Mohon tunggu...
Ulan Hernawan
Ulan Hernawan Mohon Tunggu... Guru - I'm a teacher, a softball player..

Mari berbagi ilmu. Ayo, menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksi | Negeri Dongeng Para Pembenci

16 September 2017   14:43 Diperbarui: 16 September 2017   16:28 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Ilustrasi: clickchemistrycourses.com]

Negeri Dongeng Para Pembenci

Alkisah suatu hari di negeri yang penuh dengan pulau. Ada seorang pemuda yang hidup seorang diri. Dia menyendiri di sebuah pulau tak bertuan, sebatang kara, namun bahagia. Kebahagiaannya, bukan tanpa sebab. Ia merasa nyaman saat tiada orang lain disisinya. Dia bosan dengan hiruk pikuk manusia lain yang saling membenci, menyiyir, dan menumpahkan kesombongan dan keegoisan diri layaknya membalikkan telapak tangan.

Pemuda ini lugu, pada mulanya dia adalah orang yang ringan tangan, menebar kebaikan dan murah senyum terhadap sesama. Namun, lambat laun, ia menyadari. Hati malaikatnya, tergerus oleh kezaliman, kemunafikan, kebencian yang dilakukan orang lain, bukan kepada dirinya, namun kepada khalayak.

Si pemuda memperhatikan bahwa zaman berubah. Dulu raja dan ratu di elukan, sekarang disindir dan dimaki. Dulu bangsawan dan cendekiawan disegani, sekarang ditelanjangi. Dulu penjaga istana ditakuti dan dihormati, sekarang mudah dibeli. Dan dulu rakyat berdikari membangun nagari, sekarang bernyanyi tak tau diri. Hanya kebencian yang menyelimuti dan tak tahu mana lagi yang berarti. Yang lebih parah lagi setan dengki, iri dan benci merasuk ke bagian inti keluarga masing-masing. Mereka yang seharusnya dipenuhi cinta karena ikatan darah dan saudara, justru saling memaki tak tau diri. Inilah rasa sakit hati yang hakiki, dikhianati oleh benci. 

Si pemuda lelah, melihat kedamaian yang telah rusak karena kata-kata. Ya, "kata-kata", senjata ampuh dan mandraguna untuk menyebarkan kebencian. Banyak kebaikan yang hanya sesaat, bahkan kebaikan yang muncul hanya karena ada maunya. Tidak murni. Penuh ilusi. 

Si pemuda ini tidak membenci manusia lain, dia percaya pada dasarnya manusia itu baik. Namun, dia hanya tidak percaya setan dan iblis yang ada di dalam mereka. Karena pemuda ini sadar berjuang sebesar apapun, akan sulit untuk mengembalikan kedamaian yang hakiki. Bahkan untuk menghilangkan kebencian tiap orang sekalipun. Pemuda yang lugu ini bukannya tidak peduli, ia hanya ingin melihat sejauh mana negeri dongeng para pembenci ini bertahan. Memandang dan bergumam, meski pada akhirnya semua khalayak membencinya, karena hidup seorang diri.

Ulan Hernawan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun