Sekarang bayangkan aktifitas kehidupan manusia bila dalam realitas tak ada satupun yang sudah bisa ditetapkan dan dipastikan-karena masih terus berproses dan belum jadi jadi..Kapan jadinya (?)
Lebih jelas lagi; hukum alam,hukum fisika itu telah jadi dan telah selesai sebagai hukum.Walau muncul bahasan kuantum tapi ia tidak melenyapkan hukum fisika.Nampak ketak pastian ada tapi hukum fisika yang mutlak-tetap-pasti pun tetap ada
Memang ada yang berubah-berproses, tapi proses itu terjadi dalam konstruksi yang sudah bis dipastikan sehingga pasti arahnya.Contoh manusia selalu mengalami perubahan dari semula muda selalu menjadi tua-ini hukum kehidupan pasti.Yang berubah dan yang tetap,yang tidak pasti dan yang pasti adalah dua sisi dari realitas
2.Mereduksi persoalan kebenaran pada "kekosongan"-"kasunyataan"
Seperti kita tahu dalam ranah logika termasuk agama wahyu,pencarian kebenaran bukan untuk "mencari yang kosong-yang tidak ada apapun"-tapi untuk mencari sesuatu yang kita kategori sebagai "kebenaran".Dan kebenaran dimaksud adalah suatu yang memiliki nilai karena ditopang oleh beragam argumentasi-dalil-ilmu pengetahuan, baik bersifat fisik maupun metafisik.Di level fisik dibuktikan via pembuktian empirik dan di level metafisik oleh argument logika.Jadi "Kebenaran" bukan kekosongan dan bukan kosong tanpa apapun tapi berisi konstruksi argumentasi dari berbagai level
Dan tujuan manusia mencari kebenaran pun bukan mencari kekosongan,ketidak tahuan,sunyata,tapi untuk mengetahui mana yang benar diantara yang salah.Ciri seseorang yang telah menggenggam kebenaran adalah faham mana ketidak benaran atau kebatilan sebagai lawanannya. Lebih jauh lagi ia menggenggam nilai kebenaran itu sebagai pedoman hidupnya
Jadi yang ideal jadi pedoman hidup itu bukan kekosongan-sunyata yapi sesuatu yang diyakini memiliki nilai kebenaran-Dan itu Ada konstruksi argument yang menopang-bukan sekedar yakin tanpa ditopang ilmu pengetahuan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI