Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langkah Ysabelle

27 Februari 2016   10:40 Diperbarui: 27 Februari 2016   22:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berlari keluar dari kamar kemudian menuruni tangga rumahku. Gedubrak! Tiba-tiba aku terjatuh tepat di tiga anak tangga terakhir. Aku jatuh tengkurap dan semua barangku jatuh berserakan di atas lantai rumah, tas, handphone, dan botol air minum. Aku melihat jam tanganku, ahhh... aku bisa-bisa telat kerja, kukumpulkan semua barang-barangku yang berserakan di atas lantai dan bangkit berdiri.

Krek! Kubuka pintu depan dan melihat Mama sedang memotret anggreknya yang baru saja berkembang. Yah, begitulah keseharian Mama semenjak pensiun dia jadi suka berkebun dan selalu meng-upload photo-photo tanamannya untuk dipamer ke teman-teman social medianya.

"Mama, Belle pergi dulu..." Kataku pelan dan Mama tidak menoleh sama sekali lalu berlari menuju gerbang yang ternyata sudah terbuka, aku keluar dan tak menutupnya kembali.

Saat kakiku ingin melangkah tiba-tiba terdengar pekikan Mama dari dalam rumah. "Arrrggghhh..." Aku mengernyitkan dahi dan merasa was-was ingin rasanya berlari ke dalam rumah tapi apadaya jam masuk kantor sebentar lagi.

Ah, sudahlah. AKu berlari meninggalkan rumah walaupun sebenarnya was-was Mama kenapa-kenapa. Aku keluar dari gang dan aku sudah harus siap mental bahwa abang-abang pengangguran yang selalu berkumpul di situ akan menggodai aku. Tap tap tap! Langkah pasti berharap mereka tak menyadari keberadaanku, karena ketika mulut mereka berceloteh akan merusak moodku satu harian. Hening! Hah! Para laki-laki brengsek itu hening, aku smapai menoleh beberapa kali pada mereka dan tak ada yang menggodai aku sama sekali.

"Apa ini suatu keajaiban?" Gumamku sambil terus berlari untuk mengejar bus kopaja yang siap mengantarkan aku bekerja ke daerah Blok M. Aku berdiri di pinggir jalan sambil menunggui bus Kopaja 605A langgananku. Sekitar 5 Menit ternyata bus itu muncul dan sudah membawa penumpang yang padat ampun-ampunan dari Ragunan dan Cilandak.

"Hei!" Kulambai-lambaikan tanganku, dan ternyata ada seorang laki-laki berjarak 20 meter dari aku melambaikan tangan juga. Terpaksa aku harus berlari menjumpai Kopaja yang berhenti jauh sebelum tempatku berdiri.

"Blok M! Blok M!" Teriak kernetnya sambil mendorong pantat laki-laki tadi supaya lebih masuk ke dalam lagi, walau jelas-jelas bus itu sudah sangat penuh merayap. Aku berlari dan dengan senyum penuh kemenangan aku melangkahkan kakiku dari pintu depannya, tapi apa? Brakk! Kakiku tak dapat menggapainya sehingga aku terjatuh, dan sepertinya dasar bus itu ada yang bocor sehingga kakiku tembus dan terjerembab ke aspal. Kopaja itu melaju sementara badanku masih tersunggur di aspal dan kakkiku berada di bawah kopaja. "Arrrggghhh!!!" AKu menjerit ketakutan saat melihat roda kopaja itu berputar cepat dan melindas kakiku. "Oh. Tidak!" Tidakkah ada yang melihat aku terjatuh sampai tidak ada yang memberitahukan supirnya untuk berhenti. Aku menutup mata rapat-rapat sambil menunggu apa yang terjadi, kudengar kopaja itu sudah menjauh dan sama sekali tidak berhenti untuk menolongku. Kubuka mataku perlahan berharap kakiku masih utuh. Dan...

"Hah??? Bukannya kenapa-kenapa?" Kataku terbelalak melihat kakiku utuh. Aku melihat sekitarku dan memasang wajah kesal. Orang-orang kota jaman sekarang makin tidak punya hati, tidak ada yang menolong aku, tidak ada yang menayakan keadaanku.

Aku bangkit berdiri dan memperbaiki pakaianku, aku berjalan dan sambil menahan tangis, kulihat jam tanganku dan tidak akan terkejar lagi, aku berjalan terus sambil sesekali menoleh siapa tahu ada kopaja yang lewat. Huh! Aku tau bus itu jarang-jarang lewat karena sudah terjebak macet di Cilandak yang macet parah. Akhirnya aku memutuskan utnuk berjalan saja, biarlah terlambat yang penting aku masuk kerja. Aku berjalan melihat ke bawah dan baru saja aku menyadari bahwa tali sepatuku belum diikat keduanya.

"Ya, ampun..." Mungkin ini yang membuat aku jatuh di tangga tadi dan terjerembab di bus. Aku segera berjongkok dan memperbaikinya, kuikat dengan ketat. Dan aku kembali berjalan sambil menghapus peluh, kulihat sekali-kali kopaja itu belum muncul juga. Namun sebuah taksi berjalan pelan di belakangku. Kulambaikan tanganku agar dia berhenti dan ternyata taksi yang tidak berpenumpang itu malah berjalan seperti tidak butuh uang setoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun