Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demokrasi Jalanan: Ketika Kedaulatan Rakyat Menjadi Nyata

29 Agustus 2025   18:18 Diperbarui: 29 Agustus 2025   18:18 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali Jakarta kembali dibanjiri lautan massa, pertanyaan lama muncul kembali: apakah demonstrasi masih menjadi cara paling efektif menyuarakan aspirasi, atau justru menambah beban sosial bagi kota yang sudah padat? 

Aksi massa di depan Gedung DPR pada 25 dan 28 Agustus 2025 kembali mengingatkan kita bahwa kedaulatan sejati tetap berada di tangan rakyat. Gelombang protes yang semula diarahkan pada isu kenaikan pendapatan anggota DPR akhirnya melebar menjadi kritik atas ketidakpekaan elite terhadap kondisi masyarakat. 

Tragisnya, aksi ini berujung ricuh dan memakan korban jiwa seorang anak muda, Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek daring yang menjadi tulang punggung keluarga.

Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, pengemudi ojek daring tua 21 tahun yang tewas terlindas rantis Brimob saat aksi massa di DPR akhir Agustus 2025, menjadi pengingat pahit bahwa demokrasi jalanan tidak pernah bebas risiko tetapi tetap menjadi ruang konkret di mana kedaulatan masih berada di tangan rakyat

Peristiwa ini menegaskan bahwa demonstrasi bukan sekadar ritual politik, melainkan juga soal hak hidup, rasa keadilan, dan martabat warga negara.

Demonstrasi: Legitimasi Konstitusional dan Historis

Ketika rakyat turun ke jalan, seperti yang terjadi di DPR beberapa hari lalu, mereka sesungguhnya sedang menagih janji konstitusi. Tuntutan agar wakil rakyat tidak hanya berpihak pada kenyamanan dirinya sendiri, tetapi juga pada kebutuhan masyarakat luas, adalah bagian dari amanat UUD 1945.

UUD 1945 Pasal 28E menegaskan hak warga untuk menyampaikan pendapat termasuk melalui demo di ruang publik. Demonstrasi adalah wujud partisipasi politik yang dijamin konstitusi.

Gerakan reformasi 1998 memberikan pelajaran berharga: mahasiswa dan rakyat turun ke jalan, berdemo menuntut perubahan, dan akhirnya berhasil menumbangkan rezim. Insiden penembakan mahasiswa di Trisakti yang menewaskan empat orang menjadi momentum penting menuju reformasi. Ini menegaskan bahwa aksi massa walau kontroversial sering menjadi katalis perubahan besar.

Aksi DPR Aksi 25 & 28 Agustus 2025: Kedaulatan Nyata di Jalan

Aksi massa di depan DPR akhir Agustus 2025 berawal dari perlawanan terhadap rencana kenaikan gaji anggota dewan di tengah tekanan ekonomi rakyat. Aksi ini berkembang menjadi tuntutan reformasi dan keadilan khususnya setelah tragedi tewasnya Affan. Rakyat menuntut bukan hanya respons politik, tapi juga tindakan tegas dari aparat keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun