Bagi sebagian orang, mengumpulkan sampah bukanlah hal wajar untuk dilakukan. Terlebih di zaman serba praktis dan cepat, kita terbiasa melakukan hal yang mudah seperti pakai dan buang.
Perilaku ini kemudian didorong oleh perusahaan besar dengan menciptakan kemasan sachet dan benda-benda sekali pakai. Alhasil timbulan sampah di banyak Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) maupun Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) tidak lagi terelakan.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mencatat ada 35 juta ton total timbulan sampah di 323 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Jika diratakan, sampah ini bisa menutupi seluruh kota Jakarta sedalam 20 cm.
Beragam upaya dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi timbulan sampah, salah satunya dengan mendirikan Bank Sampah.
Di lingkungan tempat saya tinggal, baru saja diresmikan Bank Sampah bernama "Sahabat Alam Lestari". Berdasarkan keterangan beberapa teman, Bank Sampah ternyata juga sudah hadir di lingkungan perumahan lain maupun kota lain seperti wilayah Depok dan Jakarta.
Masalahnya, banyak dari kita yang belum terbiasa menabung dan mengumpulkan sampah (yang masih bernilai). Alhasil keberadaan Bank Sampah tidak memberikan efek yang signifikan bagi berkurangnya timbulan sampah di TPA maupun TPST.
Baca juga: Pengalaman Pertama Menyetor Sampah di Bank Sampah Dekat Rumah
Lantas, bagaimana cara jitu dalam "menabung" sampah?
1. Pelajari kategori sampah yang masih bernilai
Jika selama ini kamu menganggap bahwa semua barang yang sudah tidak terpakai adalah untuk dibuang, maka ketahuilah bahwa sebagian barang tersebut masih memiliki nilai.
Contoh yang paling dekat adalah kemasan paket belanja online. Kebanyakan dari kita memiliki kebiasaan untuk langsung membuang kemasan paket setelah mendapatkan isi belanjaan. Padahal jika kita teliti, kemasan tersebut sebenarnya terdiri dari kardus dan bubble wrap (plastik) yang masih bernilai.
Begitu juga dengan botol atau gelas plastik sehabis jajan es teh, botol skincare yang sudah habis isinya, dan sisa minyak setelah menggoreng (minyak jelantah). Ketiga sampah ini masih bernilai dan sangat bisa kita kumpulkan untuk kemudian disetor ke Bank Sampah.
Selain sampah di atas, kamu juga bisa mempelajari kategori sampah lain yang bisa diterima di Bank Sampah terdekatmu. Setiap Bank Sampah biasanya memiliki kebijakan penerimaan sampah dan harga penukaran yang berbeda.
Jadi, pastikan saja sampahmu sudah sesuai dengan ketentuan ya.
Baca juga: Stop Buang Minyak Jelantah, Kumpulkan dan Jadi Cuan!
2. Siapkan wadah untuk mengumpulkan sampah
Di rumah, saya biasa menyiapkan tiga wadah untuk mengumpulkan sampah. Pertama, satu karung besar yang diletakkan di depan rumah. Di karung ini, saya meminta seluruh anggota keluarga untuk berperan aktif dalam mengumpulkan segala jenis sampah yang masih bernilai.
Setelah terisi penuh, saya akan membongkar isi karung tersebut untuk memisahkan sampah berdasarkan kategori.
Seperti yang saya sebutkan di artikel Pengalaman Pertama Menyetor Sampah di Bank Sampah Dekat Rumah, pengkategorian sampah akan membuat harga jual sampah di Bank Sampah bertambah.
Selanjutnya, saya menyiapkan dua sampai tiga totebag atau kantong plastik untuk menaruh sampah yang sudah dikategorikan, yaitu sampah plastik, kaca, maupun kardus.
Di sini, kamu juga bisa sekalian untuk merapikan dan memperingkas sampah yang dikumpulkan, seperti melipat kardus, menumpuk gelas plastik, dan lainnya. Alhasil sampahmu terlihat lebih rapi dan tidak mengotori pandangan dalam rumah.
Baca juga: Benda Sekali Pakai yang Menumpuk di Tempat Sampah Kita
3. Temukan Bank Sampah terdekat
Setelah sampah dikumpulkan, saatnya kamu menyetorkan sampah tersebut ke Bank Sampah. Bagi yang belum tahu di mana lokasi Bank Sampah terdekat, kamu bisa mengeceknya di laman SIPSN milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Di muka utama SIPSN, kamu bisa melihat Sebaran Fasilitas Pengelolaan Sampah di seluruh Indonesia, mulai dari lokasi TPA, TPS3R, Komposting, Produk Kreatif, Sumber Energi, hingga Bank Sampah.
Silakan klik tombol Bank Sampah, kemudian zoom-in di lokasi tempat tinggalmu untuk menemukan Bank Sampah terdekat. Di laman SIPSN ini juga disediakan lokasi detail yang dapat kamu sambungkan ke Google Maps untuk mendapat arahan jalan.
Untuk yang baru pertama kali menyetorkan sampah, biasanya kamu akan diminta terlebih dulu menjadi nasabah Bank Sampah. Selanjutnya kamu akan diberi buku tabungan yang dipakai untuk mencatat jumlah uang dari sampah yang disetorkan, hingga nanti bisa diambil setelah mencapai batas tertentu.
Baca juga: Refleksi 21 Februari: Hari Peduli Sampah Nasional, Sudahkah Kita Peduli?
Menabung Cuan dan Harapan
Kehadiran Bank Sampah secara tidak langsung telah membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah. Meski masih minim, bukan tidak mungkin bahwa nantinya kita bisa meniru negara maju seperti Swedia dan Norwegia yang hanya menyisakan 1% sampahnya di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)/landfill.
Karena mengumpulkan sampah bukan hanya tentang menabung pundi-pundi rupiah alias cuan. Di balik langkah ini, ada harapan yang lebih besar lagi, yaitu membuat bumi lebih bersih, hijau, dan bebas dari sampah.
--
Salam lestari.
Tutut Setyorinie,
19 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI