Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada 489 Tahun Usiamu

22 Juni 2016   23:50 Diperbarui: 23 Juni 2016   01:26 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam yang rebah dalam udara kotor
Dimanakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan
dendam diasah di kolong langit basah
siap untuk diseret dalam gelombang edan
perkelahian hidup sehari-hari
Telah menjadi kewajaran
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan,
terpenjara, tanpa jendela

Tuhan yang Maha Faham,
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh,
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C
Hati manusia telah menjadi acuh
panser yang angkuh
traktor yang dendam

Wahai Jakarta, di ultahmu yang menjelang 500 tahun sejarah, sesekali cobalah kembali membaca Doa di Jakarta. Dan jika kelak datang lagi kepadamu, tak mengapa kau menertawakan saya untuk sekian kali kekonyolan. Satu saja yang tak boleh kau tanamkan kepada saya: menjadi panser yang angkuh atau traktor yang dendam!

***

 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun