Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Gemini Man", di Antara Will Smith dan Ide Lapuk Geopolitik

14 Oktober 2019   10:01 Diperbarui: 18 Oktober 2019   20:10 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Gemini Man [2019] | Paramount Pictures

Gemini Man adalah film terbaru Ang Lee dan Will Smith. Dua nama yang memberi jaminan mutu. 

Ang Lee adalah sutradara di balik film dengan standar Oscar. Tercatat 9 kali sutradara dari Taiwan ini masuk nominasi Oscar. 3 di antaranya dimenangkan. Yakni kategori Best Foreign Language Film untuk Crouching Tiger Hidden Dragon (2000) serta Best Director untuk Brokeback Mountain (2005) dan Life of Pi (2012). 

Tapi bukan cuma Oscar, Ang Lee juga pernah mendapatkan Golden Bear di Berlin International Film Festival dan Golden Lion di Venice Film Festival. 

Sementara Willard Carroll Smith Jr adalah aktor yang juga rapper. Mengutip Wikipedia, ia tercatat mendapat 5 nominasi untuk Golden Globe Award dan 2 untuk Oscar (untuk kategori Best Actor di film Muhammad Ali dan Pursuit of Happyness).

Dia juga sudah memenangkan 2 penghargaan Grammy Awards. Majalah Forbes pernah menyebutnya "The Most Bankable Star Worldwide" karena film-filmnya yang meraup untung besar. 

Terus, bagaimana dengan "Gemini Man" yang mulai tayang 11 Oktober kemarin? Apa kolaborasi keduanya membuat film bergenre action thriller ini berbeda dengan kisah-kisah sejenis, seperti The Equalizer 2 yang kalau gak Denzel Washington, gak selamat walapun yang besut Antonio Fuqua, misalnya? 

Kenapa bisa begitu?

[Coba baca catatan filmnya di "The Equalizer 2", Ujung Drama Pasukan Elite]

Atau, kalau Anda suka, mungkin bisa membandingkannya dengan kisah mesin pembunuh yang memilih jalan pensiun namun dipaksa harus kembali karena mereka justru menjadi bahaya bagi organisasi yang bertahun-tahun dibesarkannya. Seperti di Film "Polar", Atmosfir Neo-Noir di Hidup Pembunuh Bayaran atau bahkan, dalam "John Wick-Parabellum" dalam Lima Catatan. 

Untuk Gemini Man, ada dua hal saja sebenarnya. 

Tentu saja, yang pertama adalah tentang ide cerita dan bagaimana kerja sinematografinya mewujudkannya serta, kedua, semulus apa Will Smith menampilkan dirinya sebagai Henry Brogan, pensiunan pembunuh elite yang harus bertempur dengan kloningannya.


Ide Berulang: Ambisi Kontrol Dunia!
Kali ini kita dihadapkan dengan problematika dasar yang masih sama dari kehendak geopolitik Amerika Serikat yang dihidupkan industri film Hollywood. 

Kehendak yang berakar dari perang yang mereka ciptakan sendiri karena obsesi pada kontrol tata dunia baru paska-perang dingin. Termasuk di dalamnya menciptakan karakter-karakter dengan glorifikasi supramanusia seperti Rambo.

Perang bukan saja menciptakan korban yang massif, kesedihan yang bergenerasi dan protes-protes sosial-politik bagi masyarakat sipil. Tidak penting dilakukan demi klaim perburuan senjata pemusnah massal (padahal berebut akses dan kontrol minyak) atau demi menegakkan demokrasi dan menumbangkan komunisme (padahal menciptakan rezim boneka yang lebih mudah didikte).

Namun tidak bagi para pengambil kebijakan yang hidup dengan mimpi mengontrol dunia itu. Dalam "ekonomi perang", jenis manusia yang satu ini terus berusaha menjalankan perang yang makin efektif dan efisien dalam menghancurkan lawan atau merawat kepatuhan. Mereka menggandeng saintis dan membiayai riset-riset mahal. 

Dari kombinasi "tiga kegilaan ini", manusia pemburu kontrol dunia, ekonomi perang dan saintisme pelayan perang, Henry Brogan diciptakan. 

Sebagai latar belakang, Henry Brogan yang dimainkan Will Smith dengan maksimal ini adalah pembunuh hebat. Satu-satunya. Dia telah menuju tua dan memilih pensiun. Dia hanya ingin menjadi pemancing yang konsisten. 

Lalu ada seorang maniak bernama Clay Varris (Clive Owen). Varris yang juga sejawat Henry diam-diam memelihara riset yang menciptakan mesin pembunuh dengan kemampuan sesempurna Henry dan lebih dingin secara emosi. 

Henry yang tak tertandingi itu memang memiliki persoalan dengan emosinya. Ia selalu takut tenggelam, masih memiliki keraguan yang membuatnya masih bisa berjarak dari perintah dan memendam mimpi buruk dari masa kecil. 

Riset itu menciptakan kloningnya Henry. Lebih muda dan lebih sadis. 

Cerita dimulai dengan Henry yang sukses menembak target di dalam kereta yang sedang melaju. Target itu disebut sebagai teroris Rusia. Lantas seorang sejawatnya memberitahu jika data target dimanipulasi. Henry dijebak, perburuan sedang digelar. 

Varris mengirim kloning untuk menghabisi karena Henry. Sebaliknya, Henry merancang siasat untuk membalas. 

Dalam adegan "saling berburu" inilah, film Gemini Man menampilkan visual yang asik. Terutama pada sesi pertempuran antara Henry dan kloningnya di Cartagena, Kolombia. 

Pertempuran satu lawan satu yang dimulai dari sebuah gedung hingga ke jalan. Adegan peluru berdesing, tembok yang terkoyak, hingga kejar-kejaran dengan motor di jalanan Cartagen terasa menegangkan sekaligus indah. Ciamik!

Maksud saya, pengambilan gambar dan penyusunan adegannya membuat saya seperti ada di salah satu sudut yang melihat langsung. Terasa begitu dekat seolah saja saya adalah saksi bisu.

Ketegangan lain dari adegan laga ini adalah manakala Dani Zakarweski yang manisnya simpel (diperankan Marry Elizabeth Winstead, yang pernah jadi Lucy Gennero-McClane alias anaknya Om Bruce Willis di Live Free or Die Hard) berduel satu lawan satu di dalam rumah kayu sebelum menyelamatkan diri dengan Henry. 

Duel yang keras dan seperti mengingatkan pada peran Angelina Jolie di Mr. & Mrs. Smith (2005). 

Dengan kata lain, adegan tembak-tembakan dan pukul-pukulan itu oleh garapan Ang Lee dibikin seperti seni menghabisi di balik brutalismenya. Terlihat sebagai bagian dari keberadaan manusia dengan keharusan survavilitas yang memaksa level terbaik dari kemampuan menghabisi itu dikeluarkan. Ini mungkin salah satu sisi yang unggul di Gemini Man, tentu menurut saya.

Lalu, perkara akting Will Smith. Macam apa yang bisa dikomentari?

Henry Brogan bukanlah karakter yang sulit bagi sosok "Family Man" seperti Will. Sebagai sosok yang menuju pensiun, hidup sendiri tanpa ikatan keluarga dan harus bertempur dengan institusi yang mengerjakannya bertahun-tahun, terlebih dengan dirinya sendiri hanyalah sejenis pengulangan karakter saja. 

Apalagi hanya berurusan dengan dialog-dialog yang berakar dari suasana hari yang galau dan menguras air mata, Will Smith adalah jagoannya. 

Menangis dengan air mata yang membesar di dalam kelopak, lalu turun pelan-pelan hingga membuat kesedihan tampak begitu kelam dan menyakitkan dari hubungan antara ayah dan anak seperti ditampilkan Clay Varris dan kloningan Henry. 

Jadi, film Gemini Man memang masih menghadirkan Will Smith yang sudah dikenal sebelumnya. Yang karakternya sudah terlalu lazim, sudah basi. 

Karena itu, film yang berangkat dari ide usang perebutan kontrol geopolitik dan tantangan karakter yang sudah jadi makanan sehari-hari Will Smith, tak heran jika ratingnya rendah. 

Situs Internet Movie Database (IMDb) hanya memberinya 5,6.

*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun