Apapun serta betapapun yang di katakan orang tentang sains-filsafat atau bagaimanapun keduanya itu dideskripsikan serta didefinisikan tetaplah kita harus memandang keduanya sebagai entitas entitas yang terbatas atau memiliki batasan batasan yang tak akan pernah bisa dilampaui nya.dan artinya sikap kita baik terhadap sains maupun filsafat juga harus dibatasi,harus proporsional-sesuai dengan kapasitas yang dimiliki nya
Salah satu hal mendasar yang tidak bisa dijelaskan baik oleh sains maupun filsafat adalah: apa yang akan terjadi sesudah manusia mati.sedang pertanyaan seperti itu adalah salah satu masalah terpenting yang dihadapi manusia dalam kehidupannya.dan banyak yang merasa gelisah serta dihantui ketakutan luarbiasa memikirkan apa kiranya yang akan terjadi sesudah manusia mati.
Memikirkan masalah ini adalah hal yang sangat urgent dan sangat rasional sekaligus realistis karena kita semua pasti akan mati.dan tidak memikirkannya serta lebih memilih bersikap 'bagaimana nanti' itu hal yang tidak ilmiah-tak sesuai prinsip keilmuan (yang berprinsip harus memahami segala suatu secara tuntas hingga level yakin)
Hal lain yang tidak bisa dijelaskan baik oleh sains maupun filsafat contohnya adalah darimana asal mula kehidupan,siapa manusia pertama,siapa yang menciptakan alam semesta dan seisinya,dan sebenarnya banyak lagi
Artinya,baik sains maupun filsafat tidak bisa menjelaskan apa itu hakekat kehidupan,dimana pertanyaan pertanyaan penting serta mendasar seperti yang diungkap diatas itu adalah bagian dari pertanyaan besar yang mengungkap rahasia besar seputar apa itu hakekat kehidupan
Dan itulah fungsi serta kedudukan agama dalam kehidupan umat manusia yang tidak bisa digantikan posisinya baik oleh sains maupun filsafat,yaitu sebagai institusi yang bertugas menjelaskan apa itu hakikat kehidupan termasuk kedalamnya menjelaskan apa yang akan terjadi sesudah manusia mati serta menjelaskan asal muasal kehidupan serta tujuan hakiki dari kehidupan.
Sehingga baik sains-filsafat maupun agama masing masing memiliki hakikatnya sendiri sendiri dan tentunya memiliki fungsi sendiri sendiri dalam kehidupan manusia dan ketiganya  harus ditempatkan serta diposisikan pada tempat yang sesuai dengan hakikat serta kapasitasnya masing masing dan jangan sampai ditumpang tindihkan satu sama lain misal yang satu berupaya di posisikan menggantikan yang lain.
Sebagai contoh, sains tak bisa diposisikan menggantikan agama sebagaimana agama tak bisa diposisikan menggantikan sains.dengan kata lain,masing masing harus disikapi secara proporsional sesuai fungsi serta kapasitas yang dimiliki nya
Sebagai contoh,bila persoalan persoalan gaib semisal kehidupan sesudah mati atau pertanyaan besar lain seperti diungkap diatas diserahkan pada sains-filsafat maka para saintis serta para failosof paling cuma  bisa berteori-berhipotesa-meraba raba karena mereka semuanya adalah manusia yang juga akan pada mati.lain bila diserahkan pada Tuhan pencipta manusia yang maha tahu maka kita bisa memiliki jalan untuk meyakini kebenarannya
Dan karena memiliki hakikat yang berbeda maka baik sains-filsafat maupun agama ketiganya memiliki metodologi (metode-cara untuk menjelaskan serta memahamkan) yang berbeda.sains berdasarkan metode empirisme-metodologi pembuktian empiris,filsafat lebih menekankan metodologi rasionalistik-penggunaan cara berfikir akal yang sistematis-konstruktif.agama walau merangkul dua metode tadi tapi memiliki metode lain yang berbeda karena tidak semua hal-realitas-permasalahan keilmuan ternyata dapat di empiriskan serta di jelaskan berdasar tatacara berfikir akal yang sistematis
Dan makna 'merangkul' adalah : menerima,membenarkan,menggunakan atau mempersilahkan bahkan mengharuskan untuk menggunakan tapi dengan batasan tertentu,sebatas itu layak atau masih dapat digunakan.metode sains-filsafat tidak boleh dan tidak bisa digunakan pada hal yang sudah bukan wilayahnya lagi
Untuk memahami persoalan ke akhiratan misal,tentu bukan metode empirisme yang dipakai tapi metode ilmu hakikat yang dipadukan dengan metode rasionalitas.dan secara keilmuan iman pun tidak akan bisa digapai kecuali dengan memahami landasan keilmuannya
Contoh,munculnya iman pada konsep balasan akhirat itu misal karena secara keilmuan kita faham bahwa perikehidupan dunia dengan kompleksitas permasalahannya itu ternyata tak bisa diselesaikan secara sempurna di dunia sehingga dapat diselesaikan secara tuntas itu  hanya dengan penyelesaian oleh tangan Tuhan di alam akhirat
Artinya,rasionalitas kita dapat memahami kenapa konsep balasan akhirat itu harus ada,dan pemahaman akal itu menjadi jalan bagi tumbuhnya iman-keyakinan akan kebenaran firman Tuhan tentang alam akhirat
Dan artinya,agama memiliki banyak cara-banyak jalan,termasuk jalan keilmuan yang bukan melulu metode empirisme atau rasionalisme tapi metode keilmuan yang diajarkan agama itu paralel dengan yang kita tangkap dengan dunia indera kita serta dapat difahami oleh akal fikiran kita artinya tidak ilusionis-tidak hayali tapi paralel dengan kenyataan sehari hari yang kita tangkap dengan dunia indera kita dan secara rasional konsep nya dapat kita fahami dengan akal kita
Contoh, pemahaman tentang konsep balasan akhirat tidak lepas dari realitas kehidupan dunia dimana kebaikan dan kejahatan adalah hal nyata dan kejahatan yang tidak terselesaikan secara tuntas-sempurna adalah realitas tersendiri juga, sehingga konsep Tuhan tentang balasan akhirat dapat kita fahami dengan akal fikiran kita
Karena jangan salah,tidak sedikit orang yang keliru dalam menyikapi serta memahamkan agama.mereka meminta agama untuk sama persis seperti sains yaitu memberlakukan metode empirisme. mereka ingin penjelasan akhirat misal, disertai bukti empiris langsung dan termasuk hal lain semisal deskripsi tentang saitan dan malaikat
Padahal karena keterbatasan dunia indera itu sendiri realitas itu tidak semua dapat terjangkau dunia indera manusia walau andai sudah dibantu peralatan sains, sebagian realitas tetap tersembunyi sebagai 'alam gaib' dan itu ber makna agar manusia tidak semata bergantung pada dunia panca inderanya semata tapi dapat memfungsikan kekuatan akal fikiran serta mata batin atau potensi potensi ruhaniah untuk menjangkau hal hal yang non fisik atau 'ruang metafisik' istilah filsafat nya
Dengan kata lain kita harus bijak,kapan menggunakan sains-ber filsafat dan kapan mendatangi agama.jangan sampai salah satu mendominasi sehingga yang lain ter abaikan.jangan sampai terhadap segala suatu persoalan misal melulu ingin dan harus menggunakan metode sainstifik atau melulu ingin dan harus menggunakan metode rasionalistik,semua ada tempat-ruang dan waktu nya.artinya semua memiliki fungsi tersendiri dalam kehidupan manusia dan tentu bukan berarti tidak bisa di saling padukan asal masing masing difahami hakikat serta fungsi dan peruntukannya
Kegagalan manusia memahami agama salah satunya diantaranya karena menggunakan standar pemahaman keilmuan yang keliru karena standar parameter keilmuan yang digunakan adalah parameter sainstifik yang serba harus memainkan prinsip empirisme itu. padahal kalau segala suatu harus serba empiris maka makna 'iman' serta 'yakin' dan sekaligus fungsi agama otomatis akan lenyap
Padahal dalam 'iman' itu segala potensi ruhaniah manusia yang melampaui dunia inderawinya terkumpul dan ter ekspresikan. dan itulah yang membedakan manusia dari binatang adalah,manusia dapat mengekploitasi hal yang diluar kemampuan dunia inderawi nya.tapi potensi ruhaniah ini hilang oleh orang orang yang ngotot ingin memberlakukan prinsip empirisme-saintisme-rasionalisme terhadap seluruh persoalan keilmuan serta kehidupan.padahal teramat banyak hal yang tidak bisa dipecahkan oleh manusia dengan peralatan sains-filsafat dan hanya bisa diselesaikan atau dijelaskan oleh sang maha pencipta
Bayangkan kalau semua hal bisa diselesaikan oleh kemampuan inderawi serta akali manusia melalui sains-filsafat maka Tuhan tidak akan memiliki peran sama sekali dalam kehidupan umat manusia
Dari sains-filsafat kita memperoleh ilmu tentang realitas empiris,tentang ilmu logika beserta sehimpunan hukum nya. tapi dari agama kita dapat memahami apa itu ilmu hakikat dan ilmu hikmat,dua buah ilmu yang tak dapat di desain serta dikonsepsikan oleh manusia-tak bisa diciptakan baik oleh sains maupun filsafat, dan hanya bisa dikonsepsikan serta diberikan oleh Tuhan sang maha pencipta
Dan apa yang saya tulis bukanlah hendak merendahkan kedudukan sains-filsafat yang merpakan hasil kreatifitas  SDM manusia itu,tapi ingin menempatkan keduanya pada kedudukan yang semestinya,sesuai porsinya,sesuai kapasitasnya,sesuai peruntukannya.
Karena masih banyak orang yang tidak bisa menempatkan keduanya pada tempat yang semestinya hingga melampaui kapasitasnya sendiri bahkan dengan berupaya meminggirkan agama. akhirnya mereka cuma terjerumus pada ber angan angan misal tentang sains yang bisa begini atau begitu tanpa mengukur kapasitas-kemampuan hakikinya.karena misal betapapun majunya teknologi robot maka sampai kapanpun mustahil sains bisa menciptakan ruh,mustahil menghentikan hukum kehidupan pasti semisal manusia pasti mati dan termasuk mustahil bisa menyingkap kehidupan sesudah manusia mati
Dan puncak dari miskonsepsi hubungan sains-filsafat-agama adalah terjadinya penghakiman terhadap deskripsi yang datang dari agama dengan menggunakan instrument sains-filsafat.bila itu terjadi artinya telah membawa sains-filsafat keluar dari ranah dan sekaligus kewenangannya yang seharusnya dibatasi itu.karena sains-filsafat idealnya memang bukan untuk menghakimi agama tapi seharusnya menjadi mitra dalam mengungkap kebenaran yang bersifat menyeluruh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI