan, menolong sang anak untuk memiliki intuisi yang benar dalam bersikap pada orang lain juga. Misalnya ketika sang anak disapa oleh orang lain, ia akan dengan sendirinya memalingkan wajahnya kepada si penyapanya. Face to face, kontak mata yang menandakan keintiman komunikasi.

Hasil maksimal bagi si buah hati

Wah, apa sih untungnya mendengarkan? Tak ada hasil yang langsung dilihat dari sikap orangtua ketika mendengarkan buah hati berbicara, tetapi itu akan terlihat kemudian dari cara ia bersosialisasi dengan teman-temannya. Ia mungkin tidak akan menjadi pendengar sebaik kita, namun ia tahu bagaimana menghargai teman-teman sebayanya, bahkan orang lain di sekelilingnya.

Jadi hal yang bisa Anda lakukan sebagai orangtua adalah, bantulah balita Anda untuk juga memiliki keterampilan mendengarkan. Bantulah ia mengembangkan kemampuannya itu dengan cara: Anda harus menjadi pendengar yang baik terlebih dulu.

Ingatlah peran penting itu, karena keterampilan mendengarkan ini membantu si anak sejak dini mengembangkan kemampuan berbahasa. Dengan menjadi pendengar yang baik, anak bisa belajar lebih efektif, lebih sadar bila mendengar ada bahaya, bisa lebih mudah bergaul dengan guru atau orang dewasa lain dan menjadi teman yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun