Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mewaspadai jebakan obyektifitas

13 September 2025   08:57 Diperbarui: 13 September 2025   08:57 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah definisi ini hanya cocok digunakan para peserta di forum debat yang khusus membicarakan obyek fisik-empirik- berkaitan dengan ilmu fisika,Disini para peserta boleh menuntut peserta lain untuk memperlihatkan bukti empirik

Tapi bila acuan obyektif versi KBBI dibawa bawa peserta debat ke forum persoalan metafisik-termasuk agama maka warning alias waspada ; ITU JEBAKAN BETMEN (!). Karena kita tahu perdebatan dengan obyek non fisik- metafisika tujuannya bukan untuk mencari kebenaran empirik atau pembuktian empirik tapi lebih untuk menguji logika-kemampuan berpikir akali para peserta debat

Kesalahan umum dalam debat diantaranya memaksa realitas non empiris atau realitas yg dialami pribadi untuk diformat jadi obyektif-artinya itu = mengingkari adanya bentuk realitas lain selain realitas obyektif

Misalnya: pengalaman pribadi dianggap "tidak nyata" hanya karena tidak bisa diukur.Pengalaman pribadi itu nyata tapi berlaku utamanya untuk pribadi yang mengalami

Realitas itu tidak satu dimensi. Ia punya dimensi fisik-non fisik,materi-non materi,lahiriah-batiniah,obyektif-subyektif.Karena itu, ketika seseorang menyampaikan realitas tertentu menurut kemampuannya membaca-pandangan pribadinya,maka tidak adil jika dipaksa masuk ke ranah obyektif (versi KBBI)

Orang yang menjadikan obyektifitas versi KBBI sebagai acuan utama dan tunggal dalam debat biasanya mudah memainkan stigma,Misal memainkan stigma "dogma" atau "keyakinan" karena dianggap suatu yang diluar obyektifitas-walau untuk tema metafisis yang tujuannya bukan untuk mencari kebenaran obyektif

BEBERAPA PERSOALAN URGENT KITA GALI DENGAN METODE PERTANYAAN ;

-Apakah semua realitas dapat dan harus obyektif dalam artian semua orang dapat dan harus menerimanya ?
Sedang kita tahu realitas itu kompleks; Tidak semua empiris,Dan pada level yang sudah tidak empiris maka persepsi orang mulai berbeda beda

-Bagaimana kalau realitas itu dialami secara pribadi dan orang tidak tahu apa yang kita alami ? Apakah pengalaman pribadi mesti dipaksa agar obyektif dimata umum ?

-Semua orang punya indera,Tapi apakah semua orang punya kualitas akal yang sama ketika menggali persoalan metafisis ?

-Dapatkah obyektivitas versi KBBI dipakai sebagai acuan tunggal untuk menilai hingga menghakimi persoalan persoalan metafisik ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun