Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

6 Cara Si Ujung Jari Menjaga Kerukunan Beragama

5 September 2016   15:37 Diperbarui: 5 September 2016   16:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampaikan dengan cara yang sopan, anda hormat kami segan hehehe

Dulu ketika sosial media belum hadir

Aku menghabiskan sebagian besar masa kecil di kota-kota kecil yang ada di provinsi Sumatera Utara, provinsi satu ini tentu identik dengan orang batak dan beragama non muslim. Nyatanya akupun baru tahu bahkan dibeberapa kota yang pernah kami singgahi untuk papa mendapat rezeki ada kota yang sebagian besar masyarakatnya justru orang bersuku Jawa, Katakanlah Kisaran sebuah kota di Kabupatrn Asahan, disana mayoritas Jawa , akupun baru tahu kalau suku batak itupun banyak ragamnya, pernah hidup disebuah kota bernama padangsidimpuan yang bahasa bataknya mendayu-dayu, alias mirip seperti dialeg melayu tetapi 90% masyarakatnya muslim. 

Di Kota perbaungan disini kami hampir dikelilingi dengan tetangga tiongha tentu mereka bukan muslim. Dan yang paling membuat aku begitu tahu keberagaman adalah kota Pematang Siantar Kabupaten Simalungun. Kota ini kecil namun sangat memberi pengalaman hidup dalam kerukunan beragama. Di kota inilah aku merasakan semua ummat tuhan hidup berdampingan dengan sangat baik.

Aku masih ingat saat kami pindah ke Pematang siantar aku sudah kelas 6 SD dan sedang mendekati tahap akhir kami bermukim di kota ini hanya satu tahun tiga bulan saja, namun aku sangat menyukainya, rasanya meski hanya kota kecil tapi suasananya sangat mengasyikkan terutama teman-teman sekolah ku. Saat perayaan Natal wali kelas kami mengajak kami untuk mengunjungi rumah teman-teman yang merayakanya, disanalah aku bisa melihat dengan dekat bagaimana indahnya pohon natal dihiasi, dibawahnya ada kado-kado yang indah bungkusnya, dan sebaliknya ketika kami merayakan lebaran maka gura dan teman-teman yang tidak satu keyakinan juga akan berkunjung. 

Dan yang unik adalah pertemanan dengan teman yang tiongha, disitulah aku tahu cara bersembahyang orang tiongha, sehingga hampir diakhir pekan aku diajak temanku yang tiongha menunggu papanya selesai sembahyang karena setelahnya kami akan mengambil buah-buahan yang dipersembahkan, entahlah kenakalan khas anak kecil tapi selalu kami ulang kembali hehe. Dan kotaini mengjarkan betapa toleransi antara umat beragama itu begitu luas, ketika aku menemani mamak ke pasar untuk berbelanja pernah kami salah masuk lorong dipasar, disitu aku kaget ada banyak babi ternyata itu lorong pedagang daging babi, dan itupun tak masalah disanan, yang masuk lorong itu ya yang mau beli daging babi saja, kalo kek aku dan mamak yang nyasar ya sudah cari jalan lain supaya nggak ketemu lorong yang salah.

Kota Pematang Siantar bisa dibilang yang menyetir aku menjadi orang yang tak fanatik, dan kota itu pula aku melihat bahwa semua agama itu ajaran kebaikannya sama, masalah keyakinan kenapa agamaku lebih baik itu tak pernah kami bahas, sebaliknya teman-temanku juga tak pernah membuat statement apapun untuk agamanya.


Bhineka Tunggal Ika

Indonesia ini memang sangat unik, apapun bisa menjadi trending topik, hanya dalam hitungan jam karena tombol share maka banyak kasus menjadi heboh di dunia maya. Keunikan Indonesia tentu dari bermacam faktor, entah itu agama, pendidikan, sosial, politik atau keadaan ekonomi masyarakat Indonesia. Masih ingat ya ketika dizaman sekolah “Bhineka Tunggal Ika” selalu dingaungkan sebagai pengingat bahwa negara Indonesia adalah negara yang majemuk dan karena bercorak majemuk inilah Bhineka tunggal ika menjadi simbol permersatu negara nusantara ketika diera Majapahit. 

Berbeda-beda tetapi tetap satu, itulah sebuah semangat yang selalu membawa kita untuk menjaga kerukunan. Dengan corak majemuk memang resiko untuk timbulnya berbagai ragam persoalan sangatlah besar, dan karenanya para pejuang bangsa ini sudah menanamkan filosofi bhinke tunggal ika kepada kita penerus bangsa. Bahwa kita harus bisa menjaga bangsa tetap bersatu dengan segala keragaman yang ada.

Tahun 1970-an pemerintah mengeluarkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama, yaitu

  • Kerukunan intern umat beragama, hal ini saat ini bisa terlihat nyata dimana dalam satu kelompok agama terjadi perselisihan hanya karena berbeda caranya. Sebenarnya yang membuat menjadi runyam itu adalah pengikutnya sementara para pendiri mazhab tidak pernah mengklaim bahwa dirinya yang paling benar, namun adanya fanatisme berlebihan dari pengikutnya yang bisa mengancam kerukunan intern umat beragama
  • Kerukunan antar umat beragama, selama ini melalu pedoman pancasila Indonesia dimataku cukup berhasil menjalankan kerukunan antar umat beragama, bahkan kitab suci ku juga mengajarkan untuk tak mecampur adukkan masalah agama ini “agamaku untukku dan agamamu untuk mu”, sama halnya dengan negara yang menjamin kebebsan warga negara untuk memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing.
  • Kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah, pemerintah juga membuat aturan tentang hal ini misal terkait dengan pendirian rumah ibadah, penyiaran agama dimedia, dan banyak hal yang dikaitkan dengan pemerintah sehingga semua agama yang diakui di dalam sebuah negara bisa berjalan harmonis satu sama lainnya.

Hal diatas adalah sekilas pandang mengenai bagaimana kerukunan umat beragama itu telah diatur sedemikian rupa dari sebelum merdeka sampai saat ini. Dan selama ini selalu ada hambatan dalam menjaga kerukunan umat beragama dan salah satu faktornya adalah terjadinya pergeseran pola hidup dari azas kebersamaan “gotong royong” menjadi individualis.

Lalu akupun kuliah, di era kampus ini aku bahkan merasa linglung, kenapa begitu banyak aliran dalam satu agam, katakanlah agamaku Islam, sampai-sampai ada cara melihat aliran islam apakah teman mu ? cukup dari jumlah peniti yang disematkannya di jilbabnya hahaha, cara yang aneh tapi rupanya itu menjadi pembeda. Dunia kampus pula yang membuat aku memahami bahwa agamu ku banyak “alirannya”. 

Tapi beruntung aku pernah merasakan kebaikan di kota pematang siantar, sehingga tak pernah ada niat didalam hati untuk membenci mereka yang tak sama denganku. Tahun 1999 ketika era internet mulai marak maka aku sudha bisa terkoneksi dengan dunia lainnya, sekedar iseng untuk melatih bahasa inggris atau memang untuk menyenangkan diri sendiri dengan apa yang disebut era digital, maka akupun mulai akrab dengan sosial media. Friendster adalah awal aku memiliki akun sosial media, belum interaktif hanya saja sudah membuat aku mulai ‘narsis’ untuk memajang potoku di sosial media. 

Kemudian berlanjut ke multiply, disana aku belajar menulis dan kembali narsis, lalu 2008 akhir rasanya ada teman yang memberitahu tentang facebook dan jadilah sampai hari ini menjadi sosial media yang paling interaktif. Rasanya 40% perkembangan teman-teman jauh aku ketahui dari facebook, bahkan kalau ditanya tahu dari mana ? tadi aku baca statusnya di facebook.

Selamat datang di Era Sosial Media !

Yup, nyatanya begitu aku prinadi banyak mengetahui kabar teman, berbagai kejadian dan berita heboh sebagia besar dari akun sosiap media ku. Teman-teman selalu punya update berita apasaja, cukup bermodalkan kuota facebookan saja maka semuanya ada disana, hanya butuh ujung jari untuk menyebarkan apapun yang menurut anda menarik.

Sampai tahun 2013 aku masih merasa nyaman di sosial media, update dari teman-teman terkadang membuat hari lebih bersemangat, lalu tibalah masa dimana pilpres 2014, menurut saya ini adalah puncak era sosial media yang membuat hubungan beberapa pertemanan menjadi terpecah. Sebabnya hanyalah masalah share artikel2 dari kedua pihak yang saling klaim pembelaan, hasilnya apa ? Kedua belah pihak merasa terluka, bahkan aku prinadi sampai harus mengunfriend dua orang teman hanya karena aku merasa sudah tidak nyaman, serangan secara perso al dilayangkan kepadaku dan sepertinya sikap bijak adalah memblokirnya supaya rasa tak nyaman ini tidak berkelanjutan, hubungan pertemanan menjadi aneh bukan lagi karena masalah personal tetapi hanya karena masalah publik yang tak pantas kami perdebatkan.

Apalagi saat ini era sosial media, aku pribadi merasakan betapa godaan untuk perpecahan itu sangat besar. Jangankan untuk urusan antar umat, era sosial media pun sering menjerat per orang, tak pandai bersikap maka keluarlah pepatah “jarimu harimau mu”. Kalau dulu orang bisa berkelahi karena adu otot, adu mulut namun sekarang hanya dengan klik lentur dari jemari bisa menimbulkan ancaman bagi diri sendiri. Tak bijak bertindak maka ada UU ITE yang siap menjerat. Ada berapa kasus yang tejadi hanya karena curhat malah berujung dibui.

Namun dari sekian banyak orang yang mengacaukan hubungan ternyata masih banyak yang sangat peduli untuk selalu bisa menjaga hubungan baik. Dan pada akhirnya aku setuju banget dengan sebuah quote "You are what you share. Iya, tombol share ini sangat berbahaya, berapa banya berita hoax yang sudah ujung jari anda bagikan ?

Bicara soal kelompok yang ada di era sosial media , sejak pilpres 2014 aku melihat ada dua kubu yang cinta Jokowi dan cinta Prabowo, entahlah rasanya memang heran, mungkin beliau-beliau idola kita ini baik-baik saja, hanya para pencinta yang membabi buta justru saling serang. Hal ini kalau tidak segera diatasi bisa menjadi perpecahan umat beragama di Indonesia. Yang saling cinta dan saling benci itu bisa berasal dari satu kelompok agama, dalam satu kelompok agama keduanya ada, sehingga saling mengkafirkan satu sama lain. 

Contohnya saja aku memang memilih Jokowi menjadi presiden, lalu aku menjadikan musuh dari sesama, dengan tuduhan aku ini islam skuler, hallah apa pulak itu ? Sementara dengan teman agama lain aku merasa baik-baik saja. Sedih memang ketika mengaku satu nabi satu tuhan tapi beda presiden maka ada sedikit borok diantara kami yang siap menganga kapan saja. Namanya luka lama itu kalau disenggol dikit aja berdarahnya lebih parah daripada luka baru, itu kata bos ku hahhaha.

Di kantorku mungkin akulah satu-satunya pemilih Jokowi, akhirnya aku harus bertahan dari segala serangan, broadcast siapa jokowi, broadcast kelompok jokowi semua ditujukan padaku, kalau mau marah bisa, kalau mau berantem pun bisa. Tapi rasanya terlalu bodoh kalau hanya karena itu aku langsung emosi, maka sabar adalah kunciku menahan diri.

Terkadang kita tersulut emosi hanya karena postingan teman yang selalu isinya menydutkan, sekali dua kali kita masih bisa menahan diri, giliran posting ke 101 kita tersulut rasa benci akhirnya membalas dengan hal yang serupa. Nah kalau difacebook aku lebih mudah mengatasinya karena memang fitur di facebook ini banyak dan bisa kita setting seperti apa mau kita, misal dari awal aku sudah tidak sreg dengan segala postingan si A maka aku cukup klik unfollow maka akupun tak akan pernah melihat apapun yang disharenya pada timelineku, atau untuk artikel tertentu saja maka aku langsung klik tanda panah dipojok kanan artikel, aku minta facebook menghide artikel yang aku tidak suka, atau ketika memang sudah muak maka tinggal unfriend saja hihiihi yang penting emosi awak terjaga ya kan ya hehehe.

Jadi menurutku ada 6 kunci sukses untuk menahan diri di era sosial media, kamu bisa lakukan dan belajar terus untuk kebaikan bersama, ketika dirimu bisa menahan diri mungkin orang lainpun akan berusaha sehingga kerukunan beragam tetap bisa terjaga sampai anak cucu kita.

6 Cara ini pun bisa mengandalkan jari-jari kita, cukup ketik, klik dan send :

  • Cari Kebenaran . Banyak belajar, banyak mencari tahu, banyak berdiskusi aku yakini bisa menyelamatkan kita dari kebodohan. Setiap ada berita maka aku selalu mencari tahu terlebih dahulu mengenai kebenaran artikel tersebut. Pokoknya jangan bertentangan dengan ajaran agama; kan agama kita mengajarkan untuk menyebar kebaikan bukan sebaliknya berita yang tak jelas bahkan berujung fitnah dengan asyiknya kita share tanpa mencari kebenerannya.
  • Tanya Diri . Setelah yakin sumber artikel tersebut, tanyalah diri anda apakah manfaatnya lebih banyak dari mudharatnya ? Setelah itu baru putuskan apakah jari anada berhak mengklik tombol share ? Dan cara termudah adalah dengan membayangkan apabila yang menjadi subyek adalah diri sendiri , coba ya ! Harus peduli dengan kesulitan oranglain meski kita berbeda keyakinan.
  • Bila harus menegur, tegurlah dengan cara yang baik. Tak guna memberi komentar yang menyudutkan atau yang membuat malu teman. Ada banyak cara, bila anda teman dekat bisa langsung telepon sekalian bersilaturahim, atau gunakan layanan obrolan gratis seperti BBM, messenger lalu tanyak dengan baik-baik.Dan jangan pula menggangu apa yang menjadi keyakinan orang lain.
  • Hapuslah postingan bila memang sudah mendapat kebenarannya, dengan menghapus maka yang like dan share juga akan terhapus hal ini tentu sangat membantu untuk membuat tentram. Karena bisa jadi apa yang kita posting menjadi sumber untuk mengadu domba atau sebagai provokator, hal ini harus dihindarkan.
  • Bila sudah terlanjur, maka ucapkanlah maaf agar teman yang sempat tersakiti bisa memaafkan.
  • Jagalah etika bersosial media, usahakan musyawarah terlebih dahulu, jangan asal screenshot lalu ditimpali dengan status menyudutkan. Jangan saling curiga dengan teman, cara terbaik tanyakan langsung ya guys! Musyawarah untuk mufakat yes !

Nah ini ceritaku untuk menjaga kerukunan beragama di era sosial media, dan alhamdulillah sejauh ini aku merasa masih baik-baik saja karena kami masih saling menjaga etika, saling koreksi dengan cara musyawarah dan hal terbaik yang bisa kamu lakukan adalah bersabar..sabar membawa berkah !. Kamu punya cara ajaib lainnya ? Share yuk supaya kerukunan beragama bisa terjaga di Indonesia Raya...

Facebook : https://www.facebook.com/ulihartati.panggabean

Twitter : https://twitter.com/ulihape

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun