Ada pemimpin yang gagal karena arogansi (merasa paling benar), habitual distrust (selalu curiga), atau excessive caution (takut mengambil keputusan). Ada pula yang terjebak dalam perfectionism dan eagerness to please, yang ironisnya justru melemahkan.
Jika melihat daftar ini, saya merasa seperti sedang bercermin pada fenomena kepemimpinan kita hari ini. Betapa sering publik menemukan gejala-gejala serupa dalam perilaku pejabat.
PRO: Prinsip Pemimpin Profesional
Buku ini mengusulkan prinsip PRO sebagai ciri pemimpin sejati:
- Persistence: pantang menyerah, konsisten, fokus pada tujuan.
- Rewarding: memberi penghargaan, mendorong tim, membangun motivasi.
- Organizing: kreatif dan inovatif dalam mengatur strategi agar rencana bisa diwujudkan.
Tiga hal sederhana ini ternyata sangat fundamental. Bagi saya pribadi, poin organizing sangat menohok. Betapa sering kita punya ide bagus, tapi gagal mengeksekusinya karena tidak terorganisasi dengan baik. Tanpa PRO, kepemimpinan akan mudah goyah dan kehilangan arah.
Relevansi di Masa Kini
Ada kutipan Darwin dalam buku ini yang terasa kontekstual:
“It is not the strongest nor the most intelligent that survives, but the one that is most adaptable to change.”
Pesan itu menegaskan bahwa pemimpin sejati bukanlah yang paling kuat atau paling pintar, melainkan yang mampu beradaptasi. Di tengah perubahan cepat akibat digitalisasi, ketidakpastian global, dan krisis multidimensi, kemampuan adaptasi inilah yang justru jarang terlihat dari para pejabat kita.
Membaca sebagai Cermin Diri