Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pria Sukses

28 Februari 2017   10:29 Diperbarui: 1 Maret 2017   06:00 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: LandingStanding

"Tentu saja! Jangan bodoh. Pengetahuan sebagai senjata berkuasa bukan semata tentang kendali atas dunia di luar sana. Ia juga tentang dunia di dalam diriku, mikro-kosmos. Apa guna aku memikirkan kehidupan yang mungkin di luar bumi sedang tubuhku sendiri gagal abadi? Bodoh."

Maka jangan bertanya lagi mengapa di dalam tubuh yang metroseksual, tersimpan pikiran yang menuhankan dirinya sendiri.

Ia tak bisa melihat orang lain tanpa mengira-ngira untungnya. 

"Ya, terhadap jenis seperti kamu. Yang bertanya terlalu banyak, prihatin terlalu sering. Kau berpikir wawancara ini gratis?"

Tentu saja tidak, paling kurang, ada waktu yang dihabiskan. 

"Hahaha, aku sudah menghitung waktu. Tidak ada waktu yang dihabiskan tanpa keuntungan. Jangan berpikir dengan wawancara ini, kau sudah menjalankan tugas dari bosmu yang hanya bisa memutuskan apa yang dimuat atau dibuang ke tempat sampah. Sadarlah, aku menggunakanmu sebagai senjata lain, demi popularitas dan, tentu saja, mewabahkan citra diriku. Seorang sukses yang dimulai dengan keyakinan tidak ada yang lebih penting dari dua hal: manusia, pengetahuan. Kau sungguh wartawati yang lugu!"

Ia tidak bisa melihat perempuan tanpa mengira-ngira resikonya.

"Saya belum lagi resmi jadi wartawati."

Dia melihatku, tajam, seperti hendak menguliti sudut-sudut paling rahasia tubuhku. Sepasang tanduk keluar dari kepalanya.

"Kau lumayan juga," desisnya."Aku sudah lama tidak melumat tubuh."

Itu percakapan terakhir sebelum tubuhku ditemukan telanjang dengan darah yang terus mengalir di kemaluan, tubuh yang penuh cambukan, dan bibir yang pecah. Pada ujung pipa yang membuang tailing ke laut lepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun